34. Job to get done

589 55 8
                                    

"Aku kehilangan dia," ungkap Rose begitu kembali pada kelompoknya.

"Sialan!" umpat Jimin.

"Atau memang dia yang tidak mau ditemukan." semua mata pada kelompok itu segera menatap Yoongi.

"Tidak mau ditemukan? Jadi dia menikmati masa-masa penyanderaannya, begitu?" celetuk Lisa.

"Bisa saja. Kalau Ashton menyanderanya secara baik-baik, diberi makanan dan fasilitas, juga privasi, pasti akan mudah mengajaknya kompromi," jelas Yoongi, memaparkan maksud dari pernyataannya.

"Masa' dia nyaman dengan penyanderaan? Itu tidak masuk di akal," celetuk Jin, melipat tangannya seraya mengerutkan dahi.

"Dari pada kita berunding tidak jelas di sini, mencoba untuk menjemput sandera yang tidak mau diselamatkan, lebih baik kita kembali ke Miami untuk merencanakan lebih matang," saran Taehyung yang sudah mulai merasa panas akan keadaan di tempat ini. Keresahan menyelimuti pikirannya, terutama di saat banyak tamu tanda bahaya yang berlalu-lalang di dekat kelompok mereka berdiri.

"Aku setuju dengan Taehyung. Kita akan membawa Bianca kembali, itu pasti. Namun, kita harus merencanakan hal ini lebih matang, terutama kita harus mencari cara untuk berkomunikasi dengan Bianca, setidaknya untuk meminta penjelasan," papar Jisoo begitu mendengar pernyataan Taehyung.

"Rose dan Lisa juga masih ada misi yang belum selesai, bukan?" tambah Jungkook, menoleh ke arah wanitanya yang kini sedang menggandeng lengannya.

"Kalian benar juga." Rose memandang ke arah lorong tempat ia mengejar Bianca yang tiba-tiba menghilang itu. Jika tidak dibendung, matanya yang memanas pasti sudah menurunkan banyak bulir-bulir air mata.

Mau bagaimanapun juga, Bianca sudah jadi bagian dari hidupnya. Sebagai sahabat, keluarga, maupun manajer. Bianca adalah orang yang bisa ia andalkan dalam segala situasi, juga pemecah masalah yang baik. Entah ada berapa banyak kebohongan yang ia ucapkan, Rose sudah tidak peduli lagi.

Satu-satunya hal yang dia inginkan sekarang adalah agar Bianca bisa kembali pada mereka semua. Agar Bianca bisa kembali duduk di meja kerja yang tepat letaknya ada di belakang meja kerjanya. Agar wanita dengan marga "Mills" itu bisa ikut frustasi saat ada klien yang menyebalkan atau ikut lembur saat ada proyek besar. Rose hanya ingin Bianca Mills yang ia kenal itu kembali untuk sekedar bercerita padanya.

"Aku mohon pada kalian semua. Selama aku dan Lisa mengurus misi yang belum selesai, tolong bawa Bianca pulang." Suara Rose telah serak. Air mata yang sedari tadi berusaha ia tahan akhirnya tak terbendung juga.

Hidungnya memerah dan matanya kini membengkak. Ia memeluk erat lengan Jimin sementara lengan lain pria itu memeluknya. Badannya bergetar, tak mampu untuk berdiri dengan baik. Andai tubuhnya tidak dipeluk oleh Jimin, pasti sudah jatuh ke lantai dari tadi.

"Lebih baik kita pulang ke Miami hingga keadaan membaik, baru kita pikirkan langkah kita berikutnya," usul Jungkook, menatap satu per satu teman-temannya.

Semuanya mengangguk setuju. Memang untuk saat ini, berkepala dingin adalah hal yang paling dibutuhkan. Permainan petak umpet dengan Bianca ini hanya akan memberikan warna baru bagi mereka semua. Permainan petak umpet di mana Bianca tidak ingin ditemukan, entah sampai kapan.

<...>

(Park's Mansion, Miami)

"Sepertinya dia sudah bergerak ke tempat lain," ujar Jimin, melihat pergerakan wanita licik itu dari monitor raksasa di hadapan mereka.

Lisa, dengan tangan menopang dagu, menggeser peta dunia dan mengetuk layar di hadapan mereka tepat di sebuah titik. "Italia, dia pasti akan ke sana."

"Tapi kenapa? Dan bagaimana kau tahu?"

"Aku sudah hidup puluhan tahun dengannya, tidak mungkin aku tidak tahu kebiasaannya. Keberadaan ibuku menunjukkan dia sedang bergerak ke Shenzen, tapi pastinya dia sudah menukar minuman yang Auree pesankan dengan punya orang lain. Berdasarkan pengamatanku, dia tidak akan merasa aman jika ada di tempat yang sama dengan umpannya berada, pastinya, jadi dia lari ke Italia."

"Baiklah, aku dan Jimin akan ke sana," kata Rose, berdiri dari tempat duduknya.

"Kau tahu di mana kau harus singgah bukan?" tanya Lisa, mengingatkan Jimin.

"Ya, tentunya."

Jungkook memasuki ruangan di saat yang bersamaan dengan pasangan itu. Bergegas untuk bersiap akan penerbangan mereka ke negara pasta dan pizza.

"Apa ada perkembangan soal Bianca?"

"Belum. Dia belum menghubungi, dan juga menutup jalur komunikasi dengannya," jawab Jungkook dengan cepat.

"Jimin dan Rose akan bergerak ke Italia."

"Ya, aku tahu."

Mereka segera bekerja kembali, terus menerus mengecek perkembangan Bianca maupun Carmine.

<...>

(Sicily, Italy)

Tentunya, tanpa kesulitan, Rose dan Jimin menginjakkan kaki di negara beribukota Roma ini. Wanita berjuntai pirang kemerah mudaan itu berjalan mendahului pacarnya, dengan hentakkan kaki yang pelan dan kecepatan yang standar. Jimin mengerti, Rose ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya dan segera bekerja.

"Kau tahu arah jalan?" tanya Jimin dari belakang.

"Ke mobil, bukan?"

"Ya. Aku hanya takut kau terlalu terburu-buru dan akhirnya tersasar. Aku sih menjagamu dari belakang, tapi akan malu rasanya bergegas untuk hal yang tidak kau ketahui apa." Jimin merangkul pacarnya, lalu tersenyum padanya. "Ayo."

<...>

Chapter ini sedikit aja yaa, untuk melepas rindu kalian sejenak <3

Cusss, author masih mau memperbaiki mental dan jasmani dulu,

Salam sehat semua :)

Anyways, spoiler...

Anyways, spoiler

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Señor - Lizkook ✔️Where stories live. Discover now