Announcement

361 42 12
                                    

So, how they tell everyone?

Sudah satu minggu lepas festival dari fakultas Chaeyeon dilaksanakan. Berarti sudah satu minggu juga, Mark dan Koeun melepas status sahabat mereka menjadi kekasih. Sekarang yang jadi masalah, Koeun masih bingung bagaimana caranya memberitahu anak-anak di kosan tentang hubungannya ini. Belum lagi, ia wajib laporan pada Pak Heechul selaku pemilik rumah sekaligus walinya selama jauh dari rumah.

Ini membingungkannya.

Bukan, bukan berarti Koeun malu atau takut mengatakan jika Mark kini sudah menjadi kekasihnya. Ini lebih kepada rasa canggung yang perempuan itu rasakan. Dia tak akan sanggup menghadapi ledekan orang-orang di sana. Terutama Ryujin dan mulut petasannya itu.

Well, bukan seratus persen salahnya juga jika dulu Mark dengan bodoh dan gamblangnya sempat mengatakan jika mereka berdua tak akan pernah melewati batas persahabatan. Tapi nyatanya, mereka kebablasan.

"Mikirin apa?" Koeun mengerjap begitu mendengar suara lembut milik Mark yang kini duduk di belakang kemudi mobilnya. Tersenyum manis sambil menarik telapak tangan kanan perempuan itu dan menggenggamnya. "Dari tadi aku liat kamu melamun terus."

Koeun jujur, suka dengan perubahan sikap Mark setelah mereka berdua sama-sama berani mengungkapkan semuanya. Kekasihnya itu menjadi seseorang yang jauh lebih perhatian, touchy, sekaligus pencemburu berat. Yang terakhir itu, baru kali ini Koeun diperlihatkan sisi Mark yang seperti itu. Dan dia senang mendapati laki-laki itu bisa menjadi sangat pencemburu jika ada laki-laki lain yang terlihat seperti ingin mendekatinya.

"Enggak, nggak mikirin apa kok." Perempuan itu balas tersenyum. Genggaman tangan Mark di telapak tangannya mengerat sembari laki-laki itu mengendalikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Yakin?"

"Iya, Markie."

Mark menoleh sekilas. Membaca cepat raut wajah Koeun. Berteman dengan perempuan itu sejak lama membuatnya tahu jika kini Koeun sedang berbohong meskipun secara awam, wajahnya nampak normal-normal saja. "Bohong pasti."

"Loh, kok bohong? Aku serius, ih." Mark tertawa melihat bagaimana Koeun mengerucutkan bibirnya karena sebal. Di depan sana, mobil-mobil berderet rapi. Menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Dan baginya, ini adalah suatu kesempatan menarik. Jadi Mark sedikit memajukan badannya dan mencuri kecupan singkat di bibir kekasihnya itu. "MARK, IH. NGAPAIN?"

"Makanya jangan cemberut gitu, ntar kalo kamu cemberut terus ya aku cium lagi."

"Enak di kamunya itu sih."

"Emang kamu nggak suka?" Pipi Koeun tersipu mendengar perkataan Mark. Sekarang malah laki-laki itu yang terkikik geli. Senang bisa menggoda kekasihnya yang menggemaskan itu. "Tapi Eun, jangan bilang kalo kamu lagi mikirin gimana cara kita ngomong ke anak-anak kosanmu? Sama Pak Heechul juga pasti."

Percaya atau tidak, ini adalah salah satu hal yang Koeun sukai dari Mark. Kenyataan jika laki-laki itu mengerti dirinya, bisa membaca masalahnya tanpa perlu ia ceritakan. Mark benar-benar telah bisa membaca dirinya luar dan dalam.

Perempuan itu menghela napasnya sekali. "Mereka nggak bakal bilang yang aneh-anehkan? Pak Heechul juga nggak bakalan nyuruh kita putuskan?"

Kekasihnya terkikik geli. Ia menarik kembali tuas persneling dan menginjak gas perlahan. Mobil mereka bergerak pelan. Mengikuti barisan mobil di depannya tadi. "Kenapa kamu harus khawatirin itu? Bukannya udah dari dulu, anak-anak kosan pada ngerestuin kita? I mean, Kak Dahyun, Chaeyeon, terutama Ryujin. Mereka kadang suka godain kamukan kalo aku lagi main ke sana?"

"Kamu tau?"

"Aku nggak sebebal yang kamu kira, duh."

"Kan, makin nyebelin aja kamu nih."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang