Part 2

14.4K 754 11
                                    

H a p p y   R e a d i n g
.
.
.
.
.

K

ini tibalah mereka didepan sebuah gerbang hitam yang menjulang tinggi.  Terdapat rumah besar nan mewah di dalamnya. Dara dan Arkan turun dari mobil Arkan.

" Thanks, ya, Ar" ucap Dara sambil tersenyum.

"Iya santai aja. Mending sekarang lo masuk dan istirahat, muka lo udah pucat gitu, " Arkan membalas senyum Dara walaupun ada sedikit kekhawatiran di dalam benak Arkan terhadap Dara.

" Yaudah sekali lagi makasi ya dan maaf kalo gue ngerepotin lo. Kalau gitu gue masuk dulu, lo hati-hati ya, " Dara kemudian memasuki rumahnya karena tadi satpam rumahnya sudah membukakan pintu gerbang itu, karena tau nona mudanya sudah datang.

Setelah memastikan Dara sudah memasuki rumahnya. Arkan langsung masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan rumah mewah itu.

Dara berjalan dengan langkah lemah memasuki rumah besarnya. Banyak pelayan rumah yang menatap bingung ke arah Dara, namun mereka tidak berani menanyakannya.

"Ya ampun, Non. Ini Non kenapa kok bisa basah kuyup gini? Muka Non pucat banget, " kata salah satu pelayan disana yang bernama Bi Inah. Bi Inah sudah sangat dekat dengan keluarga Dara dan Dara sendiri. Karena Bi Inah sudah bekerja di rumah Dara sebelum Dara lahir.

" Dara gak papa kok, Bi. Tadi Dara kehujanan makanya basah, " jawabnya sambil tersenyum.

Ini yang menjadi salah satu kebiasaan Dara. Dia selalu berusaha menyembunyikan lukanya didepan orang lain dengan senyum manisnya yang terpaksa ia berikan.

" Ya sudah, sekarang Non Dara ke atas dan bersih-bersih. Bibi sudah siapin makan malam buat Non Dara. Nyonya sama tuan lagi keluar, mungkin sebentar lagi pulang. "

Dara hanya membalas dengan anggukan dan berjalan melewati Bi Inah lalu masuk kedalam lift menuju lantai atas. 
Dirumahnya memang terdapat lift selain tangga.

Dara memasuki kamarnya yang mewah dan besar itu. Kemudian dia segera memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, setelah itu dia menggunakan baju kaos  berwarna abu-abu dan dipadukan dengan hotpants putih di atas lutut.  Dia berjalan ke kasur king size nya dan duduk di tepi ranjang. Dara melamun memikirkan yang terjadi pada dirinya. Lamunanya buyar karena mendengar suara ketukan pintu kamarnya.

" Non Dara! Ayo makan malam dulu. Nyonya dan tuan udah nunggu dibawah, " panggil Bi Inah dari luar kamarnya.

" Iya, Bi. Ntar Dara turun kebawah. "

Setelah mendapat jawaban Bi Inah langsung turun kebawah. Dara menghela nafas panjang, dia tidak ingin terlihat sedih didepan orang tuanya. Orang tua Dara memang tidak tau masalah Dara dan Revan. Mereka memang tau Revan memiliki sahabat bernama Vanya, namun mereka tidak tau apa yang sedang terjadi terhadap hubungan Dara dan Revan karena kehadiran Vanya.

"Gue gak boleh sedih! Mama sama Papa gak boleh tahu masalah ini, " batinnya.

Kemudian Dara berjalan keluar dari kamarnya menuruni tangga dan menuju meja makan. Disana sudah ada Mama dan Papanya yang duduk dimeja makan. Dara menghampiri mereka dengan senyum yang senantiasa terpancar di wajahnya.

"Ehh anak Mama udah turun, " kata Dira, Mamanya.

Dara hanya menanggapinya dengan senyuman. Kemudian mereka makan dengan tenang dan hening.  Setelah makan seperti biasa mereka akan berkumpul diruang keluarga untuk sekedar mengobrol sebentar.

" Gimana sekolah kamu, Ra?  " tanya sang papa, Adnan kepada putri nya itu.

" Baik kok, Pa. "

" Kamu jadi ikut Olimpiade Internasional?" tanya Dira yang kini ikut bergabung dengan pembicaraan Dara dan suaminya itu.

" Belum tau, Ma. Kemungkinan Dara ikut kemungkinan juga nggak, " kedua orang tua nya hanya mengangguk sambil tersenyum.

" gimana hubungan kamu sama revan? " pertanyaan yang keluar dari adnan membuat dara terdiam.  Dara bingung apa yang harus ia katakan. Mungkin orang orang mengira bahwa hubungannya dengan revan baik baik saja tapi tidak dengan apa yang dara alami.  Hubungan mereka sedang tidak Baik baik saja. Namun dara juga tidak ingin orang lain tahu masalahnya dengan revan apalagi kedua orang tua dara dan juga revan.

" baik kok pa" ini jawaban yang selalu dara ucapkan saat kedua orang tua nya menanyakan perihal hubungannya dengan revan. 

" emm.. Dara ke atas ya ma pa.. Dara capek pengen istirahat" lanjutnya.

" ya udah kamu istirahat gih besok kan harus sekolah" kata sang mama

Kemudian dara berdiri dan mengecup pipi kedua orang tua nya sebelum beranjak pergi meninggalkan kedua orang tuanya itu.
Dara menghindar?  Memang! 
Dia tidak ingin orang tuanya berkelanjutan menanyakan hubungannya dengan revan karena dara sendiri bingung harus menjawab apa nantinya.  Setiap ada yang membiacarakan tentang revan apalagi tentang hubungannya, dia akan mengingat kembali kesedihannya dan dara tidak mau orang orang menyadari tentang kesedihannya itu.  Biarkanlah hanya dia yang tau dan merasakan segalanya.

Setelah memasuki kamarnya dara merebahkan tubuhnya diatas kasur dan menatap langit kamarnya.  Getaran hp nya membuat ia bangkit dan mengambil hpnya di atas nakas.

Revan 💗

Besok aku gak bisa jemput kamu.
Aku harus jemput vanya
Kamu berangkat sendiri gpp kan

Membaca pesan dari revan saja sudah membuat hati dara sakit.  Tak terasa setetes demi tetes air matanya turun membasahi pipinya itu.  Dia berusaha menahan isakannya. Kemudian dia mengetik balasan untuk revan

Revan 💗

Besok aku gak bisa jemput kamu.
Aku harus jemput vanya
Kamu berangkat sendiri gpp kan

Iya gpp kok
Biar besok aku makek mobil

Read

Dara hanya tersenyum miris. Dia kemudian meletakkan hpnya dan berbaring diatas kasurnya untuk mengistirahatkan hati sekaligus pikirannya.  Tak lama dia terlelap dalam tidurnya.












------------------------------

I Give UpWhere stories live. Discover now