1. Sapphire Moonlight

13.2K 631 23
                                    

(Miami, 20:34)

Malam yang dingin disapa dengan hangat oleh seorang gadis bersurai oranye. Matanya berbinar menatap angkasa, melihat cahaya rembulan menyelimuti kota, menerobos masuk lewat jendela ruangan.

Sejak kecil, Lisa memang sangat menyukai langit malam, terutama jika dihiasi taburan bintang dan bulan purnama seperti sekarang ini.

Ingin sekali rasanya Lisa pergi dari pesta ulang tahun teman ibunya dan pulang, mengerjakan pe-er matematika sepertinya jauh lebih menarik dibanding acara-acara sosial seperti ini. Di mana para orang tua akan sibuk memamerkan kebolehan anaknya, sama seperti apa yang orang tua Lisa lakukan sekarang ini.

"Cita-citamu apa, Lisa?" tanya Adley, salah satu sahabat Carmine, mama Lisa.

"Marine Biologist, Bibi," jawab Lisa dengan sopan.

"Marine Biologist? Apa itu?" tanya Terra, sahabat Carmine yang lainnya.

"Profesi yang meneliti tentang hewan-hewan dan mikroorganisme laut." Lisa memberi penjelasan.

"Cita-cita anakmu hebat sekali, Carmine. Aku saja yang mendengarnya ikut bangga," puji Adley.

"Aku saja baru tahu putriku memiliki cita-cita yang begitu tinggi," kata Carmine sambil mengelus pucuk kepala Lisa.

Lisa memaksakan senyumnya. Jujur saja, ia sangat benci keadaan sosial seperti ini. Sekarang saja dia sedang bertengger di pagar balkon, memandangi bulan purnama yang berwarna kebiruan.

"Sedang sendiri saja?" tanya seseorang dari pintu balkon.

Gadis berponi itu pun menoleh ke arah belakang. Seorang laki-laki seumurnya yang memiliki wajah yang sangat tampan sedang berjalan ke arahnya, lebih tepatnya, ke sebelahnya.

"Ya... aku tidak menyukai interaksi sosial seperti di dalam, sangat berisik dan penuh dengan orang-orang yang suka mengusik kehidupan pribadi, sangat menyebalkan." Lisa menjawab pertanyaan laki-laki yang kini berdiri di sampingnya.

"Berarti kita sama. Aku juga tidak begitu menyukai pesta ulang tahun rasa bisnis semacam ini,"

Laki-laki bersurai cokelat itu mengulurkan tangannya, membuat Lisa terheran.

"Namaku Jeon Jungkook," kata laki-laki itu, berharap Lisa menjabat tangannya.

"Lalisa Manoban." Lisa menjabat tangan Jungkook, tanda salam kenal.

Keduanya terdiam. Semilir angin sejuk menghampiri keduanya, malam yang tenang dengan langit bertabur bintang yang menemani cahaya rembulan kebiruan yang sedari tadi memikat mata. Menikmati saat-saat yang tenang seperti ini memang hal yang sangat menyenangkan bagi seorang Lalisa Manoban.

"Apa kau mau pergi dari sini?" tawar Jungkook.

"Pergi?" tanya Lisa, kurang paham dengan tawaran dari Jungkook.

"Ya, pergi. Melarikan diri dari tempat ini. Motorku terparkir tidak jauh dari sini, aku bisa membawamu ke kota untuk membeli makan malam di restoran cepat saji, lalu ke bukit untuk menikmati langit sambil menikmati makanan yang dibeli, apa kau mau?"

Lisa terdiam sejenak. Terlihat dari raut wajahnya kalau dia sedang berpikir, mempertimbangkan tawaran laki-laki di hadapannya yang baru dua detik yang lalu ia kenal.

"Hmm... baiklah. Tapi setelah itu antar aku kembali ke tempat ini, aku tidak mau orang tuaku marah karena aku menghilang sampai akhir pesta,"

"Siap, nona!"

Lisa tertawa geli karena perilaku Jungkook yang bagaikan tentara. Jungkook dan Lisa keluar dari gedung lewat pintu belakang. Setelah berjalan selama sepuluh menit dari gedung, mereka sampai di tempat di mana motor Jungkook diparkirkan.

Señor - Lizkook ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora