Another

332 55 27
                                    

Her and something unusual about him

Semua rasanya terlalu cepat dan tiba-tiba untuk Koeun. Bagaimana perempuan itu tanpa kabar mendadak dihadapkan kembali dengannya. Yang berdiri dengan sepasang sneakers putih, coat coklat panjang dan scarf berwarna senada menghangatkannya di musim dingin yang menusuk ini.

Terasa ada yang salah, tapi matanya tidak menangkap kesalahan itu.

"Aku kembali." Ucapnya di malam dingin dengan latar belakang sungai Han yang mulai dituruni hujan salju. Laki-laki itu membuka payung bening yang ada di genggamannya lalu tanpa Koeun mintapun, ia sudah memayungi perempuan itu. "Tidak merindukanku?"

Benar, yang berdiri dihadapannya kini adalah Minhyung. Laki-laki yang begitu ia rindukan kehadirannya selama setahun belakangan ini. Yang sempat hilang tanpa berkabar apapun.

Tapi tetap saja terasa janggal, sungguh.

"Minhyung?"

Meskipun laki-laki itu menampilkan wajah tersenyum khas miliknya. Yang teduh dan mampu melelehkan hati perempuan itu detik berikutnya.

"Siapa lagi?" Dan dia terkekeh. Percis seperti ingatan Koeun di masa ketika laki-laki itu belum menghilang.

Ragu itu masih membalut hatinya. Tapi perasaan membuncah juga tak bisa ia acuhkan begitu saja. Keinginan dan egonya untuk dapat memeluk tubuh itu segera datang. Dengan segera, tubuhnya berada di dekapan hangat Minhyung. Merasakan kembali hangat tubuh laki-laki itu sekaligus mendengar debaran jantungnya yang berdetak indah di dekat telinga.

Koeun kembali menemukan kehidupannya.

Setidaknya untuk saat ini.

***

Dia masih meragu. Meskipun kini Minhyung benar-benar terasa nyata di depannya. Terasa ada di setiap dekapannya.

"Minhyung, sudah ku katakan untuk tidak mendekati dapurku!" Koeun berkacak pinggang. Dia masih menggunakan apron berwarna merah jambu pemberian laki-laki itu 2 tahun lalu. Di depannya seorang laki-laki meringis kecil karena ia baru saja mengiris jarinya tanpa sengaja. "Lihat, sekarang jarimu berdarah seperti itu. Siapa yang repot?"

Meskipun perempuan itu tampak marah, ia tak akan tega membiarkan Minhyung hanya berdiri sambil melihat tetes demi tetes darah jatuh dari luka sayatan itu.

"Maaf sayang, aku kan tidak sengaja mengiris jariku. Besok-besok ini tak akan terulang lagi." Laki-laki itu tersenyum jenaka sambil memasang peace sign dengan jari lainnya yang tidak teriris. "Aku janji."

"Berapa kali kau janji huh? Tapi kau tetap saja bandel." Koeun sibuk membasuh luka laki-laki itu di wastafelnya. Kemudian ia mengambil kotak obat dan mengoleskan cream luka diatas sayatan menganga itu. Minhyung sedikit meringis merasakan gel dingin dan agak perih itu mengenai lukanya. "Kalau sakit tahan, jangan mengeluh!"

"Iya iya, aku mengerti." Dan omelan Koeun akan berbuah satu kecupan ringan di pipi putihnya serta cengiran jahil di wajah laki-laki itu. "Jangan marah-marah lagi ya, nanti kulitmu jadi cepat keriput dan kau akan terlihat seperti nenek-nenek."

"Apa katamu?"

Tapi Minhyung malah kembali menampilkan tawa gelinya melihat kerutan di dahi perempuan itu.

"Nanti kau terlihat seperti nenek-nenek." Laki-laki itu tertawa lagi. "Tapi nenek-nenek seksi."

"LEE MINHYUUNNNNGGG!!!!!!!"

Dan di saat seperti ini, dia tak lagi terlihat seperti Minhyung di hadapannya.

***

"Kalau ku katakan aku bukanlah aku yang kau pikir, bagaimana?"

"Huh? Apa maksudmu?"

"Selama ini aku bukan orang yang kau kira. Aku hanya datang untuk menggantikannya."

"Jangan main-main bisa tidak? Aku sungguh tak mengerti maksudmu. Bisa kita ke inti pembicaraan saja?"

"Itu inti pembicaraannya."

"Minhyung, aku tak mengerti. Coba gunakan bahasa yang lebih sederhana lagi!"

"Aku mencintaimu, Koeun."

"Hah? Aku makin tak mengerti. Kau random sekali hari ini."

"Harusnya aku datang untuk membuatmu tidak lagi merindukannya. Tapi justru aku yang jatuh cinta padamu."

Perempuan itu masih memilih diam. Mencerna perkataan aneh laki-laki yang ia cintai.

"Minhyung aku--"

"Kau mencintaiku juga atau tidak, Eun?"

"Aku.... aku jelas mencintaimu."

Satu senyum muncul di wajahnya. "Benar mencintaiku? Atau orang lain?"

"Orang lain? Siapa? Selama ini tunanganku itu kau, bukan orang lain. Jangan berbicara meracau begitu."

"Apa aku boleh egois? Apa aku boleh memilikimu seutuhnya?"

"Aku sudah jadi milikmu, demi Tuhan."

"Sumpah Eun, setelah ini mungkin aku tak akan bisa melepaskanmu kepada orang lain."

Dan tubuhnya tertarik menuju dekapan laki-laki itu. Merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan selama ini.























































Bingung pasti bacanya ya? Wkwk emang sengaja
Jadi, aku mau tanya. Setelah kalian baca cerita diatas, apa yang bisa kalian tangkap dari cerita itu? Apa yang kira-kira mau aku sampaikan di cerita itu? Atau sebenernya ini cerita kayak apa sih?

Aslinya ini pengen aku buatin series juga. Tapi nunggu serendipity biar mendekati end dulu
Ini bisa dibilang merujuk ke prolognya lah
Aku taruh disini dulu biar ga lupa hehe
Ada yang bisa nebak ini ceritanya mau kayak gimana? Wkwk

Untuk saudari atas nama GorjessMates tolong jangan spoiler :)
Btw ini idenya dari dia ya, walaupun awalnya dia iseng aja nyuruh bayangin😂😂
Thank you panpan😂😂

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang