_____ Masalah Baru ______

1.9K 223 55
                                    


.
.
.
.
"Halilintar, dia adalah sahabatku!"

Jawaban Kaizo benar-benar membuat Fang membelalakkan matanya tak percaya.

Yang benar saja! Kakaknya... Alien berdarah dingin dengan segala keegoisannya, mengakui seseorang sebagai sahabat? Seseorang yang bahkan bagi Fang sendiri adalah... Rival?

Lelucon macam apa ini?

"Daripada itu, bukankah kau ingin mengetahui hal lain yang lebih penting dari masalah Halilintar?"

Pertanyaan Kaizo membuat Fang kembali pada kesadarannya, ia mengangguk sebagai jawaban.

"Baiklah, apa dulu yang ingin kau dengar?"

"Keluargaku!" Tanpa berpikir panjang, Fang menyahut. Sudah lama ia mencaritahu tentang keluarganya, dan mungkin ini saat yang tepat baginya untuk tahu dimana mereka berada__atau kalaupun mereka mati, ia ingin tahu alasan kenapa mereka bisa mati.

Kaizo terdiam sejenak, menghela nafas pelan. "Penyerangan di GogoBugi. Kau tahu itu adalah awal dari semua masalah yang terjadi!"

Fang tak merespon, tapi pandangan matanya yang fokus menjadi penunjuk jika ia tengah memusatkan perhatian pada sang kakak.

"Mereka tidak selamat saat penyerangan itu__ikut mati bersama ratusan penghuni planet."

"Tch.." decakan terdengar, seakan sang adik tidak mempercayai hal itu. "Lalu aku lahir dari apa? Batu? Jangan membuatku tertawa, Kapten. Penyerangan itu terjadi 16 tahun yang lalu, dan aku terlahir satu tahun berikutnya. Kau ingin bilang kalau mayat ibuku bisa melahirkan aku, begitu?"

Nada suara penuh sarkasme itu membuat Kaizo menatapnya geram. Sial. Adiknya benar-benar diluar ekspektasi.

"Oke, jadi, kesimpulan seperti apa yang sudah kau pikirkan di otak 'cerdas'mu itu, Pang?" Kaizo lelah, menghadapi adik dengan sikap tak terbaca seperti ini membuatnya menyerah. Ia akan biarkan Fang merangkai sendiri sebuah kesimpulan.

"Mereka sembunyi, pergi dari Planet untuk mencari kehidupan baru. Mungkin begitu!" Fang mengangkat bahu, merasa tak yakin tapi disisi lain itulah yang ia yakini.

"Kalaupun mereka bersembunyi, menurutmu, di mana mereka akan menemukan tempat yang tepat tanpa ada yang menyadari jika mereka adalah korban selamat dari Planet GogoBugi?"

Meski Kaizo tahu jawabannya, ia memilih untuk membuat pertanyaan, sekedar mengulur waktu dengan memenuhi otak Fang untuk memikirkan berbagai kemungkinan, agar adiknya itu melupakan informasi-informasi lain yang lebih penting.

Fang terdiam, mengabsen planet-planet yang mungkin di datangi orang tuanya untuk melarikan diri.

Volcania? Itu terlalu panas.

Tartara? Entah, terlalu mengerikan dan penuh misteri.

Dargha'ya? Hanya Laksamana Tarung yang bersedia tinggal dengan benda dan tumbuhan hidup seperti itu.

Gurunda? Oh, orang tuanya tidak mungkin masih hidup di Planet terpanas seperti itu.

Ata ta tiga? Oh yang benar saja? Orang tuanya adalah alien bertipe manusia, bukan pemilik kepala kotak dengan warna hij__apa? Tipe manusia?

"Bumi!" Fang menatap Kaizo saat satu planet menjadi acuan paling memungkinkan.

Dalam pelarian seperti itu, orang tuanya pasti memilih berbaur dengan bangsa lain yang tidak jauh beda dari wujud mereka. Dan satu-satunya planet dengan wujud paling mirip hanyalah Bumi. Ya, Bumi.

Mendengar jawaban itu, Kaizo tersenyum.

"Jadi, dari sanalah kau mulai mengenal Halilintar?" Tebak Fang yang entah kenapa masih merasa janggal dengan persahabatan antara kakaknya dengan sang rival.

why??? (END)Where stories live. Discover now