22 :: Mengejutkan.

Start from the beginning
                                    

Dave tidak menyangka, jika rencana yang dulu ia ajukan pada Yona benar-benar akan menjebaknya se-dalam ini.

Awalnya, ia tidak pernah berpikir akan melakukan hal tersebut. Semua seakan terjadi begitu saja. Ketika bertemu dengan Yona lalu mengetahui jika gadis itu adalah tempatnya berlindung, Dave hanya ingin berteman, tidak lebih sama sekali. Tetapi entah mengapa, semesta justru mengiringnya pada rasa yang seharusnya tak bisa dirasa. Menenggelamkannya, hingga dibuat tak berdaya.

Andai saja Dave tidak melakukan itu. Andai saja Dave tidak mengatakan jika ia akan berusaha menyukai Yona, maka ia tidak akan merasa demikian. Lelaki itu tidak akan menderita atas rasa yang tak bisa dimiliki ini.

Meskipun begitu, bahkan sedetik saja Dave tidak pernah menyesali dengan semua yang telah terjadi. Ia sendiri sangat menikmati rasa-rasa yang didapatkan setelah jatuh hati pada Yona. Semua berubah begitu indah, terus membuatnya berdebar menggelikan. Namun sayangnya Dave terlambat mengerti, jika memutuskan untuk mencintai berarti sama saja memutuskan untuk menyakiti diri sendiri juga.

Melihat perlakuan Billy serta respon dari Yona beberapa saat lalu begitu menyesakkan dadanya. Seperti ada sesuatu yang berusaha keras meruntuhkan pertahanannya di dalam sana. Terasa tidak nyaman, dan menyakitkan di waktu bersamaan.

Menghela napas pelan, Dave tahu ia sepantasnya tidak merasa demikian. Yona hanya menganggapnya teman. Gadis itu bebas ingin melakukan apapun. Tetapi tetap saja, rasanya tidak bisa ia tahan. Terus bergejolak seakan ingin membawa Yona jauh hingga hanya dirinya yang bisa memiliki.

Menyandarkan tubuh pada kursi panjang itu, Dave menutup mata masih berupaya menenangkan hatinya. Saat ini ia sedang terduduk diam di taman belakang ruang ekskul musik dan juga radio, tempat tersepi yang pernah Yona kunjungi dulu bersamanya.

Berbicara soal Yona, tentu gadis itu sudah dari tadi terus menghubungi. Berbagai pesan tidak berhenti menumpuki ponsel Dave. Dan juga pada dering melengking yang berusaha ia hindari. Dave mengusap wajahnya. Lelaki itu juga sama sekali tidak menyangka, jika dampak dari rasa tidak terimanya membuat ia harus berdiam diri seperti sekarang. Berani mengabaikan Yona begitu saja.

Baru beberapa saat memikirkan, getaran panjang mengalihkan perhatian Dave kembali. Ia menatap ponselnya, nama Yona tertera jelas. Menipiskan bibir, egonya tiba-tiba menghalangi lagi. Dave menyimpan ponsel itu, membiarkan panggilan Yona hingga terputus sendiri.

Setia pada posisi, pikiran Dave makin beradu. Ada yang mendorong untuk segera kembali ke kelas, dan ada juga yang mendorong untuk duduk lebih lama lagi. Dave bergerak gelisah. Sudah berjam-jam ia di sini tanpa mengetahui kabar Yona. Dan itu sudah sangat cukup membuatnya tidak bisa bernapas lega. Masih keras kepala, ia justru bergerak mencari posisi ternyaman berniat tidur. Namun, seberapa keras ia mencoba menepis bayang Yona, wajah gadis itu tetap terus menyiksanya kuat. Dave menggeram, ia pun berbalik duduk tegak. Mengeluarkan ponsel itu kembali. Dave akhirnya memutuskan akan pergi dari sini jika Yona menelponnya sekali lagi.

Menunggu telpon dari gadis itu, Dave masih setia menanti meski sudah beberapa menit berlalu. Yona tak kunjung menelpon, membuat Dave menipiskan bibirnya perlahan khawatir. Mencoba menunggu lagi, Dave memandangi serius pada layar benda pintar itu. Semenjak ia pergi, Yona akan terus menghubunginya setiap sepuluh menit sekali. Tetapi saat ini, sudah hampir setengah jam berlalu nama Yona tidak juga terpampang jelas pada ponselnya.

Tidak bisa menunggu lebih lama, Dave lantas beranjak dari tempat. Rasa tidak mengenakkan tentang Yona mulai mengusai dirinya. Lelaki itu menelpon Yona seraya mengambil langkah besar menuju kelas. Tetapi saat panggilan itu berakhir pada suara operator, Dave seketika mengutuk diri. Berupaya menghubungi kembali, ia sudah setengah berlari karena lagi-lagi Yona tidak mengangkat.

BeautifuloveWhere stories live. Discover now