fifty

497 35 6
                                    

Tadi saat Noah baru datang, ia langsung di tarik oleh Louis ke rooftop sekolah. Louis khawatir jika Jackson dan teman lainnya melihat Noah, kemungkinan Noah bisa habis diamuk Jackson.

Rencana Jackson sudah dipersiapkan dengan baik tanpa sepengetahuan orang lain. Bahkan William dan team tidak tahu, padahal teamnya sudah yakin jika Jackson tidak membuat rencana apapun, karena teamnya sudah memeriksa setiap sudut sekolah, kalaupun terjadi mereka sudah siap sedia.

Louis benar-benar mengintrogasi Noah, dan Noah berbicara dengan jujur, karena tahu kalau Louis tidak akan memberitahu siapapun.

"Bro, be strong mentally. You know that Jackson is very brutal. If you are asked later, try to answer calmly."
"Bro, kuatin mental lo. Lo tau kan Jackson itu brutal banget. Kalau nanti lo di tanya, usahahin jawabnya harus tenang." Ucap Louis dengan wajah serius.

Noah mengangguk seperti sudah siap apa yang akan terjadi nanti. "But I'm thinking of Laura,"
"Tapi gue kepikiran sama Laura," ucap Noah seperti gumaman.

"Me too. Actually, there's only one key, don't let Jackson know that Laura is on Will's side. If Jackson finds out, Laura can end up in his hands,"
"Gue juga. Sebenarnya kuncinya hanya satu, jangan sampai Jackson tau kalau Laura ada di pihak Will. Kalau Jackson tau, Laura bisa habis ditangannya," gusar Louis.

Noah menutup wajahnya dengan kedua tangannya frustasi. Angin yang berhembus juga semakin kencang seakan ingin membawa pergi Noah dari sini.

Ponsel Louis berbunyi, lalu ia menerima telepon itu. "No I'm not with him."

"Okay."

Louis mematikan ponselnya lalu menghembuskan napasnya berat sambil melihat ke arah Noah.

Dengan gusar Noah menatap Louis. "Why?"

"Jackson's looking for you."
"Jackson nyariin lo." Gusar Louis. "He told me to look for you because I said I'm no longer with you."
"Dia suruh gue buat nyari lo karena gue bilang gue gak lagi sama lo." Lanjutnya.

"So, I have to give myself up?"
"So, gue harus nyerahin diri gue?" Tanya Noah bimbang.

"Don't!" Seru Louis. "I don't feel good if you give yourself up. You have to stay away from other friends, don't let them see you."
"Perasaan gue gak enak kalau lo nyerahin diri lo. Lo harus menghindar dari anak lainnya, jangan sampai mereka liat lo." Ujarnya.

Noah menelan salivanya membayangkan kalau ia di tangkap oleh Jackson. "There are a lot of members. I'm sure I'll be found out."
"Anggotanya banyak. Pasti gue bakal ketauan." Ucapnya pasrah.

"Hide is the only way you don't get caught."
"Sembunyi satu-satunya cara supaya lo gak ke tangkap." Ide Louis. Kemudian Louis memegang kedua pundak Noah. "Whatever happens, don't panic, I have to go now before Jackson suspects me."
"Apapun yang terjadi lo jangan panik, gue harus pergi sekarang sebelum Jackson curiga sama gue." Setelah itu Louis melangkah pergi.

"Lou hang on,"
"Lou sebentar," panggil Noah, dan Louis menghentikan langkahnya. "What is Jackson's real plan?"
"Apa rencana Jackson yang sebenarnya?"

***

Hari mulai gelap. Laura sedang bersama dengan segerombolan teman-temannya. Dengan kejadian malam itu, sepertinya ia paling berani menerima resiko apapun. Tapi nyatanya tidak. Ia sekarang merasa was-was, takut jika tiba-tiba salah satu teman Jackson menarik dirinya, dan membawanya pada Jackson.

Sebenarnya sekarang ia ingin berbicara pada Noah, tetapi dari tadi Noah tidak menampakan batang hidungnya didepan Laura. Sekarang ketakutannya bertambah, bagaimana jika Noah disekap lalu dipaksa berbicara mengenai malam itu, bagaimana kalau dia bilang saat itu dia dibawa kerumah William.

Triplets [END]Where stories live. Discover now