Missing You

358 56 12
                                    

When he miss her and vice versa but they can't do anything

Mungkin terdengar aneh jika menurut orang-orang ada anak laki-laki berusia 20 tahun yang masih terlihat polos seolah tak pernah mengenal cinta. Terlihat aneh juga jika selama 20 tahun lebih hidupnya, tak sekalipun ia merasakan indahnya jatuh cinta.

Iya, sering kali Mark berpikir tentang bagaimana orang-orang yang menganggapnya masih seperti bayi disaat dia sendiri sudah legal mengkonsumsi alkohol. Beberapa orang bahkan benar-benar menganggapnya seperti seorang anak kecil polos yang tak tahu bagaimana dunia ini bekerja.

Lucu saja baginya.

Terutama ketika mereka mengasumsikan selama ini Mark tak pernah menyukai seseorang hanya karena hingga saat ini, ia terlihat tak dekat dengan perempuan satupun. Padahal jelas-jelas ia berada di lingkungan yang penuh dengan perempuan-perempuan cantik. Tinggal pilih, banyak perempuan yang jelas menyukainya.

Hanya karena ia terlihat tak tertarik pada perempuan manapun, buka berarti Mark tak pernah menaruh perasaan pada seaeorang. Kenyataanya, sampai sekarangpun ia masih menyimpan perasaan yang sama untuk orang yang sama di luar sana. Hatinya masih bertahan dan berharap pada perempuan itu meskipun mereka berdua sadar, kesempatan itu terjadi sangatlah kecil.

Bisa jadi hampir tak mungkin.

Tapi tidak ada yang bisa mengontrol perasaan bukan? Bahkan perasaan yang muncuk di hati sendiri.

Sedari lama, laki-laki itu berharap bisa menghapus bayang-bayang perempuan yang ia cintai dari hatinya itu. Namun semua percuma. Hatinya tetap memilih untuk menyimpan semua rasa itu rapat-rapat.

Dan untuk mengalihkan rasa rindu yang sering kali muncul menjadi-jadi, Mark memilih untuk membuat lelah tubuhnya sendiri. Agar ketika ia berhenti, maka ia akan langsung terpulas tanpa sempat memikirkan perempuan itu lagi.

"Kau itu satu-satunya orang yang kutahu paling tidak senang jika harus menghabiskan waktu lama diatas tempat tidur." Mark yang saat itu sedang memainkan ponsel pintarnya dengan bosan terkaget mendapati wajah dengan senyum lebar milik Johnny muncul dari bawah. "Kenapa tidak tidur saja? Dari pada harus tersiksa menahan rindumu kan?"

Mark tersenyum lemah lalu kembali memposisikan kepalanya di tempat ternyaman. Saat ini dia memang sedang berbaring diatas bunk bed miliknya yang ada di dalam bus tour selama mereka melakukan konser di Amerika. Wajahnya kembali fokus pada layar ponselnya. "Tidak bisa tidur."

"Mau ku nyanyikan lullaby?" Mark tahu jika sebenarnya Johnny sedang bercanda. Dia bukan anak kecil lagi yang butuh di nina-bobokan.

"Tidak perlu." Laki-laki itu terkekeh dan kemudian meletakkan ponselnya. Matanya tetap menatap kearah atap bus. Mengacuhkan Johnny yang kini masih berdiri diatas tangga kecil agar tetap bisa mengobrol sambil melihat wajah adik kecilnya itu.

"Jika dia yang menghubungimu dan menyanyikan lagu pengamgar tidur untukmu, apa kau akan tidur?"

Sebenarnya suasana bus saat ini sedang sepi. Member lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing yang memang lebih banyak memilih untuk beristirahat. Kebetulan saja Johnny tidur satu tingkat dibawah tempat tidur Mark. Jadi bebas untuknya mengobrol dengan anak itu meskipun dibawah tempat tidur Johnny, ada Taeil yang benar-benar terlihat lelap.

"Mana mungkin ia bisa melakukannya." Mark tersenyum lemah. Menyadari kecilnya kemungkinan ia dan orang yang ia cintai itu bisa berkomunikasi lagi. Meskipun hanya lewat telepon. "Aku tak mau mereka menghukumnya lagi jika aku bersikeras menghubunginya."

Ada satu alasan kenapa Mark tak pernah bisa berbicara dengan perempuan itu meskipun ia ingin. Mereka pada dasarnya memang dilarang berkomunikasi sejak laki-laki itu debut ketika semua orang di perusahaan seolah mengetahui hubungan itu.

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang