Chapter 35 : Precious Memories

3.6K 404 93
                                    

Menghindar memang bukan cara yang benar, namun tidak bertemu untuk sementara waktu -nampaknya adalah hal yang dibutuhkan dalam memperbaiki perasaan satu sama lain.

Entah bagaimana caranya, mereka semua seolah dapat menyepakati hal itu dalam diam. Menyesuaikan diri masing-masing dan melakukan semuanya dengan normal seolah tak ada hal apapun yang terjadi sebelumnya.

Dalam diamnya, Han Sohee nampak berusaha berpikir jauh. Memperhatikan bagaimana sosok Hana yang menjadi sedikit lebih ceria belakangan ini, membuatnya pun bertanya-tanya dengan apa yang terjadi setelah malam itu.

Mungkinkah hubungan Hana dan Seokjin telah membaik?

-atau justru sebaliknya?

Hampir seminggu berlalu dan dirinya sama-sekali tak mendapat petunjuk apapun soal itu.

Baiklah. Sohee sadar bahwa dirinya tak mempunyai hak untuk mencampuri hubungan kedua orang itu lagi -namun pergi begitu saja setelah semua 'keributan' yang ia sebabkan nampaknya juga bukan cara yang benar.

Lambat laun ia pun sadar, bahwa dengan hanya duduk diam dan saling memperhatikan dari bilik kaca kantor tak akan membuat masalahnya selesai begitu saja. Bagaimanapun juga waktu terus berlalu, dunia akan tetap berputar dan kehidupan akan tetap berjalan sebagaimana mestinya -tidak peduli bahkan jika dirinya memilih untuk terus berdiam diri selamanya.

Menyadari semua itu, Han Sohee memutuskan untuk memulainya lebih dulu. Mengambil satu langkah maju dan bersiap menyapa Seokjin yang nampak akan lewat dihadapannya, berjalan diarah yang berlawanan dengan tatapan yang saling bertemu dari kejauhan-

"Seokjin-ah..."

-sayangnya sapaan itu hanya berakhir menjadi angin lalu, ketika tak sedikitpun ia menerima tanggapan dari pria itu. Satu kenyataan miris yang Sohee terima kali ini adalah, Kim Seokjin telah mengabaikan dirinya.

Ya. itulah yang terjadi sekarang. Sebuah gambaran terburuk yang paling ditakutkan Sohee ketika dirinya mulai terbuka atas semua perasaannya. Dan untuk kali ini gadis itu hanya berusaha menghela napas -berharap dapat melepas semua beban dipundak yang rasa-rasanya menjadi semakin berat.

.

.

.

.

.

"Peluncuran produk selanjutnya akan kita lakukan di kota Busan. Berdasarkan survey yang telah dilakukan... "

-pembaca materi yang sibuk menjelaskan rangkaian presentasi hari itu nampak tengah menjadi pusat perhatian. Terbukti hampir seluruh pasang mata yang hadir disana nampak dengan seksama memperhatikan dirinya -terkecuali satu orang.

Berbeda dengan yang lainnya, pandangan Sohee nampaknya tengah tertuju ke arah lain. Tak ada objek khusus yang menjadi fokus dari penglihatannya, karena pada dasarnya gadis itu hanya menatap kosong. Memainkan sedikit ujung pulpennya sembari terus melamun, memikirkan sesuatu yang nampak sulit ia temukan ujungnya.

"...dengan adanya proyek ini diharapkan akan memberi dampak besar atas peningkatan penjualan. Sehubungan dengan itu, rencana untuk pembangunan kantor cabang disana juga akan ..."

Tak berniat memperhatikan presentasi itu sama sekali, lamunan Sohee pun tetap berlanjut. Bertahan pada posisi semula yang membuatnya terlihat seolah-olah sedang menatap meja, gadis itu sama sekali tak menyadari- keberadaan sepasang mata yang kini tengah menatap lekat padanya.

Posisi duduknya yang berada tak begitu jauh -atau bahkan hampir bersebrangan, membuat Seokjin seolah dapat melihat bagaimana raut wajah Sohee yang nampak sedang melamun. Tak begitu jelas memang, akibat cahaya temaram yang memang diatur untuk acara presentasi.

Perfect ProposalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora