[13] Semuanya telah berubah

7.8K 964 97
                                    


Update cepet ya? Baik nggak Author? (Ketularan Davian wkwk)

Jangan lupa kasi vote dan komennya♥

~~~

"Nies, emang bener hari ini lo mau pindah?"

Dennies yang sedang menalikan sepatunya, sontak menoleh ke arah Pandu yang ikut duduk di sebelahnya untuk menalikan tali sepatunya juga. Mereka, baru saja keluar dari masjid setelah melaksanakan sholat subuh berjama'ah yang letaknya tak jauh dari rumah Dennies.

"Ya," jawab Dennies pelan tanpa mengalihkan tatapannya dari tali sepatu yang masih dipakainya. Entahlah, perasaan Dennies sudah bercampur aduk sekarang. Membayangkan ia yang akan bertemu lagi dengan ayahnya, membuat Dennies gelisah, ia tidak mau, dan tidak akan pernah mau.

"Kita ke warung mang Jono, ngobrol di sana aja," Tristan dan Danu tiba-tiba saja datang. Mereka, berdiri di hadapan Dennies dan Pandu sambil mengucek kedua matanya. Ayolah, bangun pagi hari untuk melakukan sholat berjama'ah bukanlah kebiasan mereka. Andai Dennies tidak menggedor-gedor pintu kamar mereka satu persatu, mereka pasti masih bergulat dengan bantal guling saat ini.

"Ayo," Adnan tiba-tiba saja datang, dan berjalan mendahului mereka untuk pergi ke warung mang Jono yang ada di seberang masjid.

~~~

Ckrek.

Batang rokok yang awalnya masih utuh itu, perlahan mulai terbakar saat Danu menyalakan korek apinya ke arah ujung batang. Seketika, kepalan asap perlahan muncul dari ujung batang rokok yang sedikit demi sedikit mulai dihirup oleh Danu. Danu santai saja, merokok merupakan kebiasaan yang sudah ia lakukan ketika kelas 10 lalu, sudah hampir satu tahun ia merokok mengingat kini ia sudah masuk ke kelas 11.

Dennies menatap kegiatan merokok Danu dengan saksama. Rokok identik dengan pelajar yang nakal dan selalu membuat onar. Ya, hypernova memang terkenal karena tak jarang membuat onar di sekolah. Namun bukan tanpa alasan mereka membuat onar. Berbeda dengan Danu yang merupakan pecandu kelas kakap terhadap rokok, Dennies bahkan enggan untuk sekedar menyentuh rokok. Rokok bukanlah gaya hidupnya, terlebih terasa sia-sia jika uang yang ia dapatkan dengan susah hanya untuk dibelikan rokok yang nyatanya tidak sehat sama sekali.

Namun kini, ia harus melakukan sedikit perubahan pada dirinya. Dennies yakin, jika sekarang Ayahnya mungkin saja sudah ada di rumahnya, mengingat kata Bi Arum ayahnya akan datang di pagi hari sekali. Dan ya, ada hal yang harus Dennies tunjukkan pada Ayahnya. Hal yang mungkin bisa menyadarkan ayahnya bahwa Dennies, juga ingin mendapatkan kasih sayang yang selama ini tidak diberikan oleh Ayahnya. Dennies, hanya mengingatkan, bahwa ada ia yang terluka karena keegoisan ayahnya. Dan Dennies ingin menunjukkan, jika ia yang sekarang, merupakan hasil dari kesalahan Ayahnya di masa lalu. Memperlihatkan citra buruk di hadapan ayahnya itu perlu, agar Ayahnya sadar, bahwa Dennies juga butuh ia untuk membimbing dan mendidiknya.

"Rokok satu bungkus," Dennies menatap mang Jono sambil memberikan selembar uang yang bisa ia tukar dengan sebungkus rokok.

Melihat apa yang Dennies lakukan, membuat Adnan, Pandu, Tristan dan Danu saling menatap satu sama lain. Pasalnya, Dennies termasuk pembenci rokok, lalu kenapa sekarang membeli rokok?

"Kak, lo ngapain beli rokok?" tanya Adnan tak mengerti.

"Bukannya lo benci rokok, Nies?" Pandu ikut menimpali.

Sementara Tristan dan Danu hanya mengangkatkan sebelah alis mereka.

Dennies tak menjawab, tangannya justru terulur untuk mengambil korek milik Danu yang tergeletak tak jauh di hadapannya. Satu batang rokok mulai Dennies ambil dari dalam wadahnya. Ia, menempelkan rokok itu pada bibirnya, kemudian menyalakan korek yang ia pegang pada ujung rokok miliknya. Saat pertama kali menghisap rokok, Dennies sempat meringis dan terbatuk. Mungkin karena tidak terbiasa, tapi ia harus mulai membiasakan untuk merokok di hadapan ayahnya.

DENNIESWhere stories live. Discover now