[27] Mulai Bisa Menerima

5.6K 800 120
                                    

200 komen untuk chapter selanjutnya, bisa nggak ya?

"Elah, males banget, abis ini pelajaran Pak Dandi ulangan lagi." Danu menaikkan kedua kakinya pada atas meja. Ia, kemudian mengambil sesuatu dari dalam saku bajunya.

Sebatang rokok. Lama ia terdiam, sampai akhirnya ia mengambil korek yang ada di saku celananya, dan menyalakan korek api itu untuk membakar ujung batang rokoknya. Entahlah, hanya saja, kadang rokok berperan dalam pelampiasan amarahnya selama ini.

Dari arah belakang, Dennies hanya terdiam. Menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan yang ia simpan di meja. Baru saja ia menoleh ke arah jam, dan hasilnya, bel masuk akan berbunyi kurang lebih 15 menit lagi. Tak apa, ia hanya ingin tidur barang sejenak. Entahlah, mendadak ia menjadi sengantuk ini. Mungkin efek ia yang semalaman menemani Kenzie bermain ludo. Tak apa, ini sudah istirahat ke dua, itu artinya sebentar lagi Dennies bisa pulang, dan tidur sesukanya.

"Nanti kalo bel masuk, bangunin gue ya Ndut," Dennies melirik sejenak ke arah Carlo, dan sebagai jawaban pemuda debgan bada berisi itu hanya menganggukkan kepalanya. Ia tampaknya sedang sibuk merakit rubik yang ada di tangannya.

Tak terasa, lima belas menit telah berlalu. Dan bel masuk pun telah dikumandangkan. Dengan perlahan, Carlo menepuk punggung Dennies. Sesuai intruksi cowo itu, yang meminta dibangunkan saat bel masuk berbunyi. Dan Carlo, telah melakukan tugasnya dengan baik.

Dennies terbangun, mengangkatkan kepalanya dengan pelan, kemudian menatap suasana sekitar kelas. Sejauh ini, para siswa masih asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Yang artinya, Pak Dandi belum masuk ke dalam kelas. Dennies akhirnya bangkit, memanfaatkan waktu sengang itu untuk sekedar mencuci wajahnya ke kamar mandi.

"Nies, mau ke mana lo?" Tristan menghentikan langkah Dennies yang tadi berjalan melewati kursinya.

Dennies menoleh, sambil membenarkan kancing bajunya yang terlepas. "Mau ke kamar mandi dulu, pengen cuci muka." Jawab Dennies apa adanya.

Mendengar itu, Danu bangkit. "Gue ikut, pengen boker nih." Cowok itu, sedikit meringis mengatakannya.

Akhirnya, menanggapi ucapan Danu, Dennies hanya menganggukkan kepalanya.

"Nies, tungguin bentar, ya?" Danu berteriak dari dalam kamar mandi. Suara keran air menyala, bagaikan alunan melodi yang menjadi background aktifitas manusiawinya. Setidaknya, dengan menyalanya keran, tidak akan yang mendengar suara kentutnya. Hihi.

Dennies mengangguk. "Oke." Jawabnya, kemudian ia menyenderkan tubuhnya pada dinding toilet sambil memainkan ponselnya. Banyak pesan, bahkan telpon masuk ke dalam ponselnya, namun satu pesan yang ia lihat, sontak mencuri perhatiannya.

Genaya: Nies, udah makan belom? Gimana kabar lo? Jujur aja, gue kangen💕

Dennies mengerutkan keningnya. Aneh sekali, sejak kapan Genaya begitu jinak terhadapnya? Terlebih, emoticon sebuah tanda hati itu begitu menimbulkan pertanyaan besar untuk Dennies. Maksudnya apa, coba?

Akhirnya, Dennies menekan tombol balasan di sana.

Me: Kenapa lo? Sehat?

Kring..

Genaya: Gue sebenernya mau bilang ini sama lo dari dulu, tapi nggak enak.

DENNIESजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें