Reverie

296 49 13
                                    

⚠ Warning⚠
Mature content.





















All my demons run wild....

"Mau keluar bersama kami 'kan?"

Malam ini rasanya memuakkan untuk Koeun. Dan dia sedang tak ingin pergi kemanapun. Bahkan hingga Yeri, Lucas, Hendery dan Dejun memaksanyapun rasanya enggan.

"Malas."

"Oh ayolah, sampai kapan kau mau mengurung dirimu begitu?"

Ini tidak hanya tentang dia yang mengurung dirinya. Tapi juga rasa enggannya yang seolah mendominasi. Membuatnya malas untuk beranjak dan meninggalkan apartemnnya yang terasa sepi.

"Sampai kalian lelah memintaku untuk pergi bersama kalian."

Pandangan Koeun yang semula menatap wajah cemberut Yeri dalam video call mereka tergantikan dengan satu senyum jenaka milik Lucas. Sekali lagi berusaha meyakinkan perempuan itu untuk menyetujui ajakan clubbing mereka malam ini.

"Oh come on, Eun. Malam ini saja dan biarkan dirimu larut dalam euforia. You need a hangover, friend!"

"Nah, kalian saja. Jangan pedulikan aku."

"Tapi kami sudah ada di depan rumahmu." Teman-teman brengsek. Dia sudah menolak tapi mereka tetap keras kepala. Dan sekarang, ia bisa mendengar dengan jelas beberapa ketukan bar-bar di pintu depan apartemennya. Suara teman-temannya memanggil dengan tak sabaran. "Buka pintunya, Eun. Kita bersenang-senang malam ini."

"Bedebah kalian semua." Memiliki teman-teman seperti mereka memang adalah salah satu ujian terberat dalam hidup Koeun. Tapi ia juga tak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya harus kehilangan mereka. Orang-orang yang bertahan di jatuh dan rendah titik hidupnya. "Aku ganti baju dulu. Tunggu di luar, tak akan lama!"

Dengan satu gerakan cepat, ia mematikan ponselnya. Bergerak menuju lemari pakaian dan mengambil baju secara sembarangan. Paling tidak, dia tak terlihat begitu menyedihkan jika harus pergi bersama teman-temannya.

***

Speaker di beberapa sudut ruangan mendentumkan musik kencang. Di depan sana sedang ada live dj. Beberapa pengunjung sejak tadi sudah turun ke lantai dansa. Membawa gelas minuman mereka lalu berdansa dengan orang-orang asing di sana. Pemandangan biasa untuknya. Dimana-mana club memang seperti ini 'kan?

"Mau?" Koeun menggeleng untuk kesekian kalinya ketika Hendery yang kemudian duduk di kursi sebelahnya sambil menawarkan segelas whiskey. "Sejak kita tiba kau hanya duduk di meja bar, tidak berniat minum ataupun turun ke lantai dansa. Kenapa?"

"Sudah ku katakan aku malas." Ia memutar bola matanya kesal. Apalagi kini kursi di sebelahnya telah di duduki orang asing yang masa bodoh membuang asap rokoknya ke segala arah. "Kalian yang memaksaku."

"Ini juga demi kebaikanmu, Eun." Hendery menyesap whisky-nya seteguk. Sedikit memejamkan mata begitu cairan beralkohol itu menyapa tenggorokannya. Panas. "Kami semua sayang padamu, kau tak sepantasnya terus terpuruk seperti itu."

"Aku tidak terpuruk. Kenapa kalian senang sekali menarik kesimpulan sepihak begini?"

Hendery terkekeh geli lalu meletakkan gelasnya. "You look miserable. Semua juga tahu itu."

Satu tarikan napas panjang ia ambil. Nampaknya Hendery sudah mulai tipsy. Pengaruh dari alkohol yang sejak tadi tak berhenti ia tenggak. "Kau mabuk, Dery."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang