[29] Mencoba untuk Menerima

5.6K 832 136
                                    


Jan lupa follow IGku ya di @dlls_93.

Maapin typonya💕
Selamat membaca zeyeng-zeyengkuh😘

•••

~~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~~~

"Ayah terharu sekali Nies, rasanya nggak bisa dijelaskan lagi. Kamu, menipu semua orang dengan penampilan kamu, Nies," lama, Richard hanya mampu terdiam sambil menatap sendu ke arah putranya itu. "Termasuk ayah, maaf. Maaf karena sedari awal Ayah tidak berusaha untuk memahami kamu dengan cara yang berbeda." Lirih Richard pelan, bahkang sangat pelan.

Dennies hanya diam. Memfokuskan pandangannya ke arah jalanan ramai yang ada di hadapannya. Sekarang, ia dan ayahnya berada di rumah makan pinggir jalan, yang letaknya tak jauh dari masjid tempat mereka sholat tadi. Entahlah, rasanya terlalu mencolok. Dennies dengan seragam sekolahnya yang terlihat acak-acakan, dan ayahnya dengan setelan jas formal yang biasa dipakainya yang terlihat rapi. Dari sisi manapun, Dennies yakin tidak akan ada yang mengira bahwa mereka berdua adalah sepasang ayah dan anak.

Hari ini, mulai detik ini, Dennies akan berusaha untuk menerima semuanya. Walaupun harapan itu tetap saja ada, harapan jika suatu saat ia bisa diterima dengan baik di keluarga ayahnya yang saat ini tanpa adanya alasan yang jelas, mereka menunjukan sikap tak sukanya secara terang-terangan terhadap Dennies. Tidak bohong, Dennies ingin seperti anak lainnya, anak yang memiliki keluarga lengkap. Bisa hidup damai dan berdampingan dengan anggota keluarganya. Ya, setelah beberapa bulan terakhir ini ia hidup bersama keluarga ayahnya, ia merasakan lagi perasaan itu. Rasanya, pasti menyenangkan jika ia ikut bergabung bersama mereka.

Tertawa, bermain, berdiskusi dan berbicara tanpa beban. Tapi pada akhirnya, saat mereka berkumpul, kenyataan membuat Dennies hanya bisa menatap dari jauh kebersamaan mereka. Ia sadar, bahwa sedari awal ia tidak diterima untuk sekedar bergabung bersama mereka, untuk sekedar ikut tertawa bersama mereka, bahkan untuk sekedar duduk dan melihat kebahagiaan mereka dari dekat. Ya, ia yang terlupakan. Dan hidup seolah mempermainkan Dennies, membuat luka yang bersarang di dadanya bertambah lebar dengan menyaksikan itu semua. Menyaksikan bahwa, ayahnya bisa tertawa dan berbahagia tanpa Dennies di sisinya.

Lalu Dennies mulai berpikir. Di saat keluarga ayahnya bisa menerima Chloe yang bukan siapa-siapa dengan penuh suka, dengan penuh cinta dan kasih sayang, kenapa mereka tidak bisa melakukan itu pada Dennies yang memang jelas merupakan darah daging dari ayahna sendiri? Namun sekali lagi, ia hanya mampu diam. Menyimpan lukanya dalam-dalam, berusaha menutupinya dengan berbagai hal, hingga luka itu sembuh dengan sendirinya.

Walaupun pada kenyataannya, tidak sama sekali. Tentu saja, luka itu bahkan tidak pernah sembuh hingga kini. Entah apa obat yang bisa menyembuhkannya, Dennies pun telah kebal dan terbiasa untuk merasakannya. Luka ini, mungkin memang tidak akan pernah sembuh.

DENNIESWhere stories live. Discover now