[10] Pertemuan

7.4K 1K 69
                                    


Maaf untuk typo!

~~~

Dennies dan Adnan duduk di sebuah warung yang ada di sekitar pelabuhan. Kedua anak itu, menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam di lautan untuk sampai ke tempat tujuan mereka.

"Cari ojek, yuk?"

Adnan yang asyik memakan roti, menoleh ke arah Dennies, kemudian mengangguk. Itu menyenangkan, lebih cepat sampai di rumah Bi Arum, akan lebih baik. Hampir 3 hari mereka berdua luntang-lantung di jalanan dan tidur di emperan toko saat malam. Setidaknya bersama Bi Arum, baik Dennies dan Adnan tidak perlu takut kekurangan tempat tidur nantinya.

Adnan memasukkan sepotong roti yang masih tersisa ke dalam tas miliknya. Lumayan, jika ia merasa lapar lagi, ia tidak perlu meminta dibelikan roti lagi pada Kak Dennies. Adnan tahu, persediaan uang yang Kak Dennies simpan hampir habis untuk kebutuhan mereka 3 hari terakhir. Jadi, ia harus lebih pintar dalam menghemat.

"Ayo."

~~~

Dennies memegang dengan erat alamat yang dahulu pernah diberikan oleh Ibu. Ia sudah bertanya pada beberapa orang yang ia temui saat keluar dari kapal tadi. Dan mereka bilang, jika alamat yang Dennies tanyakan memang berada di daerah provinsi ini. Tapi kini, kebingungan kembali menyapa Dennies. Ia tidak tahu, kendaraan mana yang harus ia tumpangi untuk sampai di kediaman Bi Arum.

Dennies menatap sekitarnya, menemukan percikan air hujan mulai turun membasahi tanah yang kini dipijaki olehnya.

"Gerimis," Adnan menatap Dennies sambil menadahkan kedua tangannya ke atas, memastikan apakah air itu turun atau hanya perasaannya saja.

Menanggapi, Dennies mengangguk. Kemudian tatapannya terarah pada sebuah warung yang ramai dikunjungi para pembeli. "Kita neduh," Dennies menatap Adnan, kemudian jari telunjuknya ia tunjuki ke arah seberang. "Di sana."

"Iya, Kak."

~~~

"Boleh duduk di sini, Bu?"

Ibu pemilik warung itu menoleh, kemudian tersenyum sambil mengangguk. "Boleh Dek, neduh dulu aja. Mau pesan minum?"

Dennies mengusap kedua tangannya, kemudian menatap Adnan yang nampak kedinginan. "Teh manis anget aja, Bu," ucap Dennies sambil tersenyum.

Ibu itu mengangguk. "Satu, dua?"

"Satu."

Setelahnya, Dennies sibuk menggosokkan kedua tangannya. Jujur, seperti Adnan, Dennies juga kedinginan. Ia tidak memiliki jaket atau sekedar kain untuk menghangatkannya sekarang. Jadi, cara terbaiknya untuk sedikit menghangatkan tubuh adalah dengan menggosokkan kedua tangannya. Di warung ini cukup ramai, Dennies melihat jika sebagian besar orang yang ada di sini juga sedang berteduh sama sepertinya. Sebagian ada yang sekedar nongkrong dan sebagian lagi ada yang sedang makan. Tidak ada yang istimewa dari warung ini, hanya ada sebuah televisi kira-kira berukuran 14 inchi yang meramaikan suasana warung akibat volume suaranya. Ah, rasanya lama sekali Dennies tidak menonton televisi. Barang itu, barang mewah untuk bisa Dennies miliki.

Dennies menatap televisi itu, televisi yang nampak sedang menayangkan sebuah berita atau isu-isu yang bahkan pembahasannya pun tidak Dennies ketahui apa. Namun untuk hiburan, Dennies akhirnya menonton juga. Sampai kemdudian ia melihat itu, sebuah berita yang secara lengsung membuatnya diam mematung dengan mata yang berkaca-kaca.

DENNIESΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα