___ Adik baru? ___

2.4K 252 30
                                    


" Pelan-pelan, Hali. Kau makan seperti orang kelaparan!" Tok Aba menggelengkan kepalanya saat melihat cucu pertamanya begitu terburu-buru saat makan.

Halilintar mendengus, menahan suaranya untuk tidak mengumpat. Tentu saja ia kelaparan, seharian kemarin ia merasa tersiksa dengan rasa laparnya, lalu malam hari setelah kekuatannya bangkit, ia justru pingsan di dekat air terjun.

Mengingat itu, Halilintar tidak mau tahu kenapa pagi harinya ia bisa terbangun di kamarnya. Mungkin, ia mengigau dan berjalan sambil tertidur? Hm, semoga tidak ada yang melihatnya dalam keadaan memalukan itu.

"Hari ini, kau akan tes masuk sekolah?" Sembari ikut menikmati masakan buatannya, Tok Aba bertanya.

"Hm!" Hanya gumaman yang keluar dari mulut Halilintar saat ia masih mengunyah makanan.

Menyadari fokus Halilintar hanya tertuju pada makanannya, Tok Aba hanya tersenyum maklum. Hingga akhirnya, lelaki tua itu memilih diam selama waktu sarapan.

"Hali selesai!" Suara itu terdengar seiring dengan diambilnya piring yang sudah kosong. Remaja itu bangkit dari kursi lalu menuju dapur untuk mencuci piring.

"Tok, Hali berangkat!"

Tidak seperti kemarin, Halilintar kali ini berpamitan dengan pantas dan mencium tangan Atoknya.

"Hati-hati, belajar yang rajin ya, cucu Atok!"

Dengan senyum kecil, Halilintar memakai sepatunya kemudian berjalan kaki menuju halte.

'Hey diriku, kau tidak mau mencoba kekuatan barumu?'

Halilintar mendengus, sangat tahu siapa yang bersuara dalam pikirannya saat ini.

'Lupakan, aku mengeluarkan kekuatan itu bukan untuk dipakai, tapi hanya agar aku bisa makan dengan layak'

Halilintar membayangkan pandangan mengejek dari persona dirinya itu. 'Lihat ini, ternyata diriku ini tidak menghargai takdir? Oh ayolah, aku yakin seluruh Galaksi akan rela melakukan apapun untuk mendapatkan kekuatan itu, tapi kau yang mendapatkannya dengan cuma-cuma, malah menelantarkan kekuatan itu? Huh, lelucon apa yang sedang kau mainkan?'

Mendengarnya, Halilintar mendengus. 'Apa itu penting? Kalau perlu, aku akan mencari cara untuk mengeluarkan kekuatan ini dari tubuhku'

Sembari berjalan, Halilintar memperhatikan sekitar. Perasaannya saja atau ia dapat melihat lebih tajam dari biasanya?

'Memangnya, kenapa kau tidak mau menerima kekuatan ini? Bukankah dengan begini kau bisa melakukan apapun yang kau mau? Kau tahu, kalau kau menggunakan kekuatan ini, kau tidak akan bisa terkalahkan!'

Mendengar ucapan personanya, Halilintar menghentikan langkahnya. Remaja itu menunduk, mencengkram dadanya seakan berusaha menghancurkan sesuatu di dalam sana.

'Nyatanya, aku sudah sejak lama telah kalah. Hingga kekuatan sebesar apapun, tidak akan membuatku merasa menang'

Entah kenapa, saat ia mengucapkan kalimat itu, ia berubah murung. Tapi benar, sejak dulu ia sudah kalah, sangat kalah hingga ia berpikir, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, selain membiarkan dunia menggerakkan tubuhnya.

"KAKAK HALI?!"

Suara teriakan dari belakangnya membuat Halilintar tersadar dan menolehkan kepalanya ke belakang, menemukan dua anak kecil yang berlari ke arahnya.

"Petir? Angin?"

"Huh, angin dari tadi panggil kak Hali, tahu?" Gadis kecil yang kini berjalan di samping kanan Halilintar menggembungkan pipinya kesal.

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang