Moonlight

306 49 19
                                    

When they dancing under the moonlight

Seharusnya Koeun tahu jika keputusannya mengiyakan ajakan Yeri untuk datang ke acara promnight sekolah malam ini adalah suatu kesalahan. Nyatanya, sekeras apapun dia berusaha menikmati acara itu tetap saja rasanya menjemukan.

Bukan, acara itu bukannya tidak seru. Hanya saja Koeun tidak terlalu suka melebur bersama banyak orang. Mengobrol, tertawa, bernyanyi, ataupun menari seperti orang gila. Nope, itu sangat bukan dirinya.

Bagi gadis itu, lebih menyenangkan jika malamnya dihabiskan di atas tempat tidur dengan kaki terulur di bawah selimut. Membaca beberapa novel yang belum sempat ia tamatkan sambil mendengar lagu bernada slow dari airpod baru yang dibelikan ayah.

Lebih terdengar manusiawi untuknya.

"Eun ayo, kita turun!" Yeri baru kembali setelah puas mengobrol dan tertawa bersama teman-teman mereka di dekat panggung. Tersenyum lebar dan berusaha menarik tangan Koeun. Mengajaknya untuk bergabung bersama. "Anak-anak lain sudah bersiap di lantai dansa. Sebentar lagi sesi dansa bersama akan di mulai."

"Ugh, aku di sini saja Yer." Dengan senyum kecil, Koeun berusaha menarik tangannya. Menolak ajakan sahabatnya itu dengan sopan. "Melihat keramaian seperti itu saja aku tak sanggup."

"Oh ayolah, kau setuju datang kesini untuk bersenang-senang 'kan?"

Yang benar saja? Koeun bahkan tak pernah mengatakan setuju untuk ikut kemari jika saja tadi pagi Yeri tidak datang dengan tiba-tiba. Membawa satu set gaun berwarna gradasi merah muda dan ungu tanpa lengan sepanjang lutut serta perlengkapan make-up yang komplit. Mana tega gadis itu jika harus menolak usaha sahabatnya?

"Perlu kuingatkan dirimu, Kim. Aku datang karena terpaksa."

"Eun, kau itu sudah di tahun akhir sekolah tapi tidak pernah datang ke promnight. Memangnya tak takut menyesal nanti?" Yeri kemudian menarik salah satu kursi di hadapan Koeun dan mendudukan dirinya di sana. Sesekali melirik ke arah depan panggung, memastikan acara dansa bersama belum dimulai. "Tak akan ada cerita masa sekolah menyenangkan yang bisa kau bagikan kelak pada anak-anakmu."

"Dari pada menceritakan masalah party seperti ini, aku lebih memilih menceritakan kisah tokoh dunia inspiratif pada anak-anakku kelak."

"Ah, kau ini memang orang paling kaku yang pernah ku kenal," dengus Yeri dengan wajah yang cemberut. Bergegas bangkit dari tempat duduk dan hendak kembali ke lantai dansa. "Terserah kau saja Eun, yang jelas aku mau dansa dulu. Dan aku tak akan memaafkanmu jika nanti setelah acara dansa ini selesai, kau tak ada di tempat ini."

"Ya kalau kau nanti tak menemukanku di sini, artinya aku sudah pulang."

"KOEUN!"

"Apa?"

"Kau menyebalkan!"

Yeri memang begitu. Tapi Koeun tahu jika sahabatnya tak akan sanggup marah lama-lama. Gadis itu hanya menggeleng melihat bagaimana Yeri berjalan sambil menghentakan kaki meninggalkannya. Yang kini tinggal sendiri duduk di salah satu meja pojok ruangan sambil menyesap lemon tea dinginnya.

***

Koeun bukannya benci. Dia hanya tak suka keramaian. Melelahkan baginya jika ia harus diam berlama-lama di ruangan penuh dengan manusia. Karena itu, sembari menunggu Yeri dan acara dansa itu selesai, Koeun memilih untuk pergi ke luar aula sekolah. Berjalan menuju taman belakang sekolah yang meskipun tak seterang lokasi promnight, tapi tak juga dapat dikatakan temaram.

Lebih nyaman begini. Mengambil tempat di salah satu bangku putih panjang yang ada di bawah pohon cherry blossom lalu menggunakan airpod yang ia simpan di tas tangannya.

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang