[28] Sisi Lain Seorang Dennies!

5.7K 875 171
                                    

Buat kalian yang malem mingguannya di rumah aja, nih aku kasih Dennies, biarkan dia yang nemenin kaliaaan💕💕

Dan buat kalian yang sudah mendukungku sampai sejauh ini baik itu lewat vote ataupun komen, kuucapkan terima kasih banyaaak😭😭 nggak nyangka masih ada orang yang mengapresiasi karyaku setelah sekian lama aku tinggal😭

Intinya, aku ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Komentar kalian aku baca kok, dan kusuka ituu, makasii karena lihat komenan kalian, aku yang asalnya mager buat nulis, jadi semangat lagii❤️❤️

Tau nggak, aku tuh hampir mikir buat nggak ngelanjutin lagi ceritaku karena keterbatasan ide. Tapi, aku lihat komenan kalian, dan rasanya nggak pengen sampe ngecewain kaliaan. Intinya, terima kasih karena kalian selalu adaaa😭💕💕💕💕💕💕

Aku sayang kleaaaan gaees💕💕💕

Okedeh, selamat membacaa🖤🖤

Bel masuk, telah berbunyi. Membuat Dennies, Tristan, Danu dan juga Adnan yang masih berada di parkiran, sontak langsung berjalan dengan terburu-buru untuk masuk ke dalam kelas mereka. Berbeda dengan Adnan yang sampai berlari untuk meminimalisir keterlambatannya, Dennies, Tristan dan Danu yang tadinya berjalan cepat, justru masih sempat-sempatnya untuk sekedar mampir ke kantin guna membeli permen barang dua ribu.

"Rasa apa aja, Tan, yang penting bisa gantiin rokok selama di kelas!" Ucap Danu sambil memeberikan uang dua ribuan pada si ibu kantin.

Setelah selesai, baik Dennies, Tristan dan Danu, kembali berjalan terburu ke arah kelas mereka. Tapi, mau bagaimana pun, mereka tetap saja terlambat. Tapi, untuk ukuran murid sekelas mereka, ini sudah terbiasa.

"Yakin sih gue, kita nggak bakalan dihukum kali ini," Danu menunjuk salah satu kelas yang pintunya terbuka, dan menampilkan beberapa orang guru yang mungkin dari kesiswaan ditemani anggota Osis, sedang melakukan sesuatu di dalam sana.

"Oh iya, kan kemarin ditemuin satu kantong plastik obat terlarang ya? Dan ya, mungkin hari ini sekolah ngadain razia gede-gedean." Tristan ikut menimpali. Dalam hati, anak itu bersyukur. Untung saja hari ini ia datang terlambat. Karena kalau tidak, Bapak beserta para staf kesiswaan akan menceramahi mereka terlebih dahulu di dalam kelas. Jika seperti ini, setidaknya mereka datang saat acara ceramah telah selesai.

Dennies dan teman-temannya, akhirnya sampai di depan kelas. Saat mereka tiba, pelototan dari Pak Hasan selaku pembina kesiswaan, menghentikan langkah ketiganya. Sial, kenapa harus pembina kesiswaan langsung yang menggeledah kelasnya. Dennies menghela napas, kemudian masuk ke dalam kelas tanpa berkata apa-apa.

"Cepat, duduk di bangku kalian masing-masing!" Ucap Pak Hasan dengan tegas. Yang membuat murid sekelas Danu dan Tristan merinding. Bukan hanya dikenal garang, Pak Hasan juga terkenal kejam dan keji. Pasalnya, dia tidak akan segan-segan mengeluarkan siswanya yang bermasalah. Itu, kelewatan memang.

"Baiklah, tanpa perlu diberi tahu, Bapak yakin kalau kalian sudah tau tentang apa yang terjadi pada sekolah kita. Kemarin, tepat pukul lima sore, telah ditemukan satu kantong plastik, atau lebih detailnya sekian kilo obat terlarang di toilet putra. Untuk mengantisipasi adanya penemuan obat terlarang lagi, Bapak bersama tim akan meggeledah satu persatu tas dan saku kalian." Ucap Pak Hasan dengan penuh ketegasan.

DENNIESWhere stories live. Discover now