Memory Of The Wind

579 62 20
                                    

P.s dengerin lagu di mulmed ya. Bagus banget.

In which, the wind remind him to her

Menatap kearah kejauhan diatas bukit ini, aku menyadari betapa aku merindukan kehadiranmu. Angin-angin yang berhembus seolah membawa pesan tak kasat mata yang selalu mengingatkanmu padaku. Tentang bagaimana kita dan seperti apa dirimu dulu.

Banyak hal tentangmu dan memorimu yang berlarian didalam kepalaku. Muncul satu per satu seperti potongan film. Berputar secara berurutan. Dari saat bagaimana kita berjumpa hingga kini tinggal aku disini.

"Hai, namaku Mark. Namamu siapa?"

Mungkin itu bisa jadi adalah kalimat awal yang akhirnya mengantarkan kita sampai saat ini. Jujur saja, aku tak pernah menyesal memberanikan diri untuk bertanya seperti itu padamu. Meskipun teman-teman kita dulu selalu menganggapmu canggung dan meyeramkan.

"Koeun. Namaku Koeun."

Dan kau ingat betapa menggila reaksi teman sekelas kita ketika kau menjawab pertayaan dariku?

"Ya..... ya..... anak baru itu bicara. Dia mau berkenalan dengan Mark kita."

"Heol. Kupikir dia itu bisu."

"Eh? Mark? Dia mau berbicara degan Mark? Ya, mungkin dia hanya mau berbicara dengan orang tampan."

"Apalah kita yang hanya serpihan debu."

Aku tidak mempedulikan reaksi-reaksi berlebihan mereka. Sebaliknya, aku malah merasa kesal dengan apa yang mereka katakan. Karena setelah itu, aku bisa melihat wajahmu menjadi sedih.

"Maafkan mereka ya. Mereka hanya bercanda saja tadi. Jangan dimasukkan kedalam hati seluruh perkataan mereka."

"Aku tahu."

Kau tidak tahu dan aku sesungguhnya melihat ada genangan air di matamu kala itu. Kau menangis dalam diam.

Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk dapat membahagiakanmu dan membuatmu tersenyum.

"Eun, kalau lulus sekolah nanti kau mau lanjut ke universitas tidak?"

"Aku tidak suka belajar Mark. Lebih baik aku biarkan teman-teman yang lain saja mengambil kesempatan itu. Aku sampai disini saja sudah cukup."

"Jadi kau tak ingin melanjutkan pendidikanmu? Apa kau tidak ingin menjadi mahasiswa? Bagaimana dengan cita-citamu?"

"Cita-cita? Cita-citaku dari dulu hanyalah mejadi seorang istri dan ibu yang baik untuk keluarga kecilku kelak. Meraih cita-citaku itu tidak perlu sekolah yang tinggi, Mark."

"Cita-citamu sesederhana itu ya? Memangnya kau suka anak-anak?"

"Aku suka sekali anak-anak. Makanya nanti setelah lulus aku ingin kerja di daycare milik bibiku atau menjadi pengasuh anak-anak."

"Kau memang seorang yang penyayang ya?"

Bahkan mendengar mimpi terbesarmu saat itu masih terasa aneh bagiku. Mana ada orang di jaman semaju ini hanya ingin menjadi istri dan ibu yang baik? Bukankah rata-rata perempuan di negara kita ini ingin menjadi seorang wanita karir?

Kau unik.

Aku tambah yakin jika aku tidak salah menyukai perempuan saat itu.

"Eun ikut aku."

"Eh kita mau kemana? Acara kelulusan di aula akan dimulai sebentar lagi Mark."

Saat kita lulus dari sekolah, kau adalah orang pertama yang aku cari setibanya di aula. Tujuanku dari rumah saat itu adalah aku ingin di momen kelulusan ini, kau akan terus mengingatku. Meskipun nantinya aku harus meninggalkanmu dan negara ini demi pendidikanku.

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang