[42] Kebenaran yang selama ini tersembunyi

8.5K 1K 548
                                    


AUTHOR come back hehe😋 ada yang rindu, kah?

Sebelum baca, kasih emot dulu dong buat Author😆

H a p p y  r e a d i n g 🖤
Maafkeun typona nyaa ..

••

Note: BIAR LEBIH NGE-FEEL, KALIAN WAJIB BACA SAMBIL DENGERIN INSTRUMEN DI MULMED YAA, SAMPE SELESAI BACA, POKOKNYA DIPUTER TERUS. GAPAPA DIULANG-ULANG DENGERNYA.
POKOKNYA WAJIB. OKE?👌

~~

"Nies?"

Dennies menoleh, menatap ke arah Pak Wisnu sambil tersenyun tipis. "Iya, Pak?"

"Kamu baru kelihatan lagi, ke mana aja?"

Dennies menunduk, memaikirkan hal yang telah terjadi belakangan ini. Benar, ini untuk pertama kalinya Dennies datang ke masjid setelah beberapa hari absen dari berjama'ah sholatnya. Lagi dan lagi, penyebabnya karena apa yang terakhir kali menimpanya.

Deg!

Dennies menahan napasnya dalam. Sesak itu, kembali terasa, sakit itu, semakin kian menjadi. Terlahir sebagai seorang kesalahan dan anak yang tidak diinginkan, membuat mata Dennies kembali berair. Ibu, sungguh, Dennies sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk sampai dan bertemu dengan Ibu. Untuk apa Dennies di sini, jika pada kenyataannya saja, kehadirannya tidak pernah diharapkan. Untuk apa ia berdiam diri bersama orang-orang yang nyatanya menolak kehadirannya.

Bahkan kini Ayah pun, menolak kehadiran Dennies. Ibu, maafkan Dennies, karena Dennies tidak bisa menjadi sumber kebahagiaan untuk ayah. Maafkan Dennies karena ternyata, kehadirannya telah menghancurkan kebahagiaan ayah. Mungkin benar, ayah telah berbahagia dengan keluarganya, dan Dennies, justru dengan lancang masuk ke dalam keluarga bahagia mereka, dan kemudian menghancurkannya.

Sungguh, bukan itu maksud Dennies.

Dan sekarang, setelah banyak hal yang menyakitkan terjadi, Dennies sadar, bahwa pada hakikatnya, tanpa Dennies pun, ayah akan baik-baik saja. Selalu. Kenapa ayah tidak baik-baik saja, disaat ia memiliki telah memiliki seorang anak yang dapat selalu membanggakannya, kenapa ayah tidak baik saja disaat ia telah memiliki seorang istri yang akan selalu ada bersamanya. Dari dahulu, seharusnya Dennies sadara bahwa ia telah sepenuhnya tergantikan. Dan keinginannya untuk kembali mendapatkan kasih sayang ayahnya pun, memang tidak mungkin. Itulah kenyataannya.

Awalnya Dennies berharap, bahwa setelah banyaknya halang rintang yang menerjangnya, hidup akan berbelas kasihan pada Dennies. Tapi nyatanya, semuanya masih belum berakhir. Ia harus selalu kokoh, lagi dan lagi, hatinya harus selalu lapang, karena selalu menerima kenyataan yang berada di luar harapannya.

"Bapak rindu sama kamu lho, biasanya kamu yang selalu adzan," Pak Wisnu kembali bersuara, suara yang sontak menyadarkan Dennies dari lamunannya. "Mata kamu merah Nies, kenapa?"

Dennies menggeleng, kemudian tersenyum tipis. "Nggak papa, Pak."

Iya, seperti biasa, saat untuk kesekian kalinya ia hancur, hati dan logika Dennies kembali mengeluarkan argumen yang berlawanan. Hatinya berteriak, bahwa ia tidak baik-baik saja, tapi logika kembali memaksanya untuk tersenyum disaat hatinya menjerit dengan penuh kepiluan.

"Bangga banget orang tua kamu, Nies, punya anak seperti kamu. Sudah ganteng, hafidz qur'an. Ah, pokoknya kamu itu nggak ada celahnya, Nies."

Dennies hanya kembali menundukkan kepalanya, saat lagi dan lagi, kenyataan menampar ia dengan begitu kerasnya. Tidak, kehadirannya bahkan tidak pernah diinginkan, bagaimana bisa ia dibanggakan? Kehadirannya bahkan tak lebih dari sebuah kesalahan, bagaimana bisa ia mengharapkan semua itu? Dibesarkan oleh kerasnya hidup membuat Dennies tak lagi memerdulikan sekitarnya.

DENNIESWhere stories live. Discover now