part 6

9.8K 536 26
                                    

Happy reading:)




" gw lebih heran lagi,  ceweknya aja udah cantik,  baik,  genius,  ideal,  tinggi,  lembut,  rendah hati dan yang pastinya enggak MURAHAN di sia siain lah ini milihnya yang udah kayak nyi roro kidul!" ucap reina sambil melirik sinis revan dan vanya.

Revan sudah mengepalkan tangannya emosinya sudah berada dipuncaknya.
Revan menggebrak meja

Brakk

" JAGA OMONGAN LO YA!! " bentak revan terhadap ella dan reina.  Ella dan reina yang mendengar bentakan revan sedikit terkejut namun mereka kembali terlihat santai.

" knp?!  Lo gak terima atau cewek lo merasa MURAHAN?! " teriak ella sambil menatap revan dengan sorot kemarahan.

Dara diam! Dia cukup terkejut mendengar bentakan revan kepada sahabatnya, namun dia ingin melihat sampai sejauh mana revan tetap membela vanya.

" LO!! " emosi revan yang sudah di ubun ubun kini bersiap melayangkan tamparan ke arah ella namun ada tangan yang menghadang tangannya..

" jangan sentuh sahabat gw! " ucap dara dingin dan datar menatap revan dengan mata tajamnya.

Revan menghempaskan tangan dara kasar, lalu menatap dara tak kalah tajam.

" lo mau belain sahabat lo yang bar bar ini, yang omongannya gk bisa dijaga hah! " bentak revan kepada dara.  Dara yang dibentak hanya terdiam seraya menutup matanya.  Hatinya sakit mendengar revan membentaknya. sebegitu pentingnya vanya dihidup revan hingga dia tidak menyadari bahwa dara adalah tunangannya. Dara membuka matanya kemudian menatap vanya yang terdiam dengan muka sok sedihnya, kemudian beralih menatap revan yang hampir sama tingginya dengan dara.

" kalo lo emng gak ngerasa jadi pemeran utama dalam ceritanya ella sama reina knp lo mesti marah?  Tohh dari tadi mereka gak ada nyebut nama lo sama vanya kan? Trus ngapain lo marah, atau lo merasa jadi bahan omongan mereka? " ucap dara meremehkan.

Skakmat!

Revan bungkam,  dia mencerna setiap kata yang diucapkan oleh dara.  Memang benar jika revan tidak merasa menjadi bahan omongan ella dan reina mengapa revan marah?  Toh mereka tidak ada menyebut nama revan dan vanya sedari tadi.  Jika revan marah berarti memang benar apa yang ella dan Reina bicarakan.

" knp diem?  Sadar kalo yang mereka bilang itu bener?  Atau gak bisa jawab ucapan gw? " tanya dara sambil terkekeh sinis " lo gak perlu buang tenaga lo buat marah ke mereka yang jelas jelas gk nyebut nama lo di omongan Mereka. Kalo emng lo marah sama mereka ya berarti lo emng merasa jadi cowok itu. " ucap dara dan berlalu pergi meninggalkan kantin yang hening. Revan menatap nanar punggung dara yang kian menghilang dari pandangannya.

" lo jadi cowok ngerti dikit perasaan cewek!!  Lo pikir selama ini dara diem dia gak tau kelakuan lo?!  Mikir!! Lo masih punya otak jangan mau di kadalin sama komodo kayak dia!! " ucap reina seraya menunjuk vanya yang berdiri di belakang revan.  Kemudian reina dan ella meninggalkan kantin untuk menyusul dara.  Mereka tau dara kini sedang sangat terpukul.

" lo salah van.  Gak seharusnya lo bentak dara,  dia cewek lo van dan gak selamanya lo harus pentingin vanya,  pikirin juga perasaan dara" ucap arkan yang sedari tadi hanya diam kemudian meninggalkan revan.

" selama ini gw pikir lo bakal sadar sama sikap lo tapi ternyata lo gk lebih dari pengecut!. Seandainya gw gak nganggep lo sahabat udah dari dulu dara gw buat jadi milik gw,  siapa sih yang gak mau sama dara?  Dia cantik,  body goalss,  pinter bahkan jenius,  dia baik dia rendah hati, dia punya segalanya! kekuasaan?  Segalanya van! bahkan dia dijuluki princessnya sekolah sama anak anak,  banyak yang pengen dapetin dara termasuk Gw. tapi lo?  Lo yang udah bisa milikin dara bahkan nyia nyian dia demi cewek yang jauh dibawah dara.  Gw gak habis pikir sama jalan pikiran lo.  Capek gw nasehatin lo!" ucap rafa dan langsung pergi meninggalkan revan yang termenung mendengar kata kata sahabatnya. Vanya yang melihat revan melamun segera membuyarkan lamunan revan,  dia takut revan termakan omongan sahabatnya,  dia tidak ingin revan kembali menyayangi dara. 

" udah ya van ga usah di pikirin " ucap vanya seraya mengusap bahu revan

" maafin gw ya yang gagal Buat bela lo didepan mereka" ucap revan yang merasa bersalah karena tidak bisa membela vanya.

" udah gpp aku gk terlalu pikirin ucapan mereka kok" kata vanya sambil menatap revan.

" sekarang kita kekelas ya" ucap revan sambil mengelus kepala vanya yang hanya sebatas lehernya.

Mereka kemudian meninggalkan kantin dengan revan yang menggenggam tangan vanya.

***

Di lain tempat ada seorang gadis yang sedang menatap langit yang sedikit mendung itu,  setetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipi mulusnya.  Dia menatap hamparan gedung gedung di depannya, gadis itu duduk dengan kedua lutut ditekuk dan kedua tangan yang memegangi lututnya,  sesekali dia mengusap air matanya kasar.

" ra.." sentuhan di bahunya membuat gadis itu menoleh menatap kedua sahabatnya yang sedang memandang sendu ke arahnya.  Gadis itu adalah dara.  Yap saat ini dara sedang berada di roftoop sekolah,  dan yang ada di sampingnya adalah kedua sahabatnya, siapa lagi kalau bukan ella dan reina.

" lo jangan sedih yaa,  maaf gara gara kita lo jadi dibentak revan.  Tapi lo jangan nangis ya ra" ucap ella sambil mengusap bahu dara.  Dia merasa bersalah karena dia yang menjadi penyebab revan dan dara bertengkar.

" iya ra kalo lo nangis kita juga ikutan sedih,  jangan nangis lagi ya.  Lo kan masih punya kita" ucap reina

Dara tersenyum sambil menghapus air matanya kemudian memeluk kedua sahabatnya itu.

" kalian gak salah. Ini emang udah takdir gw,  lagian hubungan gw sama revan emng udah gak baik dari dulu" ucap dara sambil melepas pelukan Mereka dan tersenyum fake.  Dara berusaha mati matian untuk menahan air matanya yang ingin keluar,  jujur dia sudah tidak kuat lagi menghadapi segala ujian nya,  hatinya sakit,  jiwanya lelah,  batinnya terluka,  dan pikirannya kacau saat ini. Dia ingin menangis sekencang kencangnya namun dia tidak ingin melihat orang orang yang perduli dengannya saat ini melihat keadaannya yang sebenarnaya. dia tidak ingin sahabatnya mengetahui luka hati dara yang sesungguhnya.

" lo knp masih bertahan sih ra? " tanya ella. Dara menghembuskan nafas panjang kemudian menatap lurus kedepan.

" gw gk mau buat orang tua gw dan revan kecewa,  selama ini mereka gak pernah tau masalah yang gw hadapin,  selama ini mereka ngira hubungan gw dan revan baik baik aja.  Lo tau kan hubungan keluarga gw dan revan sedeket apa?  Apalagi orang tuanya revan itu deket banget sama gw.  Gw gak mau buat mereka kecewa.  Gw tau rasanya dikecewain itu kayak gimana.  Lagian gw sama revan itu bukan sekedar pacaran, kita itu udah tunangan dan sulit buat gw mutusin ikatan ini.  Gw sayang banget sama revan meskipun gw harus selalu ngerasa sakit kalo ngeliat dia sama vanya.  Kalo boleh jujur gw pengen banget nyerah sama keadaan, tapi gw juga berpikir bukan cuman perasaan gw yang akan terluka tapi juga orang tua gw dan revan. Gw bakal ikutin alurnya, ada saat nya kita berjuang dan ada saatnya kita berhenti berjuang jetika semua udah gk bisa di perbaiki lagi. Pada kenyataannya hati gw lelah tapi setidaknya gw harus berusaha walaupun mungkin nanti semuanya bakal sia sia.. " ucapan dara itu membuat kedua sahabatnya langsung memeluk dara erat.

" gw salut sama lo ra,  lo cewek terkuat yang pernah gw temuin" ucap reina

" lo tenang aja kita bakal selalu ada buat lo kok" ucap ella

Dara tersenyum mendengar penuturan kedua sahabatnya,  dia bersyukur masih mempunyai orang orang yang selalu mendukung dan menyemangatinya.

" sebenarnya ada yang mau gw omongin ke kalian, ini rahasia gw selama ini tapi gw pengen kalian tau karna gw takut gw gak punya banyak waktu lagi. Sebenarnya gw....... " ucapan dara barusan berhasil kedua membuat sahababatnya mematung.


















-----------------------------

I Give UpWhere stories live. Discover now