Chapter 37 - Can't scold her

74 7 0
                                    

Sambil bergandengan, Helena dan Matthew turun ke lantai bawah. Mereka tampak bercengkrama dan Helena terkikik lucu.

Memasuki ruang makan, tawa Helena berhenti ketika melihat kehadiran ayahnya. Pada meja makan panjang, Ryan duduk paling ujung. Dia membaca koran dengan fokus ketika para pelayan meletakkan hidangan demi hidangan di atas meja dengan suara pelan.

"Daddy sudah pulang? Aku pikir Daddy akan kembali sangat larut." Helena mendekati Ryan seraya menarik Matthew mengikutinya.

"Mommy memberitahunya tentang kedatangan Matthew," Hillary berbicara dan Ryan melirik Matthew dengan tajam.

Oh, Helena tahu sekarang. Ayahnya mengkhawatirkan anak semata wayangnya.

Hillary kemudian menatap Matthew dengan senyum ramahnya. "Ayo, Matthew. Silakan duduk dan makan bersama kami."

Matthew menyeringai. "Terima kasih, Hillary, Dad."

"Bajingan ini," Ryan mengumpat pelan sambil melipat korannya dengan cepat begitu semuanya sudah duduk. Seorang pelayan mengambil bacaan Ryan sebelum undur diri dan memberi privasi keluarga tersebut untuk makan dengan tenang.

"Bagaimana, Matthew? Apa kamu suka menu malam ini?"

Matthew mengangguk. "Seperti biasa, tiap kali makan di sini tidak pernah mengecewakan, Hillary."

"Panggil Mommy saja," celetuk Hillary membuat Ryan tersedak. Suaminya sontak saja menatapnya seolah memperingatinya namun Hillary pura-pura tidak menyadarinya. "Jangan hanya suamiku kaupanggil seperti itu. Kau juga bebas memanggilku Mom."

"Sayang-"

"Sungguh?" Matthew berkata cepat menghentikan Ryan untuk berbicara. "Kalau begitu aku tidak akan mengecewakanmu, Mom."

Mendengar panggilan itu sungguh membuat Hillary bahagia. Dia tersenyum lebar dan mengambil daging panggang lagi ke piring Matthew. "Tidak ada yang menjagamu di Amerika sedangkan orang tuamu di Inggris. Sering-seringlah datang kemari. Jika kau ingin tinggal di sini juga tidak apa-apa. Ada banyak sekali kamar tamu di sini, kamu bisa menggunakan-"

"Cukup, Sayang. Dia tidak membutuhkan kamar tamu kita." Ryan menahan istrinya yang terlewat semangat.

Memotong daging, Matthew mengangguk setuju dengan ucapan Ryan. "Yang dikatakan Daddy benar. Aku tidak memerlukan kamar tamu, kamar Lena sudah cukup untukku."

"Ya Tuhan." Hillary terkesiap seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan. Wajahnya bersemu tipis.

Wajah Helena dua kali lebih merah dibandingkan ibunya. Dan dia menatap Matthew di sampingnya cepat. Serius? Dia mengatakan itu di depan ayahnya?!

Dan jangan ditanya bagaimana ekspresi Ryan sekarang. "Percayalah, aku akan mematahkan kakimu."

Seperti yang Helena duga. Ayahnya menjadi marah.

Namun anehnya, Matthew hanya memberinya seringainya yang khas. Pria ini benar-benar tidak kenal takut.

"Omong-omong, Mom dan Dad, aku akan mengajak Lena ke tempat tinggalku akhir pekan ini. Kalian bisa mengizinkan kami memiliki waktu berdua, kan?"

"Tentu saja!" Hillary mencondongkan tubuhnya. "Jangan lupa gunakan pengaman-"

"Tuhan, Hillary," desah Ryan membuat Hillary tertawa tanpa dosa.

"Waktu kita masih muda kita juga seperti itu, kan? Biarkan saja mereka menikmati masa muda mereka." Hillary tersenyum cantik dan mengusap tangan Ryan di atas meja.

Ryan memejamkan matanya dan mengumpat panjang. Istrinya tahu bagaimana membuatnya tidak bisa menolak. Tapi, tunggu dulu ....

Ryan membuka matanya cepat ketika ide mengalir ke dalam kepalanya. Dia menatap Matthew. "Kalau begitu kami juga akan ikut."

VENUS [#5 Venus Series]Where stories live. Discover now