Perempuan itu mendesah kesal lagi untuk kesekian-kalinya di pagi hari yang cerah ini. Lengan kiri sweaternya robek, bagus sekali.

Ingin rasanya ia kembali ke dalam rumah lalu mengganti pakaian rusak itu, tapi matanya melirik jarum jam yang melingkari pergelangan tangan. Sudah sangat terlambat untuk mengganti pakaian. Apalagi atasannya sejak tadi tak berhenti memberondongnya dengan banyak pesan. Memintanya untuk bisa tiba di kantor kurang dari tiga puluh menit.

Yang benar saja?

Jalanan pagi hari pasti akan luar biasa ramai dengan karyawan yang bersiap untuk berangkat kerja, atau orang tua yang sibuk mengantar anak-anak mereka sekolah. Dipikirnya jalanan itu sesepi jalan di dalam hutan?

Ia mengacuhkan robekan lebar pada lengan sweater-nya dan bergegas lari menuju audi merah miliknya yang terpakir di depan rumah. Koeun harus cepat sebelum nenek sihir itu menerornya dengan segala cacian dan umpatan.

Iya, seharusnya begitu.

Namun kepanikan lagi-lagi datang menghampirinya. Kenapa kunci mobilnya tidak ada?

Ia mengerjap sekali sebelum kembali mengacak tas tangannya. Mencoba lebih tenang. Mungkin saja kunci itu terselip.

Tapi omong-omong, siapa yang bisa tenang di situasi seperti ini?

Wajahnya panik, saking paniknya tanpa sadar ia menggigit bibir. Mengingat kembali dimana ia meletakkan kunci itu. Seingatnya, ia sudah mengambil kunci sialan itu dari atas meja pantry di dapurnya. Tapi kenapa sekarang tak ada?

Kepalanya menoleh kanan-kiri, matanya mengerjap cepat dan kedua tangannya berkacak pinggang. Perempuan itu menarik napas perlahan lalu membuangnya. Berusaha mengeyahkan perasaan panik dan mengembalikan ketenangannya.

"Oke Eun, kau harus tenang. Jangan sampai panik. Panik tak akan membantumu menyelesaikan masalah," monolognya pada diri sendiri.

Ia sudah berusaha tenang. Perlahan mencari kembali kunci itu, bahkan hingga menunduk. Berpikir kemungkinan jika bisa saja kunci mobilnya terjatuh.

Tanpa ia sadari, seseorang di sebelah rumahnya sejak tadi memperhatikan perempuan itu dengan kening berkerut. Kemeja putih dengan lengan terlipat hingga siku serta vest abu-abu yang melapisi luarnya. Mungkin merasa terusik ketika melihat seorang perempuan tengah menunduk di dekat mobil dengan penampilan pagi yang tak terlalu rapi.

"Mencari sesuatu, nona?" Suara itu mengejutkan Koeun yang masih sibuk berjongkok dan mencari sesuatu. Membuatnya lantas mendongak lalu mengerjap saat melihat laki-laki asing setengah menunduk, memandangnya. "Butuh bantuan?"

Sekali lagi perempuan itu mengerjap lalu terbangun dari posisinya. Refleks tangannya menepuk-nepuk bawahan rok yang ia gunakan meskipun tak ada debu di sana. "Oh hai, tidak perlu repot-repot."

"Kau yakin?"

"Uhh, ya. Aku bisa sendiri." Senyumnya kikuk, tentu membuat laki-laki itu sedikit penasaran. Tak mungkin seseorang baik-baik saja dengan kondisi kacau dan nampak panik begitu. "Percayalah!"

Koeun pikir, orang itu akan pergi setelahnya. Tapi ternyata, ia malah ikut berjongkok. Matanya menatap ke arah jalanan aspal di dekat mobil perempuan itu terparkir. "Dari gelagatmu, aku rasa kau kehilangan kunci mobil. Benar atau benar?"

WHAT IF? (mark + koeun)Where stories live. Discover now