thirty seven

1.2K 121 37
                                    

Rabu.

Seperti hari biasanya, melakukan aktivitas seperti sekolah dan lainnya. Noah sudah bisa kesekolah karena dirinya sudah merasa lebih baik. Dan Nathan mempunyai luka lebam yang tidak bisa disamarkan, tetapi ia tidak terlalu memperdulikannya.

"Nathan, Noah, papa message gue nih tadi jam 10, katanya papa beliin kita mobil terus mobilnya udah ada dirumah." Kata Naya pada Nathan dan Noah. Sekarang mereka sedang menunggu bus di halte sekolah untuk pulang.

"Buat apa sih." Ketus Nathan, ia jadi merasa benci kepada papanya itu.

"Don't ask me." Balas Naya sambil menaikan kedua bahunya tidak tahu.

"Ngga ngerti gue sama papa, tega-teganya tampar Nathan." Kesal Noah, wajahnya jadi cemberut padahal ia lagi kesal.

"Gue sih ga masalah, dia mau tampar gue, pukul gue, ga masalah. Tapi kalau dia berani-berani tampar mama dan kalian berdua, gue akan lawan! Ga peduli gue." Kata Nathan mengebu-ngebu.

"Ish jangan gitu Nath." Rajuk Naya sambil memegang sebelah tangan Nathan.

"Ngga bisa gitu Nath, gue ngga mau lo di tampar atau dipukul papa lagi. Gue ngerasa sakit juga kalau lo diapa-apain." Ucap Noah mengerutkan dahinya, ia tidak setuju dengan Nathan.

Nathan hanya menghela napasnya, tidak lama bus datang untuk membawa mereka pulang.

^^^

Sesampainya dirumah, tidak ada orang satupun karena mamanya sudah mulai bekerja. Noah yang baru memasuki rumah langsung duduk disofa sambil menghela napas. Naya langsung pergi ke dapur setelah melepas jaketnya untuk membuat makanan karena mereka merasa lapar. Dan Nathan mengambil kompresan karena pipinya masih terasa sakit.

Noah yang sedang mendengarkan lagu melalui earphonenya melihat surat yang ada diatas meja, sebenarnya ingin ia hiraukan, tetapi dirinya dibuat penasaran. Noah mengambil surat itu dan ternyata dari papanya. Dengan malas, ia buka suratnya.

Suratnya hanya berisikan pesan singkat kalau mobil yang papanya pesan sudah ada digarasi, dan mereka harus memanfaatkan dengan baik.

"Surat apa itu?" Tanya Nathan duduk disamping Noah.

"Nih baca." Noah memberikan suratnya pada Nathan. Nathan membacanya setelah itu ia memutarkan kedua bola matanya, masih kesal dengan papanya itu.

Naya datang dari dari dapur sambil membawa makanan yang telah buat. "Ih sumpah masa ada kecoa sih disini, kesel banget ih!" Ocehnya kemudian menaruh makanannya di meja.

"Kecoa doang takut," ledek Noah pada Naya.

"Gue pikir disini gak akan ada kecoa kaya di rumah yang dulu." Beo Naya dan menaruh makanannya diatas meja. Lalu ia duduk disamping Nathan. "Apa tuh Nath?" Tanya Naya lalu langsung mengambil surat itu dari tangan Nathan.

Naya menatap kedua kembarannya itu bergantian. Tetapi mereka berdua hanya menatap Naya bingung. "I wanna see!" Ucap Naya ingin melihat tetapi ditahan oleh Noah.

"Hang on! Jangan dulu nanti kalau digarasi ada penjahat gimana." Kata Noah takut, mungkin ia kebanyakan nonton film semacam itu.

"Nanti aja Naya, mending makan dulu." Ujar Nathan yang masih memegang kompresan dipipinya.

"Oke fine." Kata Naya pada akhirnya.

Setelah selesai, mereka bertiga langsung pergi ke garasi. Karena Noah terlalu over thinking jadi ia menyiapakan stik golf supaya kalau ada orang yang jahat bisa ia pukul pakai itu dan ia berjalan paling depan, Nathan dan Naya hanya mengikutinya dari belakang.

Triplets [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant