Bab 75

10.6K 1K 137
                                    

Mata Xu Liu membelalak. Kakinya lemas dan jantungnya berdegup kencang. Hanya suara dan kata itu yang terdengar ditelinganya seolah-olah semua suara di dunia menghilang. Tanpa sadar air matanya mengalir dan tubuhnya hampir jatuh limbung.

Jin WeiShan segera menahan tubuh Xu Liu.

"Ap..apa yang Anda katakan Yang Mulia?" Xu Liu masih tidak mempercayai pendengarannya.

"Ayah. Ayah kecil. Hari ini WeiShan, puteramu bisa memberikan penghormatan kepadamu untuk pertama kali setelah sekian lama. Maafkan keterlambatanku Ayah."

"Bagaimana bisa?"

"Ayah Mu telah memberitahuku segalanya."

"Kapan?"

"Tiga tahun lalu pada hari penyerangan, Paman XueMin memberitahuku. Jadi aku juga bertanya pada Ayah Mu tentang kebenarannya. Posisiku belum cukup kuat saat itu. Aku takut jika aku mengenalimu, seseorang akan tau dan menyakitimu. Ayah..apakah WeiShan sudah terlambat?"

Xu Liu menggeleng dengan linglung. Ia tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Terkejut, bahagia, takut. Semua bercampur menjadi satu.

"Tidak..tidak WeiShan. Kau tidak terlambat. Akulah..akulah yang bersalah karena telah meninggalkanmu." Xu Liu hanya bisa berpegang pada lengan Jin WeiShan untuk menguatkan dirinya.

"Tidak. Ayah Mu sudah menceritakan segalanya. Situasi yang memaksa kita berpisah. Tapi sekarang tidak ada lagi yang akan memisahkan kita."

Xu Liu mengangguk dan memeluk puteranya. Bayi kecilnya sudah dewasa dan sangat bijaksana. Meski hatinya sedikit takut jika suatu saat rahasia kelahiran WeiShan akan terbongkar, namun hanya saat ini Ia ingin memeluk puteranya sepenuh hatinya.

"WeiShan..semua akan baik-baik saja. Ayah akan melindungimu."

Jin WeiShan mengangguk di bahu Ayahnya. "En. Semua akan baik-baik saja. Aku juga akan melindungi kalian."

Xu Liu ingin waktu berhenti sejenak agar Ia bisa memeluk puteranya lebih lama. Namun Ia tau waktu tidak akan berbelas kasih pada siapapun. Ia harus merasa puas dan menikmati saat ini selagi Ia bisa.
.
.
.
Jin WeiShan masuk ke kamarnya dan para pelayan segera membantunya melepas jubah seremonialnya. Ia kemudian mandi air hangat untuk merilekskan tubuhnya yang lelah seharian.

Jin WeiShan merasa segar dan bersiap untuk beristirahat ketika melihat seseorang dengan pakaian hitam berdiri dikamarnya. Ia terkejut dan bahagia dihatinya, namun mengingat saat-saat perpisahan mereka, hatinya menjadi kesal lagi.

"Yah..tamu dari jauh. Haruskah Zhen mengundang Anda minum teh?" ucap Jin WeiShan dingin. Ia duduk di kursi dan menuang secangkir teh untuk menenangkan diri. Hatinya masih terasa sakit atas kejadian masa lalu.

Pria itu segera berlutut. "Aku mengucapkan selamat atas penobatanmu dan berharap kejayaanmu seratus tahun, Yang Mulia."

Jin WeiShan meremas cangkir yang dipegangnya dan melemparnya ke tanah. "Untuk apa kau datang kesini, Paman Hao?"

Hao Lan mendongak. Wajahnya masih dingin seperti biasanya, ciri khas para prajurit. Namun matanya memancarkan sedikit melankolis.

"Untuk mengucapkan selamat padamu Yang Mulia."

"Jika hanya itu, maka pergilah. Zhen sudah menerimanya. " Jin WeiShan berbalik untuk pergi ke tempat tidurnya.

Hao Lan dengan cepat menahan lengan Jin WeiShan dan menariknya ke dalam pelukannya. Jin WeiShan memberontak dan berusaha mendorongnya, namun Hao Lan jelas bukan lawannya. Mencium aroma tubuh yang dikenalnya, Jin WeiShan merasakan dorongan untuk balas memeluknya.

[BL] Transmigrated to be A Male WangfeiWhere stories live. Discover now