It's Fine

479 59 2
                                    

Its okay as long as she is with him

Pemandangan dua orang yang duduk terdiam tanpa suara di meja cafe itu sudah ada sejak tadi. Sebenarnya Mark ingin sekali menghampiri dua orang itu. Tapi jujur, dia takut kedatangannya justru akan menghancurkan semua.

Koeun dan kekasihnya, Xiao Jun. Laki-laki berkebangsaan China yang mengejarnya sejak jaman kuliah dulu dan berakhir dengan menjadikan gadis itu miliknya.

Sesekali Mark menyesap macchiato pesanannya sambil terus memperhatikan dua orang itu. Tangannya mengepal manakala ia dapat melihat gadis itu mengusap kembali air matanya.

Kenapa dia sanggup bertahan dengan laki-laki yang selalu menyakitinya?

Tidak lama setelah Koeun mulai menangis, Xiao Jun beranjak dari kursinya dan meninggalkan gadis itu seorang diri. Menatap kearah cangkir chamomile tea miliknya yang sudah mulai dingin.

Mark mendesah kemudian bangkit dan mendudukan diri di bangku bekas laki-laki yang membuat Koeun menangis tersebut.

"Apa lagi kali ini?" Tanya Mark ketika pantatnya mendarat dengan mulus diatas bangku itu. Mencuri atensi Koeun yang seolah tak teralihkan dari cangkir keramik berwarna peach dihadapannya.

"Oh? Kenapa kau ada disini Mark?"

Mark rasanya ingin sekali memutar bola matanya kesal ketika melihat Koeun sesegera mungkin menghapus jejak-jejak air matanya dan tersenyum seolah tadi tidak terjadi apapun. Kenapa gadis itu ingin sekali menyembunyikan hubungannya yang tidak sehat dari Mark?

"Jangan pura-pura tersenyum jika kau memang sedih. Selamanya kau tak akan bisa membohongiku, Eun."

Koeun tersenyum lemah ketika ia menyadari jika mungkin saja Mark memang sudah memperhatikannya sejak tadi. "Kau lihat ya?"

"Begitulah." Gadis itu mendesah kecil lalu memandang Mark dengan pandangan yang sulit ia mengerti. Ada tatapan maaf, penyesalan tapi juga ketakutan dalam mata Koeun. "Apa lagi masalahmu dengannya sekarang? Sampai-sampai laki-laki itu membuatmu menangis lagi?"

"Bukan masalah besar. Kau pasti tahu diriku dan dirinya."

"Kau melihatnya pergi dengan perempuan lain lagi?"

"Hm...."

"Eun, sudah berapa kali ku beri tahu jika Xiao Jun bukan laki-laki baik untukmu?" Mark rasanya ingin mengumpat pada gadis dihadapannya tentang betapa bodoh dirinya. Kenapa laki-laki seperti kekasihnya itu masih saja dipertahankan? Sudah berapa banyak air mata Koeun yang jadi korban semenjak ia menjalin hubungan dengan laki-laki itu? "Kenapa kau masih mempertahankannya?"

"Kau tidak akan mengerti Mark." Koeun menggeleng sambil tersenyum lemah. Jari-jari lentiknya kemudian ia gunakan untuk mengambil cangkir peach dihadapannya dan menyesap chamomile tea yang sudah dingin itu. "Dia seperti chamomile tea ini. Yang walaupun sudah dingin, masih bisa aku rasakan dan masih ingin kuminum."

"Terserahmu saja. Jujur, aku sudah cukup lelah terus menasehatimu. Kau tidak pernah mau mendengarkanku. Berapa kalipun aku mengatakan Xiao Jun bukan laki-laki terbaikmu, kau masih keras kepala bertahan padanya." Laki-laki itu sedikit terengah ketika harus mengeluarkan seluruh isi hatinya pada Koeun. Membuat gadis itu lagi-lagi hanya bisa tersenyum lemah. "Ada banyak laki-laki lebih baik darinya di luar sana Eun."

"Maafkan aku, Mark."

Laki-laki itu hanya mampu mengepalkan tangannya erat dibawah meja. Melihat Koeun begitu rapuh dihadapannya. Ingin Mark memeluk gadis itu dan menghancurkan siapapun yang berani menyakitinya. Tapi ia tak berhak bertindak sejauh itu. Koeun bukan miliknya.

"Tidak perlu meminta maaf."

"Aku meminta maaf bukan hanya karena aku tidak mendengarkan nasehatmu." Sekali lagi Koeun menyesap tehnya lamat-lamat dengan pandangan mata penyesalan yang ia tunjukan kearah sahabatnya itu. "Aku minta maaf karena aku terlalu buta untuk melihat laki-laki baik disekitarku. Dihadapanku."

Mark hanya bisa tertawa mengejek kearah dirinya sendiri. Menertawai kebodohannya yang tidak bisa mendapatkan Koeun padahal mereka sudah kenal dan berteman sejak sekolah dasar.

Kau bodoh, Mark Lee.

"Jangan bahas itu lagi. Apa yang jadi pilihanmu sekarang, maka jalanilah. Jangan pernah menyesalinya, Eun."

"Ya. Aku tidak pernah menyesal dengan keputusanku. Aku menyayangi Xiao Jun. Bahkan tetap menyayanginya meskipun laki-laki itu selalu menyakitiku." Koeun tersenyum lagi. Rasanya hari ini dia banyak tersenyum. Tapi bukan karena gadis itu merasa bahagia. Justru senyumnya adalah kepalsuan yang ia tunjukan agar orang-orang tidak tahu jika ia sedang bersedih. "Aku menyesal karena aku tidak pernah bisa membalas perasaanmu. Aku tidak bisa menganggapmu lebih dari seorang sahabat yang ada disebelahku sejak aku kecil."

Sekali lagi, Koeun membuat Mark hanya bisa tertawa getir. Mengasihani kisah percintaannya yang gagal bahkan sebelum ia sempat mencobanya.

"Sudah kubilang jangan meminta maaf. Kau tidak berasalah, aku saja yang terlalu bodoh," kata Mark menyudahi perasaan bersalah gadis dihadapannya. Selanjutnya, laki-laki itu sudah berdiri lalu mengajak Koeun bersamanya. Mengulurkan tangan kehadapan gadis itu yang diterimanya dengan pandangan bingung. "Ayo, aku ajak kau pergi dan menghilangkan rasa sedihmu. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang."

Pada akhirnya, gadis itu memang tersenyum kembali. Menerima uluran tangan Mark dengan hati yang sedikit ringan. "Jadi kau akan membawaku kemana untuk membuat perasaanku lebih baik?"

"Kemanapun yang kau inginkan." Mark menggandeng tangan gadis itu lalu mengajaknya keluar dari cafe. "Jadi, pertama kau mau kemana?"

"Aku tiba-tiba ingin es krim."

"Es krim? Call." Mereka kini berjalan bergandengan menuju kedai es krim favorit mereka sejak kecil. Sambil sesekali bersenandung, Koeun perlahan melupakan masalahnya hari ini.

"Mark, setelah ini aku mau makan cheesecake."

"Kenapa kau jadi foodmonster begini sih jika sedang badmood?"

"Katamu kau akan membawaku kemanapun yang bisa membuat perasaanku lebih baik, jadi tidak?"

"Iya, iya. Kemanapun kau pergi, aku akan mengantarmu."

"Traktir juga ya Mark."

"Tapi kalau itu aku tidak mau. Kau bayar sendiri."

"MAARRKKK LEE...."

"Ck, iya aku traktir."

"Yeay, terima kasih teman."

As long as she is happy, he is okay with that.













































Adakah yang pernah merasakan bagaimana rasanya jadi seorang Mark?
Sakit ya, haha :)

Anyway, selamat hari raya idul adha untuk kalian yang merayakan
Maaf kalo aku ngucapinnya telat hehe❤❤

Oh ya, jangan lupa dengerin mulmednya
Huge inspiration aku untuk part ini muncul karena suara lembutnya pak Byun heee

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang