21 : Aku Mencintainya

9.3K 359 11
                                    

....

Dering ponsel mengganggu tidur nyenyak Jayden dan Jenata, mereka berdua terbangun bersamaan mendengar suara ponsel menjengkelkan itu.

"Jay, ponselmu, angkat aku ingin tidur lagi." kesal Jenata masih dengan mata yang menutup sempurna dan tangan yang memukul-mukul lengan Jayden.

"Jawab, kita tadi malam baru tidur jam 3!" ingatkan Jayden pada insiden jika mereka tadi malam.

Jenata bangun membuka matanya, mencari ponsel itu. Setelah dapat Jenata menjawabnya tanpa melihat nama yang tertera di ponsel itu.

"Hallo, bisa hubungi nanti, aku sedang tidur." jawab Jenata, terlalu mengantuk untuk sekedar berbasa-basi.

"Ini siapa, kenapa ponsel Jayden ada padamu?" mata Jenata terbelalak sempurna mendengar suara yang amat ia kenali, suara sahabatnya Adel.

Jenata melihat siapa yang menelpon benar saja tebakannya tak salah. Jenata langsung memutus sepihak sambungan telpon itu dan menatap jam didinding, "Apa yang salah, kenapa ia menelpon sepagi ini?" setelah menatap kosong jam yang menunjukkan pukul 06 pagi, membuat Jenata kembali merebahkan dirinya dan memejamkan matanya kembali, sambil memeluk Jayden.

Ponsel berdering lagi, kali ini Jenata menjawabnya tanpa melihat nama sang penelpon lagi.

"Hallo, bisakah untuk jangan menghubungi lagi, kami sedang tidur, kau sadar ini jam berapa?" kesal Jenata, yang tidurnya terus terganggu karna ponsel sialan milik Jayden ini.

"Kamu siapa, kenapa jawab telpon anak saya?" suara berat, yang Jenata tak kenal, akhirnya Jenata melihat kenama penelpon ada kata -ayah- Jenata langsung melempar asal ponsel Jayden.

Tapi Jenata lupa mematikannya, "Jayden bodoh, bangun kau!" teriak Jenata sambil memukuli Jayden, "Aku baru tidur, aku juga tidak bekerja." sahut Jayden lemah, Jenata menarik nafas kasar.

"Ayahmu menelponmu," ucap Jenata tapi dengan tanpa dosanya Jayden malah membawa Jenata kedekapannya.

"Situa itu, biarkan saja. Dia hanya ingin memarahiku." Jayden berucap tanpa tahu sambungan telpon tidak diputus sama sekali.

"Hormati ayahmu, kau belum tahukan rasanya kehilangan ayah?" perkataan Jenata sedikit membuat Jayden sadar akan kelakuannya selama ini, nol besar Jayden tak pernah sama sekali menghormati ayahnya.

Jayden meraih ponselnya, bagai disambar petir dipagi buta, melihat detik yang kian menambah pada panggilan itu, Jenata menatap kosong ponsel Jayden ingin rasanya Jenata membuang wajahnya sekarang juga.

Jayden langsung memutus sambungan, "Gila, berarti tua bangka itu mendengar semuanya!" Jayden sedikit cemas, bisa Mahretta yang jadi sasaran amarah Tn. Jem.

Tadi beberapa detik kemudian, Jayden kembali tak peduli, "Bodolah, aku masih mengantuk." Jayden melanjutkan tidurnya tanpa dosa sedikitpun, sedangkan Jenata harap-harap cemas bagaimana jika keluarga Jayden membencinya? Itu yang Jenata takutkan sekarang.

Jayden menarik Jenata kedalam dekapannya, memciumi kepala Jenata tanpa bosan.

Rasanya Jenata ingin meninggal saja membayangkan betapa marahnya ayah Jayden pada dirinya penyebab sang kekaucauan ini. Jenata merasa bersalah, tapi kemudian memikirkannya lagi, bukankah setiap manusia berhak untuk bahagia? Jenata berhak atas kebahagiaannya, selama Jayden setuju dengan dirinya kenapa ia harus mengalah dan memikirkan kebahagiaan orang lain yang belum tentu rela mengorban kebahagiaannya untuk Jenata.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang