fourty nine

515 37 28
                                    

*happy reading*

Malam itu, Noah, Naya, dan Nathan memutuskan untuk menginap dirumah William. Dan keesokan harinya, mereka bersekolah seperti biasa. Nathan dan Noah meminjam seragam William, lalu Naya meminjam seragam milik Laura.

Awalnya mereka bersekolah seperti hari-hari biasa, hingga akhirnya saat pulang kerumah mereka di ceramahi habis-habisan oleh Sara. Jelas Sara sangat khawatir dengan keadaan mereka malam itu, pasalnya tidak ada kabar sama sekali dari mereka. Apalagi saat melihat Nathan wajahnya babak belur begitu. Nathan bilang sih dia berantem sama temannya, sengaja dia tidak bercerita jujur saat kejadian malam itu, karena dia tidak mau melihat mamanya sedih dan kecewa.

Alhasil mereka dihukum untuk tidak boleh keluar rumah kecuali ada hal yang penting.

Oh iya selama dirumah, Naya, Nathan, dan Noah tidak saling bicara kecuali didepan mamanya, supaya mamanya tidak terlalu memikirkan kenapa mereka seperti ini.

Seperti hari ini, yap sekarang hari minggu, itu berarti eventnya akan dimulai. Nathan yang jadi petugas dibolehkan oleh Sara untuk berangkat pagi. Sedangkan Naya dan Noah di izinkan datang pada pukul 12 siang nanti, padahalkan acaranya dimulai pukul 9 pagi.

Naya sangat badmood karena dikurung didalam rumah, ia rasanya sangat bosan, apalagi Naya masih kesal dengan Noah yang sikapnya acuh tak acuh pada keadaan keluarga mereka sekarang, jadi ia tidak bisa lebih tepatnya enggan berbicara pada Noah, Noahnya juga diam saja tidak ada basa-basi untuk mengobrol.

Bel rumah berbunyi.

"Noah tolong liat siapa yang datang," teriak Sara dari dapur.

"Iya mah," sahut Noah yang sedang menonton TV kemudian bangkit menuju pintu rumah untuk mengetahui siapa yang datang.

Noah terkejut saat melihat Laura didepan pintunya dengan paperbag ditangannya. Perempuan cantik yang tingginya hanya sehidung Noah, mendongak agar bisa melihat wajah Noah dengan sempurna kemudian ia tersenyum sambil menyodorkan paperbag itu.

Noah menerimanya dengan tatapan heran pada Laura, lalu ia melihat isi paperbag itu. Seketika ia membulatkan matanya saat melihat box handphone.

Waktu kemarin Noah bilang ke mamanya kalau ponselnya hilang karena temannya, jelas-jelas mamanya marah karena ponsel itu hadiah dari mamanya saat ia mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya.

Noah melongo sambil memegang box handphonenya. "Are you serious this is for me?"
"Lo serius ini buat gue?"

"Seriously, your cellphone yesterday lost because of me."
"Serius lah, ponsel lo yang kemarin kan udah ilang gara-gara gue." Ucap Laura santai.

"I don't want to, this is the newest cellphone, whereas mine yesterday wasn't like this."
"Gue gak mau, ini ponsel terbaru, sedangkan punya gue kemarin bukan kaya gini." Ucap Noah sambil menyodorkan paperbagnya ke Laura.

Laura memutarkan kedua bola matanya.
"Just accept it, I've come a long way for bought this."
"Udahlah terima aja, gue udah jauh-jauh lho beliin ini." Papar Laura dengan wajah lesu.

"O-okay thanks, do you want to go inside first?"
"O-oke thanks, lo mau masuk kedalam dulu?" Tanya Noah sambil menunjuk kedalam rumahnya.

"No thanks, I have to hurry because Will told me to go to school now. Btw, you didn't come to the event?"
"Engga makasi, gue harus buru-buru soalnya Will suruh gue kesekolah sekarang. Btw lo gak datang ke event?" Tanya Laura.

"Ohh, I'll come this afternoon."
"Ohh, gue nanti siang datangnya." Jawab Noah santai.

"Ohh okay, I'll go first, see you there!"
"Ohh oke, gue duluan ya, see you there!" Ucap Laura berjalan pergi.

Triplets [END]Where stories live. Discover now