Festival

369 47 34
                                    

Everytime with him is a festival for her

"Kak, nanti pasti dateng ke festival kampus, 'kan?"

Pagi-pagi buta, kamar Chaeyeon sudah nampak ramai. Di sana ada Koeun yang terganggu tidurnya karena teman sebelah kamarnya memaksa membangunkannya hanya karena sebuah eyeliner.

Beberapa kali Koeun terkantuk sambil memperhatikan Chaeyeon yang fokus memberi garis pada kelopak matanya itu. "Iya dateng, kok. Tenang aja."

"Kok aku yang deg-degan sekarang ya, Kak?"

"Deg-degan gimana?" Koeun menguap sambil meregangkan tanganya. Mengucek pelan matanya sebelum merebahkan diri di kasur milik Chaeyeon dan seenak jidatnya memeluk bantal guling kesayangan perempuan itu. "Cuma festival biasa doang ini, lagian udah sering jadi panitia juga kamu. Ngapain deg-degan?"

Koeun mulai memejamkam matanya yang masih mengantuk meskipun kedua telinganya masih bisa mendengar desahan napas Chaeyeon. Perempuan itu membalik posisi duduknya, menatap salah satu seniornya itu dengan pandangan memelas. "Aku belum cerita ini sama kakak ya? Sama yang lain juga belum, deh."

"Cerita apa?"

"Kak Hangyul udah nembak aku."

Koeun yang sejak tadi diliputi rasa kantuk, secara otomatis membuka mata. Duduk dari posisi tidurnya sambil memasang wajah tak percaya. "HANGYUL NEMBAK KAMU? DEMI APA?"

"Kak Eun jangan teriak, dong! Ntar Ryujin sama Kak Dahyun bangun, ih. Kan aku belum siap cerita sama semuanya."

Koeun masih mengerjap. Berusaha mempercayai pendengarannya. Dan berusaha meyakinkan diri jika seorang Hangyul bisa bergerak secepat ini setelah ia dan kekasih sebelumnya berakhir begitu saja. "Apa ini nggak kecepetan, Chae? Takutnya Hangyul cuma jadiin kamu pelarian doang."

"Gimana ya, kak?" Memasang wajah tak semangatnya, Chaeyeon kembali menatap pantulan wajahnya di cermin. Melanjutkan sesi dandannya. "Aku ngerasa kalo Kak Hangyul nganggep aku serius. Ya maksudnya, dia kayak nggak ada indikasi buat jadiin aku pelarian dia. Di samping, kakak tahu, kan, alasan dia mutusin pacarnya kemarin itu?"

"Kamu udah cerita, dia males dikekang, 'kan? Pacarnya posesif, curigaan, cemburuan. Terlebih sama kamu." Koeun tertawa kecil. Ia lalu menepuk punda Chaeyeon perlahan. Memperhatikan bagaimana salah satu juniornya itu tak lagi bersemangat membubuhkan lipstik di bibirnya. "Tapi kalo emang kamu yakin sama Hangyul, jalanin aja. Dia sebenernya orang baik kok. Dan kalo dia emang sayang sama kamu, dia pasti nggak bakal berpaling. Hangyul tipe yang setia dan pantang ingkar sama komitmennya."

"Apa orang-orang nantinya nggak bakal ngomongin aku, kak? Nanti mereka malah mikir kalo aku ini orang ketiga di antara hubungan Kak Hangyul sama mantannya itu."

"Chae, yang jalanin hubungan itu kamu sama Hangyul. Buat apa kamu peduli kata orang? Paling mereka ngegosip bentar doang. Lewat seminggu juga pasti lupa," tenang Koeun. Perempuan itu sudah kembali merebahkan diri di kasur Chaeyeon. Berniat mencuri lagi waktu tidurnya yang dikorupsi oleh juniornya tersebut. "Lagian lebih nggak enak kalo hubungan kamu digantung gitu aja. Pacar bukan, tapi lebih dari temen."

"Iya, kayak kakak, 'kan? Sama Kak Mark. Enak digituin?"

Satu bantal terlempar mengenai kepala Chaeyeon yang kini terkikik geli.

***

"Kalo aja aku nggak terpaksa ini, mana mungkin aku mau terjebak sama kalian berdua di sini?" Ryujin misuh sambil menjilati ice cone yang ia dapat dari gerai makanan cepat saji barusan. "Bener-bener kayak kambing congek tau, ngeliatin kalian mesra-mesraan sedangkan aku duduk di bangku belakang sambil makan es krim yang udah mau cair begini."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang