___ Sangat Berharga ___

1.3K 182 43
                                    


"Bertahanlah, Lahab. Kumohon..."

Halilintar panik, dalam keadaan berlari ia masih melafalkan doa dan harapannya agar sosok alien yang kini dalam gendongannya masih bisa diselamatkan.

Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Kuasa penyembuhan yang ia lakukan, memang berhasil menyembuhkan luka-luka yang diterima oleh Lahab. Tapi bukan itu masalahnya. Entah bagaimana, tapi setelah luka-luka itu sembuh, tubuh Lahab tiba-tuba mengecil hingga seukuran kucing dewasa, lalu kemudian tak sadarkan diri setelahnya.

Tentu saja Halilintar panik. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan olehnya. Berkali-kali ia memanggil Boy dalam pikirannya, tapi sosok yang sekarang ia yakini sebagai kakaknya itu sama sekali tidak menjawab, seakan membiarkannya dalam kebingungan.

Kemana ia harus pergi?

Halilintar tidak memiliki orang terpercaya sekarang. Ayahnya? Saudara-saudaranya? Anggota TAPOPS? Semuanya tidak memiliki hubungan baik dengannya.

Hingga kemudian, ditengah kebimbangan itu, Halilintar mengingat Ochobot dan Tok Aba. Benar, Tok Aba selalu berhasil menenangkan Halilintar dalam keadaan apapun, dan Ochobot pasti bisa memberi penjelasan pada apa yang terjadi pada Lahab.

Didorong pemikiran itu, Halilintar berlari keluar dari hutan. Ia tidak menggunakan gerakan kilatnya, khawatir jika kuasa yang ia keluarkan malah membahayakan Lahab lagi.

Cukup lama ia berlari mencari jalan keluar, hingga saat matahari sudah setinggi puncak kepala, barulah Halilintar bisa melihat kedai Tok Aba dari kejauhan.

Kedai itu sudah mulai sepi, karena mungkin orang-orang enggan keluar karena cuaca panas yang begitu terik.

Berhenti sejenak untuk menetralkan daru nafasnya, Halilintar baru menyadari jika kegiatan berlarinya hampir membuatnya lupa mengambil nafas.


"Aduuuhhh.... Punggung Atok sakit sekali, Ochobot..."


Halilintar yang masih berjarak cukup jauh dari kedai Tok Aba tidak jadi melanjutkan langkahnya, telinga tajamnya mampu mendengar ucapan sang Atok, membuat ia berdecak.

Harusnya selama ini Halilintar datang untuk membantu Atoknya bekerja, bukan malah cari masalah baru untuk dirinya sendiri.

Mulai sekarang, sepertinya Halilintar akan memfokuskan perhatiannya untuk sang Atok. Setidaknya, walaupun ayahnya sangat bernafsu untuk membunuhnya, ia masih punya Tok Aba yang menyayanginya. Dan itu sudah cukup untuk membuatnya bertahan.

"Itulah! kenapa Atok mau saja mengikuti keinginan Amato? Sudah tahu dia yang harusnya bekerja, malah melimpahkan semuanya pada Atok!"

Halilintar mengernyitkan alisnya. Keinginan Amato? Jadi selama ini, kakeknya bekerja bukan karena hobby-nya? Tapi karena ayahnya?

"Mau bagaimana lagi, Ochobot? Amato sibuk, banyak hal yang harus dia kerjakan!" Tok Aba mendudukkan dirinya di kursi kasir, memijit pinggangnya sekadar meringankan sakit di daerah itu.

"Harusnya Atok mencegahnya, bukankah Atok tahu, 14 tahun ini Amato menghabiskan waktu untuk apa?"

14 tahun? Berarti dari awal mereka kecil? Yang benar saja! Ayahnya tidak bekerja selama 14 tahun? Lalu darimana mereka bisa bertahan hidup?

"Aku tahu, Ochobot. Tapi bukankah itu memang sudah seharusnya di lakukan? Amato harus terus membuat alat itu, demi kedamaian seluruh galaksi, bukan?"

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang