First Love

350 61 15
                                    

When she remember about her first love

Satu hal yang kadang menjadi hal cukup serius bagi seorang ibu adalah ketika putrinya mulai beranjak remaja. Ketika mereka mulai mempelajari betapa dunia mungkin akan mempermainkannya. Ketika mereka sadar jika tak selamanya kisah nyata akan berakhir bahagia seperti dongeng-dongeng pengantar tidur.

Ini tentang Nara yang tidak tahu harus melakukan apa saat dirinya dihadapkan pada perasaan asing. Dan entah bagaimana caranya, tiba-tiba menyusup dalam dirinya tanpa ia sendiri sadari.

Malam-malamnya lebih banyak dihabiskan dengan merenung seorang diri di kamar. Kadang sambil membuka jendela kamarnya di lantai dua yang langsung menghadap langit gelap berbintang. Menekuk lututnya dan beberapa kali menghela nafas.

Kenyataan itu tak bisa Koeun acuhkan. Dia sedikit bingung melihat bagaimana putrinya yang dulu ceria tiba-tiba lebih senang menyendiri. Jarang sekali ia tersenyum seperti sedia kala.

Dan malam ini, perempuan berusia diatas 30 tahun itu berniat mencari sesuatu yang mungkin putrinya sembunyikan. Ketika usai makan malam dan membereskan semuanya, Koeun memasuki ruangan pribadi milik putrinya.

Sekali ia mengetuk pintu kayu itu sebelum membukanya pelan. Benar dugaannya ketika ia bisa melihat Nara merenung lagi.

"Nara......?" Koeun memasuki kamar itu. Berjalan menuju posisi putrinya yang lagi-lagi duduk sambil menatap bintang. Ia bahkan tak terlihat terusik dengan kedatangan ibunya. "Kau belum tidur?"

Nara menoleh sekilas lalu tersenyum kecil. Mulai menyadari jika seseorang yang ia sayangi sudah duduk disebelahnya. "Belum ma, Nara belum mengantuk."

Koeun mengambil tempat di sisi putrinya. Mengusap pelan puncak kepalanya sayang. "Kenapa? Apa ada banyak hal yang sekarang sedang Nara pikirkan?"

"Tidak juga. Nara hanya belum ingin tidur."

"Oh ya?" Ibu satu anak itu ikut meniru posisi duduk putrinya. Sekarang mereka berdua sudah duduk bersisian dengan posisi yang sama. Menatap kearah langit malam dengan taburan bintang semarak serta bulan purnama yang bulat penuh. Cantik. "Tapi ibu lihat akhir-akhir ini putri ibu tidurnya selalu terlambat. Nara pasti sedang memikirkan sesuatu kan?"

Gadis remaja itu menggigit kecil bibirnya. Ia kemudian merebahkan kepalanya di pundak sang ibu sambil mengamit lengannya. Menghela nafas lagi sebelum menceritakan isi kepalanya yang mengganggu akhir-akhir ini. "Ma, apa Nara boleh bertanya?"

"Tentu saja sayang. Nara ingin bertanya apa?"

"Nara........." Gadis itu terlihat menahan sesuatu dalam dirinya. Masih tersisa rasa segan untuk bercerita dan takut untuk berbagi rahasia. "Sepertinya Nara menyukai teman laki-laki Nara di kelas."

Koeun yang sejak tadi menatap langit malam dari balik jendela kamar putrinya sambil mengusap surai panjang Nara menoleh. Menatap putrinya itu dengan pandangan bingung dan kaget. "Nara menyukai seseorang?"

"Begitulah."

Detik itu juga Koeun sadar jika Nara sudah mulai beranjak dewasa. Dia tak pernah membayangkan akan mendapati putrinya termenung hanya karena sedang jatuh cinta. Melihatnya seperti ini sangat menggemaskan.

"Lalu kenapa Nara harus jadi sebingung ini?"

"Apa mama tidak melarang Nara jika Nara menyukai seseorang?"

Ibu satu anak itu tertawa kecil. Memeluk tubuh putrinya yang kini sudah sempurna bersandar di dadanya. "Kenapa mama harus melarang Nara untuk jatuh cinta? Semua itu wajar sayang. Jatuh cinta itu hal yang biasa untuk gadis seusiamu."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang