19 : Overthinking

9.9K 404 15
                                    

....

Jayden menatap sendu wajah Jenata yang tertidur, mengelus pipi Jenata pelan agar tak membangunkan wanita ini dari tidurnya. Jayden menatap jam di atas nakas, sudah pukul 08 pagi tapi Jayden tai ingin membangunkan tuan Puterinya.

Jenata melengkuh pelan sebelum mengerjapkan matanya beberapa kali, diluar sedang hujan, langit seakan sejalan dengan fikiran Jenata. Jayden mencubit gemas hidung Jenata, merengkuh Jenata dalam pelukannya.

"Tidak bekerja?" tanya Jenata, mendongakkan kepalanya menatap Jayden lekat, tapi, Jayden hanya menggeleng dan memeluk Jenata seerat mungkin seperti tak ingin kehilangan wanita ini.

Jenata membalas pelukan Jayden, Jenata bahagia di hari terberatnya ada Jayden yang selalu berada disisinya, ada Jayden yak tidak pernah meninggalkannya meski satu jengkal sekalipun. Kehangatan yang Jenata terima hari ini adalah kebahagiaan yang tak pernah mungkin bisa Jenata ulang kembali.

"Sore ini, mau ikut kekantor sayang?" tawar Jayden, Jayden juga harus kekantor ada meeting dengan team perencanaan yang tidak bisa ia tunda lagi.

"Bukankah nanti akan jadi gosib hangat, kemarin katamu berita kau akan bertunangan di rilis, jika orang-orang melihat kau membawaku ke kantormu hanya akan menimbulkan gosib." tolak Jenata, Jenata tak ingin Jayden menjadi perbincangan hangat orang lain karna dirinya.

Jayden menarik nafas kasar, "Kau tau, aku tidak peduli dengan omongan orang lain."

"Tapi aku peduli," keras Jenata, sambil menyibak rambut yang menutupi wajah Jayden, "aku tak ingin kau jadi perbincangan karna diriku." alasan Jenata, membuat Jayden mengangguk pasrah, tak ada gunanya melawan wanita keras kepala seperti Jenata, hanya akan membuat kering tenggorokan Jayden.

Jenata bangun, mengambil ponselnya tapi dengan sigap Jayden mengambil ponsel Jenata.

"Kenapa?" tanya Jenata bingung, Jayden mencari-cari alasan yang pas agar Jenata tak salah paham, beri Jayden waktu untuk mengatakannya sendiri.

"Kau harus fokus denganku, kau tau?" kilah Jayden, menyimpan ponsel Jenata kedalam saku celannya.

Jenata mencibir Jayden, dan tersenyum, "Sudahlah," Jenata kembali merebahkan dirinya dan masuk kepelukan Jayden lagi. Yang mereka berdua lakukan hanya bermanja-manjaan di hari dingin ini.

Jayden mengambil ponselnya di yang ia matikan dari tadi malam. Saat menghidupkannya kembali Jayden melongi, ada 99+ panggilan tak terjawab dari beberapa orang, pertama Adel, kedua Tn. Jem, ketiga Algar, keempat Mahretta. Jayden mendudukan dirinya, kemudian menelpon balik ibunya.

"Ada apa ma?" berpura-pura tak ada yang terjadi, Jayden menelpon ibunya dengan tenang.

"Gila, aku berasa di terror ayahmu, kau tau? Jika tidak kabur aku sudah akan di jemputnya dengan paksa. Dasar lelaki tua gila!" amarah Mahretta tak bisa di tahan lagi jika berbincang dengan Jayden.

Jayden terkekeh, "Maafkan aku!" tak ada sedikitpun rasa menyesal Jayden karna penyebab keributan sempurna ini.

"Tak apa, jika kau tak ingin jangan dipaksa, kau tau aku tak akan pernah membiarkannya mengendalikan hidupmu lagi." Jayden tersenyum mendengar ucapan ibunya, seperti kapsul penenang untuk Jayden.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Where stories live. Discover now