___ Rasa Kehilangan ___

2.8K 315 34
                                    

Happy Reading...
.
.
.
.

Planet Volcania, planet panas dengan hanya berisi gunung berapi dan lava yang dulu pernah menjadi tempat diadakannya ujian kental TAPOPS. Namun, semenjak Blaze mengamuk di tempat itu yang menyebabkan meletusnya gunung berapi terbesar, planet ini jauh lebih panas dan gersang dari biasanya sehingga tidak pernah lagi digunakan untuk ujian.

Bahkan, mendatangi planet ini pun hampir tidak ada yang mau__selain raksasa batu yang memang berasal dari sana.

Dikatakan 'hampir' karena buktinya, seseorang tengah mendaratkan kapal angkasanya di atas tanah Volcania. Desain kapal yang sengaja ia buat khusus untuk mendatangi planet ini, membuat suhu panas yang menggila sama sekali tidak berpengaruh bagi pesawatnya.

Pintu pesawat terbuka secara perlahan, menampakkan seorang pria kekar yang melangkah keluar dari dalamnya. Seakan panasnya udara tidak berpengaruh untuk kulitnya, pria itu berjalan dengan santai. Teramat sangat santai untuk ukuran seseorang yang telah membuat janji pertemuan namun malah datang tiga hari lebih lambat dari waktu yang dijanjikan.

"Dasar siput biru yang lambat" ejekan sinis terdengar ketika pria itu memasuki sebuah ruangan yang semula tertutupi oleh tumpukan batu panas.

Pria itu sama sekali tidak menggubris ejekan sosok yang kini menatapnya dengan kesal, ia justru malah melangkah lebih dalam dan duduk pada kursi api di tengah ruangan. Kursi api, ya, api!

Sampai saat ini, pria berpakaian TankTop biru itu tidak habis pikir dengan kemampuan si pemuda yang sedang ditemuinya ini. Pemuda yang berhasil membuat sebuah ruangan hanya dari api, lalu mendinginkan api itu tanpa merubah warna si api.

"Kau tahu, terlalu banyak masalah akhir-akhir ini yang tentu saja disebabkan oleh orang yang tidak punya kegiatan selain mengganggu orang lain" pria itu menatap si pemuda dengan pandangan sinis, sedikitpun ia tidak menutup-nutupi nada suaranya yang jelas menyalahkan sosok di hadapannya.

"Apa? Aku hanya bosan. Kau tahu? Terkurung disini sendirian itu tidak enak, jadi ya... Aku cari cara lah supaya bisa keluar!" Dengan polosnya si pemuda membalas, tak peduli delikan tajam dari pria yang di undangnya datang.

"Apa ini bagian dari rencanamu? Mengembalikannya ke Bumi setelah bertahun-tahun kita mencarinya?" Terdengar pria itu bertanya dengan nada menuntut. "Kau harusnya tahu itu tindakan terbodoh yang pernah kau lakukan!"

"Memangnya kenapa? Kau tahu aku tidak suka dia terlalu dekat dengan orang itu, Laksamana. Kurasa kau tahu, dibandingkan membawanya pada ibu, aku lebih senang menjauhkannya dari orang seberbahaya itu!" sosok itu menjawab dengan tenang.

Merasa pegal setelah berdiri lama, ia akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi kosong berseberangan dengan sang Laksamana, lalu kemudian mengambil segenggam api dingin yang menggumpal, membentuknya menjadi dua gelas api yang di dalamnya terdapat cairan keorangean. "Minumlah! kujamin jus api segar ini bisa mengalahkan manisnya minuman Koko."

Sang Laksamana mendengus, sama sekali tidak menyentuh satu gelas api yang disodorkan padanya. "Aku alien normal yang tidak memakan api sepertimu! Yang kubutuhkan hanya penjelasanmu. Kau tahu, entah apa rencanamu tapi karena kau, dia diperlakukan tidak hormat seperti itu! Bukan hanya itu, kau bahkan membuatku kehilangan pengawasan terhadapnya!"

Sosok dihadapan laksamana itu terkekeh pelan, terlalu elegan untuk ukuran seorang manusia (atau alien?) tersisih yang di isolasi di planet mengerikan seperti Volcania. "Jadi kau merindukannya?"

Masih dengan kekehannya, sosok itu menyentuh topi jingga miliknya yang ia pakai terbalik, lalu di putar hingga lidah topinya mengarah kedepan, membuat sang laksamana menyipitkan matanya tak suka.

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang