[43] Inikah saatnya?

8K 1K 450
                                    

Kambeek🤩🤩 ada yang rindu, kah?

Sebelum baca, seperti biasa, kasih emot dulu buat Author hehe✌️

°°

NOTE: Gaboleh bilang kurang panjang, ini udah lebih dari 3k kata lho huhu.

Sebenernya nggak pede pas mau publis inituh, soalnya takut nggak ngefeel, maklumin ya, efek suasana baru kadang ngaruh jugaa😭

°°

S e l a m a t  m e m b a c a
dan
M a a f k e u n  t y p o n a ♥

Sok ramein❣️

~~

Matahari kian terbenam, digantikan oleh bulan yang mulai menampakkan dirinya. Malam itu, hujan turun membasahi bumi kota Jakarta. Motor besar yang dikendarai Dennies itu, melaju membelah jalanan senggang ibu kota yang dipenuhi genangan air. Berjam-jam berkendara, membuat pemuda itu sedikit mengencangkan laju motornya. Ia, lelah, dan ingin beristirahat walau sejenak.

Pulang ke kediaman Bi Arum, merupakan pilihan yang kurang tepat mengingat bagaimana hancurnya hubungan Dennies dengan sang ayah kini. Tidak, Dennies tidak ingin membuat Bi Arum dan teman-temannya merasa khawatir dengan apa yang kini kembali menimpanya. Dan lagi, teman-temannya sudah bekerja keras mengumpulkan bukti yang bahkan kini, tidak ia ketahui di mana keberadaannya. Amarah yang menyulutnya malam kemarin, membuat Dennies kalap, ia bahkan tidak sadar ke mana ia melemparkan amplop cokelat itu. Tidak, setelah mengecewakan ayahnya, mungkinkah Dennies juga telah mengecewakan teman-temannya?

Motor Dennies berbelok, memasuki gang sempit yang akhir-akhir ini jarang ia lewati itu. Mungkin ini tidak tepat, tapi selain tempat ini, Dennies merasa bahwa ia tidak memiliki tempat pulang lain. Ya, jika dipikir-pikir kembali, hanya tempat ini yang selalu menyambutnya dengan penuh ceria, hanya di sini ia merasa jika keberadaannya diinginkan.

"Kak Dennies!"

Teriakan bocah lelaki itu membuat Dennies menoleh. Membalas senyum girang yang menyambutnya dengan senyum tipis miliknya. Dalam keadaan basah kuyup, Dennies akhirnya turun dari motornya. Perjalanan dari Ibu kota hingga ke tempat di mana dahulu ia tinggal memang tidak dekat, tapi apa yang ia dapat di sana sedikit membuat rindu yang selama ini menggerogotinya kian terobati walau hanya dengan menatap sebuah batu nisan sebagai perantara.

"Ih, baju Kak Dennies basah."

Dennies membuka helmnya, membiarkan air hujan itu jatuh membasahi rambutnya yang tak rapi. Senyum itu, lagi dan lagi Dennies tampilkan. Senyum yang membuat Rafi dan Kemal yang menyambutnya merasakan kehangatan mendalam.

"Ayo Kak, masuk."

~~

"Ini jaket Kak Dennies, udah dicuci, Kak Dennies bisa buka baju basah Kak Dennies, terus ganti sama jaket ini."

Lagi dan lagi, Dennies tersenyum. Menyambut hangat jaket yang diberikan oleh Iren. Entahlah, tapi di mata Iren, malam ini Dennies terlihat berbeda. Cowok itu lebih banyak tersenyum, wajahnya terlihat lebih bercahaya dari biasanya. Kenapa? Apa Dennies sedang bahagia? Memikirkan kemungkinan itu, mau tidak mau membuat Iren tersenyum tipis. Syukurlah, sepertinya raut penuh kekosongan di bola mata Dennies perlahan hilang. Ya, Iren yakin jika Dennies tengah berbahagia. Amat.

DENNIESWhere stories live. Discover now