Straight To You

235 33 6
                                    

Well, she guess it's worth it

Pagi harinya harus dimulai dengan sebuah kekacauan. Bukan sesuatu yang biasa ia lakukan. Untuk seseorang yang terbiasa hidup dengan jadwal terorganisir, bangun terlambat karena tak mengindahkan raungan alarm di pagi hari jelas tak masuk dalam list Koeun pagi ini.

Dengan rambut acak-acakan, ia terkejut. Mengambil ponsel yang diletakkan pada nakas sebelah tempat tidurnya. Membelalakan mata sambil berteriak kesal, "astaga, aku terlambat!"

Koeun bahkan tak peduli dimana nantinya ponsel itu mendarat. Ia melempar sembarang, saking kalutnya. Beruntung ketika benda persegi itu justru mendarat di atas bantalnya. Tak perlu ia mengeluarkan uang lebih untuk mengganti kerusakan yang harusnya tidak terjadi, kan?

Hanya butuh lima menit baginya untuk kembali keluar dari kamar mandi. Lantai menjadi basah karena tetesan air yang jatuh dari rambut cokelat panjangnya. Tubuh terbalut handuk dengan wajah masih panik. Bergegas lari menuju lemari pakaian, membukanya dan mengambil satu set pakaian sekenanya.

Tubuhnya masih setengah basah, tapi Koeun tak peduli itu. Ia hanya ingin cepat selesai lalu mengejar semua kegiatan hari ini yang sudah terjadwal dengan apik.

Sungguh, hari ini jadwalnya sangatlah padat.

Ia lantas duduk di depan cermin rias. Mencoba membubuhkan sedikit foundation dan bedak tipis, menyamarkan sedikit kantung mata dan wajah mengantuknya. Memoleskan blush on tipis sehingga tak ada yang sadar jika perempuan itu baru saja bangun dengan tergesa. Hanya tinggal satu langkah lagi dengan lipstick-nya, ia selesai dan bersiap untuk pergi ke kantor.

Namun, satu dering telepon membuatnya mendesah sebal. Tolonglah, sedikit lagi ia siap. Inginnya Koeun mengacuhkan panggilan itu, tetapi dering ponsel tetap bersuara nyaring. Terpaksa, ia bangkit dari posisi duduknya dan mencari ponsel yang entah terselip kemana.

"Ahh, kemana lagi hilangnya benda itu?" umpatnya kesal sembari mencari ke sela-sela bantal. "Nah, ketemu!"

Satu nama yang cukup menguji nyalinya pagi ini muncul pada caller id. Atasannya menelepon dan ia sudah bisa membayangkan bagaimana seraut wajah congkak itu mengerutkan dahi dan bersiap memakinya.

"Selamat pa--." Ia bahkan belum selesai menyapa orang di seberang panggilannya ketika suara melengking wanita tua yang ia benci terdengar menusuk telinga.

"Miss Ko, anda pikir siapa diri anda? Ini sudah pukul berapa, mengapa anda belum juga tiba di kantor? Meeting akan mulai dalam beberapa menit ke depan...."

Ia tahu, ini tak akan berakhir dengan cepat. Jadi ia meletakkan ponselnya di atas meja rias dan menyalakan mode loud speaker. Telinganya masih tetap bisa mendengar ocehan atasan menyebalkan itu, sedang tangannya tetap sibuk bekerja memoles dan mempersiapkan diri.

Well, pagi hari ini dimulai dengan sesuatu yang menyebalkan ya?

Setidaknya mimpinya malam tadi bisa membuat Koeun sedikit lega menjalankan hari. Terbang bahagia di atas langit biru, terdengar menyenangkan bukan?

Yup, paling tidak mengingat hal itu membuat awal harinya terasa lebih baik.

***

Apa yang bisa terdengar lebih buruk ketika lengan panjang sweater kesayangannya harus tersangkut pada ranting semak tinggi di depan pintu rumahnya?

Kenapa hari ini jadi terasa begitu memuakan? Ini bahkan belum lewat tengah hari. Kekacauan benar-benar terjadi dan membuat Koeun kesal bukan main.

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang