____ Penghianatan ____

1.5K 192 35
                                    

Saat seseorang sedang merasa terkejut, apa yang akan dilakukan?

Membelalakkan matanya seakan siap menembakkan mata itu keluar dari rongganya?

Tergagap-gagap dengan mulut membuka-tutup_layaknya ikan di daratan_ karena tidak mengerti apa yang harus di ucapkan?

Berteriak sekeras-kerasnya sebagai ungkapan keterkejutan yang frontal?

Atau...

Hingga jatuh pingsan saking tidak memperkirakan kenyataan yang membuat terkejut?

Jika memang seperti itu, maka Boboiboy Halilintar sama sekali tidak termasuk didalam ekspresi manapun.

Remaja dengan identitas misterius untuk dirinya sendiri itu hanya terdiam, dengan raut wajah datar dan bibir yang lurus serta mata yang menyorot biasa. Tidak kosong ataupun penuh emosi.

Bahkan, Petir hingga harus menyipitkan matanya untuk mencoba menerka apa yang tengah dirasakan remaja itu.

Tapi, nihil. Tatapan dan raut wajah Halilintar sama sekali tidak terprediksi, membuat Petir mulai paham jika di dunia ini, memang ada spesies manusia yang sering di juluki sebagai 'batu'.

Karena nyatanya, 'batu' itu sendiri kini ada di hadapannya.

"Apa lagi yang kau tahu tentangku?"

Setelah 360 detik waktu yang dihabiskan Petir untuk merasakan bingung dengan respon sang 'petir merah', akhirnya suara remaja itu menyadarkan Petir.

Merah dan kuning saling bertemu, menatap dalam satu garis lurus meski memancarkan ekspresi berbeda. Halilintar, tetap kukuh dengan tatapannya, begitu pelit untuk menunjukkan emosi apapun diwajahnya.

Sedangkan Petir, terlalu bingung karena baru kali ini ia melihat orang dengan raut wajah tanpa emosi seperti itu. Seakan manusia satu ini sudah bertransformasi menjadi robot sungguhan.

Tunggu. Bukankah Power Sphera adalah robot?

Entah kenapa Petir mulai merasa takut saat ini.

"Aku bertanya padamu, alien!"

Petir tersentak saat suara Halilintar kembali terdengar, ia meneguk ludahnya mendengar nada suara remaja itu.

"K-k-kau... Adalah alien berdarah campuran. P-putra terakhir dari... Ketua pasukan T-TAPOPS dengan pe-pemimpin... Tertinggi dari GogoBugi, T-The Lord... Magesti!"

Rasanya saat ini juga Petir ingin sekali merobek mulutnya. Bagaimana bisa ia mengatakan rahasia yang selama ini disembunyikannya? Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan ayahnya lakukan andai pria bermuka dua itu tahu tentang hal ini.

Uh, tapi, dibanding membayangkan hukuman dari ayahnya, Petir jauh merasa takut dengan Halilintar saat ini.

Hey, remaja itu hanya memandang tanpa emosi apapun. Tapi justru itulah yang bagi Petir terasa menakutkan.

Halilintar, bahkan tanpa menunjukkan kemarahan ataupun ekspresi lainnya sudah membuat Petir seolah tersihir untuk menjawab pertanyaan remaja itu, seakan pengaruh yang dimilikinya memang benar-benar tidak bisa dikesampingkan.

Halilintar, semakin hari malah terlihat semakin penuh otoritas, seakan siapapun yang berhadapan dengannya tidak akan bisa menolak apapun yang diinginkan si 'merah'. Terlebih, Petir hanya manusia setengah alien dan baru berusia 12 tahun. Ia tidak pernah bertemu alien lain selain ayah dan adiknya.

"Lagi?"

Halilintar masih mendesak, membuat Petir meneguk ludah gugup. Sial, apa ia harus lari sekarang?

why??? (END)Where stories live. Discover now