25. Unconditional

1.5K 160 15
                                    

(Hôpital de première priorité, Paris)

Satu hari sudah berlalu. Lisa tidak mau pulang, sehingga Jimin pun mengalah dan membiarkan gadis itu untuk menginap di sini. Jimin yakin, pasti esok harinya, alias hari ini, Rose akan datang dan marah kepada Lisa yang bahkan tidak makan dan tidur, demi menjaga Jungkook.

"Tuan Oh, ini jam berapa?" tanya Lisa, ponselnya masih dalam keadaan mati dan ia tak menggunakan jam tangan.

"Masih jam enam pagi, tidurlah. Aku akan bergantian menjaga Jungkook," kata Song-Ook, menjawab pertanyaan Lisa.

"Tidak usah, tuan Oh. Aku mau di sini saja bersama Jungkook."

Song-Ook beranjak dari tempatnya duduk. Ia mengambil sekaleng energy drink dari kulkas, lalu memberikannya pada gadis berponi di hadapannya.

"Kau boleh menolak untuk tidur, tapi jangan menolak untuk mengisi energi." Song-Ook bahkan tak menggerakan tawarannya dari Lisa meski gadis itu sudah berusaha menggeleng.

Lisa pun menerima minuman dari Song-Ook. Ia menyesap dari mulut kaleng sambil memerhatikan Jungkook yang masih terbaring. Sungguh perih rasanya melihat yang terpuja tak berdaya seperti ini.

"Apakah Ashton Raines masih menganggunya?" tanya Lisa.

Song-Ook tersentak sejenak akan pertanyaan Lisa. Namun, sebagai satu-satunya figur orang tua di sana, ia harus tetap tenang.

"Ya. Dia masih menghasut kolega kami dengan kasus-kasus lama dari perusahaan. Tapi tenanglah! Aku yang menangani langsung masalah Ashton." Lisa mengangguk mengerti, matanya kembali terfokus pada tubuh Jungkook yang masih terbaring.

"Kook... ayo bangun. Kalau bangun, akan aku bawakan susu cokelat dengan sedikit garam di dalamnya,"

Tidak. Tidak ada reaksi sama sekali. Song-Ook dan Lisa hanya bisa menghembuskan napas tertekan karenanya.

"Dia harus bisa kuat, tuan Oh..." ujar Lisa, matanya berkaca-kaca karena tak kuasa melihat Jungkook.

"Kau benar, Lisa. Dan aku tahu dia mampu untuk itu," jawab Song-Ook.

Tiba-tiba, ponsel Song-Ook berdering. Song-Ook memberi kode pada Lisa tanda akan pergi ke luar sebentar. Secepat mungkin ia menerima panggilan yang masuk.

"Ya, halo?"

"Bos, kami mendapat ancaman dari keluarga Raines!" seru anak buah Song-Ook dalam telepon.

"Maksudmu? Ancaman macam apa?"

"Mereka memberikan kami kepala tengkorak manusia serta pesan yang berisi 'sebentar lagi ini akan menjadi kepala atasanmu'. Kami harus mengabarimu tentunya."

"Kalian harus pergi ke bagian keamanan untuk mengirimkan beberapa mata-mata di sekeliling rumah sakit dan dua untuk menjaga kamar Vendetta. Pastikan semuanya berpakaian normal dan tidak ada yang pakai jas,"

"Siap, bos!"

Song-Ook menutup sambungan telepon. Ia kembali ke kamar sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku kemeja.

"Lisa, kita harus menginap di sini sepertinya," kata Song-Ook.

"Oke... tapi apa yang terjadi?" tanya Lisa, wajahnya berubah menjadi serius begitu melihat raut wajah Song-Ook yang khawatir.

Señor - Lizkook ✔️Where stories live. Discover now