twenty two

3.5K 159 7
                                    

~happy reading <3~

Hari ke-4 ini mereka masih berwisata ke tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Setelah itu, saat malam tiba akan ada renungan yang bertempatan di aula dekat hotel.

Tepat siang hari cuaca tidak terlalu terik, awan kelabu mulai menutupi matahari yang menyinari perjalanan mereka kali ini.

Noah dan Fadil sedang duduk dipinggir jalan menunggu Nathan, Farhan, dan Raihan yang ketinggalan dibelakang.

Noah yang merasa bosan menunggu, membuka percakapan. "Dil lo lagi deket sama cewek gak?"

"Kaya ngga tau aja lo," sahut Fadil santai. "Lo lagi deket sama Risa ya?" Tanya Fadil.

"Engga biasa aja," Noah berusaha untuk santai dan tidak gugup jika ditanya soal itu.

"Oohh," respon Fadil dengan mulut yang berbentuk O.

"Biasa aja dong tuh mulut, kemasukan laler baru tau rasa." Canda Noah.

"Eh lo berdua ngapain disini?" Tanya Nathan yang sedang berjalan dan berhenti ketika melihat Noah dan Fadil sedang duduk di trotoar.

"Lah kita nungguin lo pada." Jawab Fadil dengan mimik wajah heran.

"Yang lain pada kemana?" Tanya Raihan sambil menggaruk kepalanya.

"Udah pada duluan ke bis kayanya." Sahut Noah dan berdiri dari duduknya.

"Yaudah ayo lanjut jalan," Fadil mulai jalan duluan, sampai ia menyadari kalau kawan-kawannya masih diam ditempat. "Eh kok diem?" Fadil tiba-tiba berhenti dan balik kebelakang.

"Parkiran bis ada disebrang, lo ngapain kesana?" Ucap Nathan dengan muka yang sangat datar.

Fadil langsung menoleh kearah sebrang dan menoleh lagi kearah kawannya itu dengan muka cengo.

"Yaudah ayo ke bis, tinggalin aja anak kudanil ini." Ajak Noah langsung jalan dan diikuti yang lainnya, Fadil yang tadinya hanya diam langsung berlari menyusul mereka.

Titik-titik air mulai menimbulkan jejaknya dikaca bis yang menghalangi pengelihatan kearah luar.

Naya yang tadinya memandang kearah luar, kini mengalihkan wajahnya kearah ponselnya yang menampilkan judul lagu yang sedang diputarnya. Mendengarkan Perfectly Wrong by Shawn Mendes membuatnya terasa rapuh disaat situasi seperti ini.

Naya tiba-tiba rindu kepada mamanya tanpa alasan, membuat matanya berkaca-kaca. Beruntung ia duduk didekat kaca maka Risa tidak akan mengetahui bahwa Naya sedang menangis.

'Tuh kan, gini aja nangis.' Kesal Naya dalam hatinya. Ia menyenderkan kepalanya kekaca dan mengetik pesan kepada mamanya.

Naya
I miss you mum.

Setelah mengirimkan pesan, Naya menenangkan dirinya lalu tidak lama kemudian ia tertidur.

Pukul 3, sesuai dengan jadwal mereka singgah dirumah makan untuk makan siang padahal sudah memasuki waktu sore.

"Nay bangun Nay," Risa membangunkan Naya dengan memenepuk pelan pipi Naya.

Samar-samar pandangan Naya mulai normal dan bisa melihat Risa yang mulai merapikan rambutnya.

"Dimana ini Ris?" Tanya Naya celingak celinguk.

"Rumah makan, kita belum makan siang kan," jawab Risa sambil tersenyum lebar kearah Naya.

"Oh iya," Naya menyahut.

"Ayo semua kalau ada teman yang tidur tolong dibangunkan." Ucap seorang TL.

Triplets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang