Chapter 48 - Duel

68 5 0
                                    

Panggilan menyebalkan itu sungguh membuat dada Hera menghitam. Akan tetapi alih-alih berbuat kasar, dia tetap berdiri di posisinya dengan tenang. Dia tidak boleh termakan pancingan seniornya ini.

Melihat kedatangan Hera, Barbara segera menyadari bahwa William sudah mengatakan pertemuan mereka kepada adik tercintanya. Tebakannya itu seketika membuat senyum bahagianya tidak bisa berhenti.

“Aku merasa terlalu penuh di sini,” Hera berkata datar membuat Miranda dan Tessa memandang Barbara.

Karena Barbara tampak baik-baik saja, mereka akhirnya keluar tanpa banyak bicara. Memberi kedua wanita berkuasa di sekolah ini waktu berdua saja.

Dengan nyaman, tubuh belakang Barbara bersandar di wastafel ketika mengeluarkan rokok dari saku roknya dan menahannya di sela-sela bibir. Saat dia mengulurkan bungkusan itu pada Hera, gadis tercantik berambut pirang di sekolah sama sekali tidak menanggapi niat baiknya. Padahal dia tahu mereka menghisap rokok dengan merk yang sama. Tidak  ambil pusing, Barbara hanya mengedikkan bahunya seraya meletakkan bungkus rokok di pinggiran wastafel sebelahnya.

Dia kemudian bertanya, “Jadi, kau ingin mengeluh tentang aku dan kakakmu bertemu?”

“Kau cukup mengesankan karena tahu alasanku mendatangimu.”

Mengapit benda kecil itu di kedua jarinya, Barbara menghembuskan asap ke udara sebelum tersenyum miring. “Cukup mengesankan untuk menjadi kakak iparmu, benar?”

Wajah Hera kembali menggelap. Dengan menggertakkan gigi dan penuh penekanan, dia berujar, “Jangan pernah temui dia lagi. Aku hanya akan memperingatmu kali ini saja.”

Menghisap kemudian menghembuskannya, itu sungguh jeda yang membuat Hera semakin kesal. Namun, Barbara tetap santai melakukannya tanpa bersalah. Dia menatap ke samping dengan ekspresi tampak kesulitan saat berdesis. “Bagaimana, ya? Aku pikir itu akan sulit.”

“Kenapa?” tanya Hera cepat.

Jemari Barbara yang mengapit benda silinder tipis itu terangkat, membawanya ke bibirnya ketika menjawab, “Cause he's so big.”

This little bitch ....

Mata Hera menatapnya tajam dan penuh amarah. Oke, batas kesabarannya sudah berada di batasnya. Terima kasih untuk Barbara yang berhasil menarik keluar ekor iblisnya.

Melangkahkan kaki ke depan tanpa niat membunuh, Hera tersenyum. “Apa kau tahu, Spencer, keinginanku saat ini?”

Barbara mengangkat sebelah alisnya. “Merontokkan rambutku?”

Hera terkekeh pelan. “Memalukan sekali. Aku tidak akan melakukan hal rendahan seperti itu.”

“Lalu, menendangku?” Barbara memiringkan kepalanya dengan sikap menantang.

Hera sudah berhenti di depan Barbara. Tersenyum manis, dia menjawab dengan suara yang sangat lembut, “Aku akan membantingmu.”

Jika harus dipilih, Barbara sudah pasti akan memilih saling menjambak atau menendang. Membanting tubuh tidak pernah dia lakukan. Maka dari itu, dia akan menghindar.

Tapi, sebelum dia bisa melakukannya. Hera bergerak sangat cepat. Gadis pirang itu sudah memegang tangannya lalu membantingnya ke lantai dingin.

Pandangan Barbara mulai berputar ketika mencoba fokus pada Hera yang masih berdiri dengan akuh. “Kepa...rat” Dan detik berikutnya dia pingsan.

Kejadian itu tentu saja membuat sekolah menjadi gempar.
Forum sekolah dengan sigap menampilkan headline yang besar tentang pertengkaran Barbara dan Hera di kamar kecil wanita. Karena mereka tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana, hanya sebuah video yang menunjukkan bahwa berita ini bukanlah kebohongan.

VENUS [#5 Venus Series]Where stories live. Discover now