Chapter 8 - Help her

Start from the beginning
                                    

Mengingat kembali malam terakhir, Hera menghembuskan napas kasar. "Aku akan mengatakannya setelah sekolah usai di lapangan kosong."

Dia tidak akan pernah menceritakan masalah keluarganya dengan banyaknya orang yang mengelilingi meja mereka. Hera butuh tempat teraman, tenteram, dan damai. Tempat mereka bersantai ingin berbagi rahasia atau bercerita ialah lapangan kosong di belakang sekolah. Tidak ada siswa yang pergi ke sana selain mereka. Dan sekarang, tempat itu menjadi tempat berkumpulnya Venus.

***

"Yo man .... Kau berdiri di belakang Hera tadi!"

Miguel yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi menatap Tom dengan kerutan di dahinya.

"Dia sangat cantik, bukan? Bagaimana dengan aromanya? Dia pasti harum." Tom melirik ke belakang di mana Hera sedang berjalan mendekati meja Venus. Sedangkan Miguel terlihat tidak peduli.

Miguel mengingat tadi bagaimana wanita di depannya berdiri cukup lama menatap makanan di depannya. Miguel hanya menebak jika itu adalah pertama kalinya dia memakan makanan kafetaria sekolah maka dari itu dia membantunya memilih makanan dengan cepat. Jika dia menunggu lebih lama lagi, dia bertaruh akan terlambat menyelesaikan makannya dan bertemu Jacob di koridor. Cukup hari ini dia tidak ingin berurusan dengan pria dan kawan-kawannya, ia harus mengikuti ujian Mr. Joe setelah ini.

Dalam diam, Miguel mengangkat matanya untuk melihat Hera. Dilihat dari ekspresinya yang sangat jelas, wanita muda itu dalam suasana hati yang buruk.

***

Helena membuka lokernya mengambil buku dan semua hadiah pemberian pengagumnya untuk dibagikan kepada Venus dan Nana. Saat ia menutupnya kembali, ia terkejut melihat Matthew tengah bersandar di loker sebelahnya dengan tangan disilang di depan dada.

"Oh my God!" Helena terperanjat. "Oh shit ... kau mengagetkanku."

"Besok," Matthew berkata disela-sela mengunyah permen karet.

Helena mengerutkan dahinya.

"Apa?" Apa maksudnya dengan besok?

"Aku akan menjemputmu ke pesta persaudaraan besok."

"Apa?! aku tidak—" Helena segera membisu saat melihat perlakuan Matthew yang lembut. Pria itu mengambil jemari Helena dan menciumnya dengan sopan.

"Sampai jumpa besok, Lena." Matthew menyeringai ketika pergi.

Helena mematung di tempatnya. Sialan, Helena masih bisa merasakan jejak panas dan kesemutan di punggung tangannya. Ia mengerjapkan matanya berusaha untuk tidak terlihat bodoh. "What the ...."

"Fuck, sepertinya Matthew dan Helena sedang berkencan. Ini akan menjadi bahan yang menarik sebentar lagi," ujar seorang wanita berkulit gelap yang tidak jauh dari tempat berdirinya Helena. Ia baru saja mengabadikan momen ketika Matthew dan Helena saling berhadapan dengan jarak dekat lewat ponselnya. Dan jemarinya bergerak dengan cepat mengirimkan foto tersebut di forum sekolah.

***

Helena bergegas mendekati perkumpulan Venus di lapangan kosong. Yah, secepat apa pun ia pergi, ia tetap menjadi terakhir yang tiba. Seperti saat ini, Venus sudah tiba menunggu kedatangannya.

Diana tengah memakan camilan seraya berbaring di paha Inanna yang sedang membaca buku di atas kain piknik yang selalu Hera simpan di loker. Sedangkan Hera berdiri, bersandar di pohon besar dengan sebatang rokok tipis di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Wanita itu sedang merokok dengan frustasi.

"Apakah hanya aku yang merasa semakin hari lokermu semakin jauh, Sexy?"

"Sorry." Helena meringis mendengar ucapan Hera. Ia tertawa kecil dan mengambil posisi telungkup dengan kedua kaki di tekuk ke atas dan diayunkan bergantian.

"Well, kita sudah berkumpul. Beauty, bicaralah." Inanna meletakkan buku bacaannya ke dalam tas. Kemudian memusatkan perhatiannya kepada Hera.

Hera menyesapnya perlahan dan menghembuskan asapnya ke udara. Detik berikutnya ia membuka bibirnya. Menceritakan makan malam yang membuatnya trauma.

Beberapa menit kemudian ....

"Oh shit!" Helena berseru.

"You must be kidding me ...." Inanna berdesis.

"Wow ... that's awesome," Diana bergumam pelan membuat Venus meliriknya aneh.

Hera menceritakan garis besarnya kejadian malam terakhir dan respon mereka berbeda-beda. Helena tertawa, Inanna tersentak kaget, sedangkan Diana terdengar bahagia. Walaupun begitu, di benak mereka sama-sama terkejut.

Untung saja mereka berada di lapangan kosong di belakang gedung sekolah. Dan tidak ada orang yang datang kemari sehingga Venus bisa leluasa melakukan dan membicarakan apa pun di sini.

"Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Inanna yang merasa khawatir dengan kelangsungan hidup Hera kedepannya. Memiliki ibu yang lebih muda dari kakak sendiri terdengar buruk. Bagaimana Hera dan kedua kakaknya akan memanggil calon ibu mereka kelak?

"Ergh ... I have no idea!" Hera mengerang. "Andaikan jika aku tahu Daddy menyukai wanita muda yang seharusnya bisa menjadi anaknya, aku tidak akan mengungkit tentang mencari kekasih dari awal!"

Helena menggelengkan kepalanya masih terkikik geli. Ia menatap Hera, menyeringai. "Bagaimana jika membuatnya yang memutuskan terlebih dahulu hubungan dengan ayahmu?"

Hera sedang memikirkan perkataan Helena setelah Venus pulang, menyisakannya sendirian. Ia termenung saat menghembuskan asap demi asap.

Membuat wanita itu memutuskan ayahnya lebih dulu .... Bagaimana caranya?

Hera tersenyum samar. Melihat jam di ponselnya, dia segera membuang puntung rokoknya kemudian mengambil tas dan berjalan kembali memasuki gedung sekolah.

Dia adalah Hera Louiza Vourou. Satu-satunya anak perempuan di keluarga terpandang Vourou. Sangat banyak cara yang bisa dia lakukan dengan mudah. Alice, wanita itu hanya perlu menunggu Hera membuatnya merana.

Saat ia melewati sebuah lorong, Hera hanya melirik sekilas bagaimana Jacob dan teman-temannya sedang menindas seorang pecundang, Tapi saat mengingat badan belakang pria malang itu, Hera berhenti tiba-tiba. Hera masih ingat tubuh belakang pria yang menolongnya memilih makan siang di kafetaria sekolah. Dan berkatnya siang tadi, suasana hati Hera sedikit lebih baik.

Hera mencengkeram erat tasnya dengan kerutan kecil di dahi. Menolongnya atau tidak? Hera berpikir dengan keras. Hera bukanlah orang yang akan menolong para pecundang karena dia termasuk orang yang menggertak, bukan yang digertak.

Tapi mengingat kembali sikap baik dan berani pria malang itu ....

Hera menggigit bibirnya dan memejamkan matanya erat sebelum berbalik, melangkahkan kakinya 2 hingga 3 langkah sebelum berbelok ke lorong.

"Jacob."

*TBC*

Jangan lupa follow akunku Riri Lidya dan juga instagramku: ririlidya7

Suka chapter ini? Mau aku rajin update???

Vote ⭐️ spam komen 💬 dan share ⌲

Happy reading, Loves!

Riri Lidya:*

VENUS [#5 Venus Series]Where stories live. Discover now