part 25

6.4K 251 3
                                    

Happy reading:)

Flassback

Setelah dara dkk keluar dari kelas,  revan dkk kembali melanjutkan kegiatan mereka bermain game diponsel masing masing. 

Tak lama dari itu,  seorang wanita menghampiri meja mereka dan berdiri tepat di samping revan.

"van! " panggil wanita itu.

Revan yg mendengar ada yg memanggil namanya,  kemudian dia menghentikan aktivitasnya dan mendongakkan kepalanya menatap wanita itu. Raut wajah nya berubah menjadi datar termasuk kedua sahabatnya.  Arkan dan juga rafa yang juga menatap wanita itu dengan datar.

" knp? " tanya revan singkat.

Wanita itu memainkan jari jemarinya seperti sedang bingung.

" emm aku boleh bicara sebentar?  Ada yg mau aku omongin.  Ini penting" ucap wanita itu.

Revan menaruh ponselnya di atas meja " ngomong apa?  Disini aja" ucapnya.

" aku mau bicara berdua" ucap wanita itu sambil melirik arakan dan rafa sekilas.

Arkan dan rafa hanya menaikkan sebelah alisnya. Bingung.  Mau apa lagi wanita itu?. Pikir mereka berdua.

" lo ngusir kit?!" tanya rafa sambil menunjuk dirnya dan arkan.

" gw gk ngusir!  Gw cuma mau bicara sama revan dan gw gk ada urusan sama lo berdua! " balas wanita itu sinis.

" urusan revan urusan kita juga.  Kita sahabatnya revan! " balas arkan dan menatap wanita itu datar.

Wanita itu tersenyum miring namun revan tidak menyadarinya " lo lupa?  Gw sahabatnya revan dari kecil.  Bahkan sebelum lo sahabatan sama revan!" ucap wanita itu tersenyum remeh.

Saat rafa akan menjawab ucapan wanita itu,  revan sudah lebih dulu memotongnya.

" udah!. Vanya lo mau ngomong apa?  Kita ngomong ditaman blkang! " ucap revan.

Vanya?  Yaa. Wanita itu adalah vanya.

"dasar ular!! " batin arkan dan rafa. Saat melihat revan dan vanya sudah keluar dari kelas.

" firasat gw gk enak.  Tuh ular pasti punya rencana licik lagi" ucap rafa

Arkan menganggukkan kelapanya pertanda dia membenarkan ucapan rafa.

" kita ikutin! " balas arkan dan langsung berjalan keluar kelas,  diikuti rafa disampingnya.
.
.
.
.
.
.

Sedangkan di taman belakang sudah ada revan dan vanya.  Mereka berdiri berhadapan namun belum ada pembicaraan diantara mereka.

Revan yg sudah jengah pun bertanya kepada vanya.

" ngomong apa? " tanya revan singkat.

Bukannya menjawab pertanyaan revan,  vanya malah memeluk revan dan menangis. 
" hikss.. Van.. Hiks" isak tangis vanya yg didengar revan. 

Revan dibuat bingung oleh vanya.  Tadi vanya bilang ingin bicara sesuatu namun saat sudah ditanya malah menangis.

Akhirnya revan mengusap pelan bahu vanya untuk menenangkannya.

" knp nangis?  Lo mau ngomong apa? " tanya revan.

Vanya hanya menggelengkan kepalanya dan masih menangis sesenggukan.

Entah itu air mata asli atau palsu.  Entahlahh.

" nya!  Jangan buat gw bingung.  Jawab pertanyaan gw! " ucap revan tegas.

Akhirnya vanya melepaskan pelukannya dan menatap revan.

" aku.. Aku.. Aku sakit van" ucap vanya.

Revan diam.  Dia mencerna ucapan vanya.  Maksudnya apa? . Tanya revan dalam hati.

" please jangan buat gw tambah bingung.  Maksud lo apa? " tanya revan. 

Vanya tidak menjawab,  dia malah mengambil sesuatu disaku almameternya.
Dia menyerahkan selembar kertas yg dilipat kepada revan.

Revan menatap kertas itu bingung. "ini apa? " tanyanya.

" kamu buka aja ya" ucap vanya yg masih berlinang air mata.

Revan mengambil kertas itu dan perlahan membukanya.  Revan membaca setiap kata demi kata.  Kalimat demi kalimat.  Sampai pada kata terakhir raut wajah revan berubah. Antara terkejut, sedih atau apalah.

Dia kmudian menatap vanya sendu. " knp? " tanyany.

Vanya hanya diam dan kembali menangis.

" knp lo gk bilang vanya!!  Knp!!  " tanya revan keras.  Tangis vanya pun pecah.

" maaf" hanya itu yg keluar dari mulut vanya.

Revan tanpa sadar membuang kertas itu dan memeluk vanya.  Vanya pun membalas pelukan revan sembari terus menangis.

" knp lo gk bilang kalo lo sakit kanker nya? " tanya revan dan terus memeluk. Vanya erat.

" maafin aku van. Aku cuman gk mau kmu khawatir soal keadaan aku.  Aku gk mau nyusahin kamu"

" tapi gk harusnya lo sembunyiin ini dari gw nya.  Gw sahabat lo. " ucap revan saat sudah melepaskan pelukannya.

" aku takut.  Aku takut kamu ninggalin aku saat tau kondisi aku.  Apalagi sekarang kamu lebih banyak ngabisin waktu sama dara.  Aku gk enak kalo harus ngerepotin kamu"

" gw gk akan pernah ninggalin lo. Lo tetep sahabat gw nya meskipun dara pacar gw tapi gw masih peduli sama lo" balas revan.
" apa aku boleh minta sesuatu sama kamu? " tanya vanya setelah menghapus air matanya.

" gw bakal lakuin apapun itu buat lo.  Asal lo harus kuat" balas revan.

Vanya tersenyum " aku minta untuk saat saat ini kamu terus bareng aku ya?  Aku pengen ngabisin waktu sama kamu. Aku gk tau sampek kapan aku bertahan tapi tolong kabulin permintaan aku ya.  Anggep aja ini permintaan terakhir aku. " ucapnya.

Tanpa berpikir panjang,  revan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

" gw janji gw gk akan pernah ninggalin lo sampai kapanpun. Tapi lo harus sembuh ya" ucap revan dan langsung memeluk vanya.  Vanya pun membalas pelukan revan

" makasi ya van" ucap vanya dan tersenyum miring.  Revan tak menyadarinya namun arkan dan rafa melihat semuanya.  Karena sedari tadi mereka terus mengikuti revan dan mereka mendengar semua pembicaraan revan dan vanya.

Setelah beberapa menit akhirnya revan dan vanya meninggalkan taman belakang sambil bergandengan tangan.  Arkan dan rafa langsung bersembunyi dibalik tembok.

Setelah mereka berdua menghilang di lorong.  Rafa akhirnya angkat bicara.

" ini gk beres.  Gw yakin vanya gk sakit.  Dia itu sehat sehat aja.  Gk ada lemes lemesnya.  Pasti ini rencananya vanya buat misahin revan sama dara. " ucap rafa serius.

" kita kasi tau dara.  Dan kita selidiki semuanya.  Firasat gw gk enak tentang ini. " balas arkan.  Raga menganggukkan kepalanya.  Akhirnya mereka meninggalkan tempat itu.

Flassback off





















----------------------------

I Give UpWhere stories live. Discover now