part 27

5.4K 264 7
                                    

Happy reading:)

Mereka berlima berheti tepat berhadapan dengan revan dan vanya yg sedang bergandengan tangan.

Dara melirik tangan mereka yg saling bertautan. "lo kuat! " ucapnya dalam hati.

" gandengan aja kayak mau nyebrang! " sindir ella.

" takut ilang kali" sambung reina.

Revan yg mendengar itu langsung melepas tautan tangannya dengan vanya. Revan kemudian menatap dara lekat.

" aku mau bicara ra! " ucap revan.

Dara menaikkan sebelah alisnya" apa?" tanyanya.

" gk disini" balas revan dan langsung menarik tangan dara.  Sedangkan sahabatnya terbengong melihat hal itu.

" ehh anaconda!  Lo ngerencanain apa hah!? " ucap ella sinis kepada vanya.

" lo ngomong apa sihh?! " balas vanya tak kalah sinis.

Reina memutar bola matanya malas. " jangan banyak sandiwara. Kita tau lo cuman pura pura sakit kan?!  Supaya revan peduli sama lo dan hubungannya sama dara jadi hancur! " ucapnya.

" gw emang sakit ya!  Jadi jangan asal nuduh!! " bantah vanya.

" sakit ya?  Tapi kok lo kelihatan sehat sehat aja?  Gk ada lemes lemes nya tuh?! " sahut rafa sinis.

Vanya menggeram tertahan, dia tidak mungkin melawan mereka karena sekarang revan tidak bersamanya dan dia sendiri.

" knp diem?  Bener yg kita bilang?! " ucap ella.

" jangan asal ngomong ya!  Gw emang sakit. Gw gk boong! " ucap vanya tegas.

" ya udah kalo gitu gw doain biar cepet masuk neraka! " sahut reina.
.
.
.
.
.
.

Sedangkan di taman belakang sudah ada dara dan juga revan yg sedang berdiri berhadapan.

Belum ada pembicaraan antara mereka. Hingga dara membuka suaranya.

" knp? " tanya dara.

" vanya sakit ra" sahut revan. Dara menghela nafasnya.

" terus knp? "

" untuk saat ini aku gk bisa ngeluangin waktu buat kamu. Aku harus terus ada disamping vanya. Ini permintaan vanya. Aku gk mau bikin dia sedih" balas revan.

Dara terkekeh sinis. "oh jadi ini rencana licik lo?! "batin dara.

" kamu gk mau bikin vanya sedih, sedangkan kamu rela bikin aku sedih?! " tanya dara sinis.

" tolong ngertiin aku ra!  Vanya sakit dia butuh aku! "

" aku kurang ngertiin kamu gimana lagi van?!  Dulu kamu juga selalu mentingin vanya. Dan sekarang baru aja kmu perhatian sama aku terus kamu harus mentingin vanya lagi!  Terus aku haru apa!! "

" vanya sakit kanker!!  Kamu itu sehat raa!!  Kamu masih punya sahabat dan keluarga. Sedangkan vanya cuman punya aku dan kedua orang tuanya!! " bentak revan.

Dara menatap revan tak percaya. "kamu gk tau keadaan aku sebenarnya van. Disini yg sakit itu aku. Sakit fisik juga batin" ucapnya dalam hati.

" oke!  Aku ngalah. Dan emang aku yg selalu ngalah. Kamu urusin aja sahabat kamu itu! " ucap dara dan menekankan kata sahabat.

" gk gitu maksud aku ra" ucap revan lembut dan ingin meraih tangan dara.namun langsung ditepis oleh dara.

" udahlahh van aku males buat berantem. Kalo itu mau kamu oke. Kamu kan yg bilang aku masih punya sahabat dan keluarga?  Ya udah sekarang kamu urusin vanya aja yg sakit itu" ucap dara dan berlalu meninggalkan revan.

Revan menatap naanr punggung dara yg kian menjauh. Dia mengusap wajahnya kasar.

"araghhhh!  Gw harus gimana?! " ucapnya frustasi.  Tak lama dia pun pergi darisana.
.
.
.
.

Dara berjalan menghampiri keempat sahabtnya itu yg sudah membawa tas masing masing. Disana juga masih ada vanya.

" ini tas lo ra" ucap reina sambil memeberikan ransel branded berwarna hitam kepada dara.

Dara menerima tasnya dan menyampirkan dibahu kanannya. " makasih" ucap dara dan diangguki reina.

" lo ngomongin apaan sama revan? " tanya ella saat melihat revan berjalan ke arah mereka.

" ngomongin ular" sahut dara dan melirik sinis vanya. 

Tak lama revan juga menghampiri mereka

" van kamu jadi kan nganter aku pulang? " tanya vanya lembut.

Revan menatap dara sekilas. " jadi kok" balasnya.

" kresek kresek" celetuk rafa.

" buat apa? " tanya arkan.

" pengen muntah gw" sahut rafa yg membuat ella, reina dan juga arkan tertawa. Sedangkan dara hanya terkekh kecil.

Vanya hanya menatap rafa sinis. Sedangkan revan hanya diam saja.

" lo mau nganterin tu orang van? " tanya arkan kepada revan dan menujuk vanya dengan dagunya.

Revan hanya menganggukan kepalanya.

" terus dara gimana? " tanya arkan.

" jangan bilang lo lebih milih nganter vanya ketimbang dara" ucap reina menatap revan datar.

" vanya sakit, dia butuh gw. Jadi gw harus nganterin dia pulang. Kalo dara dia bisa naik taksi" sahut revan.

Yg lainnya menggelengkan kepalanya tak percaya.

" terus lo pikir dara gk butuh lo?! " sinis ella.

" gw udah bilang!  Vanya sakit dia lebih butuh gw!" ucap revan datar.

" udah gw bisa pulang sendiri!" sahut dara yg sedari tadi diam.

" enggak enggak. Lo gk boleh pulang sendiri. Entar kalo lo diculik gimana?  Trus nanti kalo bonyok lo tau gimana?  Bisa abis kita sama keluarga lo" cerocos ella.

" dara biar gw yg anter pulang.  Gw bawa mobil. " ucap arkan dan menarik tangan dara. Namun dihentikan oleh suara revan.

" jangan sentuh pacar gw! " ucap revan dan menatap arkan tajam.

Sedangkan arkan hanya biasa saja. " terus apa kabar sama lo yg gandengan tangan sama vanya?! " ucapnnya sinis.

Skakmat!

Revan diam.  Arkan yg melihat revan terdiam langsung kembali menarik tangan dara menuju parkiran.

" dara cantik.banyak yg mau sama dia. Gk menutup kemungkina kalo arkan bisa suka sama dara. Apalagi sikap lo sekarang. Jadi gw harap lo gk nyesel. " ucap rafa dan berlalu pergi diikuti oleh ella dan juga reina.

Sedangkan revan terdiam sebentar. Kemudian berjalan bersama vanya meninggalkan koridor yg sudah sepi itu.




























-----------------------------

I Give UpWhere stories live. Discover now