___ Keamanan Galaksi ___

1.1K 164 111
                                    

Delapan pasang kaki tampak mengendap tanpa suara, nyaris terlihat seperti merayap.

Iris mata yang memiliki warna berbeda itu terlihat awas, meneliti sekitar dengan postur tubuh siaga.

Ketegangan menyeruak menyelimuti atmosfer sekitar, tak satupun yang tidak merasakannya. Bahkan, ribuan berkas cahaya pelangi tak bisa memberikan secercah ketenangan bagi mereka saat ini.

Cahaya pelangi?

Yeah. Beberapa saat lalu mereka telah mendarat di Planet Bayangan dan terkesiap melihat isi dari Planet menakutkan itu.

Siapa sangka? Planet penuh kegelapan itu, yang mereka kira begitu menakutkan ternyata menyimpan warna dan suasana yang indah.

Pelangi dan aroma pepohonan adalah yang paling mendominasi keadaan di Planet bayangan.

Memang Amato dan Thunder beserta keluarga mereka awalnya sempat terkesima melihat betapa indahnya planet ini.

Tapi mereka tidak akan pernah lupa, jika keindahan yang mereka lihat saat ini, sejujurnya tengah menawarkan ribuan bahaya yang bisa datang kapan saja.

Hal itu membuat mereka mengerti, keindahan tidak selalunya membawa keamanan. Karena terkadang, seorang predator pemangsa akan melakukan berbagai macam tipuan ilusi agar mangsanya mendekat.

Yah, persis seperti Laba-laba, yang menebar sarang berserat teraturnya seolah itu hanyalah serangkaian benang yang di ukir indah dan mudah rapuh. Tapi ketika serangga datang melekat, tak ada yang bisa lepas dari jaring Laba-laba hingga si pemangsa datang mengakhiri nyawanya.

Persis. Retak'ka si Laba-laba penuh tipuan.

"Lakukan seperti yang kita rencanakan!"

Setelah keheningan berkuasa cukup lama, Amato membuka suara sebagai intruksi pergerakan. Anggota yang lainnya mengangguk, tak ada protesan karena itu memang tidak di perlukan.

Hening kembali menyergap, tapi kali ini kedelapan manusia dan alien itu memecah barisan.

Terlihat lima elemental mengambil langkah ke sebelah kanan, mendekati sebuah kastil megah yang menjulang tinggi di Planet asing ini. Satu-satunya bangunan yang ada di sana.

Namun, para elemental tidak berniat memasuki kastil melalui pintu depan. Mereka mengendap menuju ke arah belakang kastil, mencari cara agar bisa masuk dari jalan yang lain lalu menemukan sosok yang mereka cari.

Untuk pintu depan, di masuki oleh Thunder yang tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Petir. Lalu kemudian Amato mengikutinya dari belakang dengan memeluk meriam besarnya begitu erat.

Mereka berjalan begitu perlahan, tanpa suara. Seakan jika sedikit saja suara terdengar, rencana mereka akan hancur total.

Sejauh ini, Amato dan sepasang ayah-anak itu tidak menemukan keberadaan siapapun, membuat mereka yakin jika di Planet ini hanya di huni oleh Retak'ka, dan sang magesti.

Mengingat itu, rasanya Amato tak bisa menghentikan geramannya. Istrinya, wanitanya, perempuan kesayangannya, harus hidup belasan tahun dengan seorang alien gila seperti Retak'ka. Uh, ia hanya berharap semoga tidak terjadi sesuatu apapun pada magesti satu itu.

Sampai di sebuah pintu besi yang berukuran cukup besar, ketiganya mulai yakin jika di dalamnya lah Retak'ka berada.

Thunder menolehkan kepala pada Amato, dan saat Amato menganggukkan kepalanya, adik magesti itu langsung menangkup pipi putra sulungnya.

Thunder tak bisa menahan diri lagi untuk menghujani kecupan-kecupan kasih sayangnya pada sang putra, meluapkan berjuta rasa yang di milikinya sebagai seorang ayah.

why??? (END)Where stories live. Discover now