____The Red Flash____

3.6K 377 73
                                    

"Sial! Kenapa jadi seperti ini?" Kaizo tidak bisa menahan luapan emosinya, saat sebuah robot kuning-hitam mendatanginya dan menceritakan kronologi singkat yang baru saja menyita perhatian seluruh anggota TAPOPS.

"Kapten, kau harus tenang!" Lahab mencoba bersuara, meski sebenarnya dirinya juga geram dengan masalah yang baru saja terjadi.

"Bagaimana aku bisa tenang? Ini menyangkut Halilintar, kau tahu? Halilintar. Lagi-lagi anak itu terkena masalah dan sekarang, dia bahkan harus keluar dari satu-satunya tempat paling aman untuknya" Kaizo memijit keningnya, menyalurkan rasa frustasi.

Selalu, setiap kali menyangkut Halilintar, Kaizo merasa tidak memiliki kemampuan apapun saat ia bahkan tidak bisa berkutik sedikitpun.

"Kurasa tidak sepenuhnya benar bahwa TAPOPS adalah tempat aman untuk Halilintar. Kau tahu sendiri, Kapten. Ada ular berbisa di dalamnya yang tentu saja sama membahayakannya dengan ular-ular diluar sana" jika biasanya suara robot Ochobot terdengar khasnya, kini suara itu lebih terasa sinis bagi siapapun yang mendengarnya, bahkan Lahab berani bersumpah mendengar sedikit desisan dari suara robot itu. Oh, robot pun punya emosi kemarahan?

"Voltra? Anak itu mulai berulah?" Kaizo tahu ia tidak boleh meremehkan siapapun, tapi... Bocah temperamen seperti Voltra?

"Hm, tentu saja. Aku curiga Voltra mungkin sudah merencanakan ini sejak ia menjadi anggota TAPOPS satu bulan yang lalu" Ochobot mengiyakan, mengingat jika dikeluarkannya Halilintar secara tidak hormat adalah karena Voltra sebagai salah satu penyebabnya.

Kaizo menghempaskan tubuhnya di kursi kemudi pesawat, kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit saat mendengar ucapan Ochobot. "Belum selesai masalah Red Flash dan sosok misterius 'topi jingga', lalu sekarang Voltra? Kheh.. Aku tidak akan lagi terkejut kalau di Bumi, Halilintar mendapat masalah dan menjadikan dirinya diincar banyak orang."

Ochobot mendengus, melipat kedua tangan didepan dada. "Tentu saja, tuanku yang satu itu memiliki daya tarik yang sulit dihindari. Kau tahu, kurasa tidak akan ada yang bisa menolak pesonanya.

"Heh,," Kaizo memandang Ochobot lurus, "Pesona wajah atau kekuatan?"

Andai Ochobot punya bahu, ia ingin sekali menggendikkan bahunya. "Keduanya mungkin"

Kaizo menghela nafas, mengusap wajahnya dengan kasar. Selama ini, ia tidak pernah kehilangan sikap tenang dan ekspresi datarnya. Tapi lihatlah, bocah Bumi bernama Boboiboy Halilintar itu berhasil merusak wajah dan ekspresi yang selalu ia perlihatkan dalam kondisi apapun.

"Lahab, pergi ke Bumi dan awasi anak itu dari jauh. Siapapun, jangan biarkan berada terlalu dekar dengannya."

Perintah Kaizo menuai tatapan ptotes dari sosok yang diperintah. "Kau tahu, Kapten. Aku tidak mungkin meninggalkanmu dan akupun tidak mungkin ke Bumi sendirian, kau tahu aku tidak akan bisa berpikir jernih jika ada satu orang saja yang mencelakainya."

"Jadi kau memilih tetap berada di sini dan terbunuh oleh rasa khawatirmu?" Kaizo memandang Lahab seolah anak buah paling setianya itu adalah sosok yang sangat aneh.

Lahab terdiam, tidak berani bicara. Sedangkan Ochobot yang hanya mendengarkan, memilih untuk tidak bicara. Robot itu tahu, dengan ataupun tanpa adanya Lahab di Bumi, ia akan tetap memantau Halilintar. Karena menurutnya, pengawasan pada pengguna elemen petir itu tidak bisa dilakukan oleh siapapun selain dirinya. Ya, siapapun. Bahkan sekalipun itu kedua orang di depannya ini.

"Sudahlah, Kapten. Jangan memaksanya, biarkan dia tetap disini bersamamu"_ karena bagi Ochobot, ketidakhadiran Lahab di Bumi bisa membuatnya memonopoli pengawasan untuk tuan kesayangannya.

.

.

.

.

why??? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang