Chapter 5 - The boy on the balcony

941 106 5
                                    

"Wow. Selamat, Beauty! Akhirnya kau memiliki Ibu baru!" Helena berseru di seberang telepon.

"Calon ibu. Dia belum menjadi ibuku," Walaupun Hera berkata seperti itu, namun dia tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Dia tidak pernah memiliki seorang ibu semenjak dia lahir. Dia tidak tahu apa yang harus dipersiapkan atau dilakukan untuk menyambutnya. Maka setelah pertemuan di ruang keluarga, Hera segera masuk ke kamarnya dan menghubungi Venus.

"Tapi aku tahu kau pasti sangat bahagia. Tidak sabar menemuinya?" Diana bertanya.

Hera menuju walk in closet dan mengerutkan dahinya saat melihat pakaiannya. Dia butuh gaun 'selamat datang, ibu.' "Ya, aku tidak sabar. Besok kalian harus menemaniku berbelanja."

"Apa pun untuk Tuan Putri," Inanna berkata membuat Hera tertawa lepas.

"Kalian semua tuan putriku." Hera keluar dari walk in closet. "Sampai jumpa di sekolah besok!"

"Kau terlihat bahagia."

Hera mendongak melihat William di ambang pintu kamarnya. "Tentu saja aku bahagia! Sebentar lagi kita akan memiliki ibu baru."

William menghembuskan napas dalam dan masuk ke kamar Hera. Ia duduk di pinggir tempat tidur Hera. "Apa kau sangat menginginkan seorang ibu?"

Masih berdiri, Hera berbalik menatap kakaknya. "Aku tahu kalian berdua sangat membenci topik 'Ibu baru'—"

"Kami tidak membencinya. Hanya tidak suka." William berdiri meremas lembut kedua bahu Hera. "Dengar, Sunshine. Kita sudah besar. Kurasa kita tidak membutuhkan sosok ibu lagi. Jadi, bisakah kau berhenti mendorong Daddy mencari seorang ibu untuk kita?"

"Kalian berdua sungguh beruntung masih bisa merasakan kehangatan seorang ibu saat kecil. Sedangkan aku ... aku juga ingin merasakannya, Will. Aku juga butuh seorang ibu seperti teman-temanku." Hera menunduk. "Aku membunuh ibu saat bayi—"

"Hera—"

"Dan sekarang aku menginginkan seorang ibu baru. Apa menurutmu aku kejam dan egois?"

William menggeleng. "Tidak, Hera."

"Semenjak bayi aku tidak pernah melihat ibu kita. Aku tidak tahu bagaimana rasanya dipeluk seorang ibu kandung." Hera membasahi bibirnya. "Jadi, jangan samakan aku yang tidak tahu mengenai emosi tentang ibu dengan kalian yang pernah merasakannya."

***

Setelah dari kamar Hera, William masuk ke kamar Nick dan bermain rubik di sofa dengan gusar. Sedangkan Nick duduk di dekat jendela tengah membaca buku tebal berbahasa Rusia.

"Dia bersikukuh." Nick menebaknya dengan tepat.

William menghembuskan napas sebelum mengangguk. "Ya. Tapi aku masih tidak setuju."

Jujur, mereka berdua tidak masalah sama sekali dengan topik ibu baru. Toh, mereka tidak akan bermanja-manja dengan calon ibu nantinya. Akan tetapi ....

Nick menutup bukunya lalu melihat keluar jendela dengan ekpresi rumit. "Kalau memang itu maunya kita tidak bisa memaksanya. Setidaknya ibu muda bisa juga menjadi temannya."

***

Helena meletakkan ponselnya di meja rias. Kemudian ia menyisir rambutnya sambil berceloteh, "Hera sangat bahagia di telpon saat mengumumkan bahwa ayahnya memiliki kekasih. Kekasih ayahnya akan datang ke rumah besarnya untuk makan malam besok. Dia bahkan terdengar antusias dan gugup tadi. Dia pasti tidak sabar menunggu besok malam ...."

Helena meletakkan sisirnya. Ia berdiri dan berjalan menuju tempat tidurnya yang besar dengan empat tiang di tiap sudut tempat tidur. Sembari berjalan, ia melanjutkan pembicaraannya, "Besok setelah pulang sekolah kami akan berbelanja, pergi ke salon dan spa hingga malam. Dia ingin tampil sangat hebat di depan calon ibunya."

VENUS [#5 Venus Series]Where stories live. Discover now