___ Permintaan Maaf ___

2.5K 220 37
                                    


Suasana suram menyelimuti sejauh mata memandang. Bahkan langit malam kali ini tak menampakkan gemerlap bintang tidak seperti biasanya.

Diantara gelap malam, seorang anak tengah terduduk diatas sebuah pohon yang tumbang, memandang kosong ke arah langit yang sepertinya akan mengalami badai.

Tak sedikitpun tampak diwajahnya ketakutan, meski suasana mencekam disekelilingnya terlihat begitu menakutkan.

Raut anak itu semendung langit di atasnya, tak menampakkan senyum barang seinci pun.

"Lin..?"

Suara pelan penuh kehati-hatian menyapa gendang telinganya, membuat ia menoleh dan menemukan sosok yang sangat mirip dengannya, begitu miripnya hingga tidak ada satupun yang bisa membedakan mereka berdua, andai tidak memperhatikan perbedaan sifat keduanya.

"Kak Boy..." Si anak menjawab dengan lirih, mengalihkan pandangan untuk kembali pada langit malam yang gelap.

"Ayo pulang! Sebentar lagi akan turun badai, ibu pasti khawatir denganmu!" Si anak yang di panggil 'Boy' mendekat, menyentuh pundak adik kembar yang sangat identik dengan dirinya, bagai melihat bayangan sendiri di depan cermin.

Anak itu menggeleng, raut sendu tak lepas dari wajahnya. "Kakak membenciku.."

Kedua alis Boy saling bertautan, sejak kapan?

"Kakak pertama..."

Dan lanjutan kalimat sang adik, membuat Boy menghela nafas. Anak yang diperkirakan baru berusia 9 tahunan itu mendekat, ikut mendudukkan dirinya di samping sang adik. "Kenapa berpikir begitu?"

Lin, adik kecil itu, tak langsung menjawab, melainkan menatap sang kakak kembar dengan dalam.

"Kalau kakak pertama tidak membenciku, dia tidak akan membiarkanku disini sendirian 'kan?" Ujarnya lirih. "Tapi kakak pertama meninggalkanmu, bahkan lupa kalau aku ikut dengannya untuk melihatnya berlatih sampai akhirnya aku ketiduran disini. Lalu sekarang, bukan kakak pertama yang menjemputku, tapi kak Boy. Apa... Dia tidak menyayangiku?"

Tak tahan melihat adik kecilnya bersedih, Boy hanya bisa merangkulnya untuk saat ini. Walaupun usia mereka sama, tapi terkadang perbedaan detik mereka dilahirkan menjadikan keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda.

"Mungkin... Kakak pertama sedang banyak urusan? Tapi dia tidak lupa kok denganmu, dia yang meminta aku untuk menjemputmu!" Meski sebenarnya dirinya sendirilah yang berinisiatif untuk mencari sang adik, setidaknya Boy tahu, ada saat dimana ia harus berbohong demi menjaga hubungan persaudaraan mereka.

Si adik tidak menjawab, hanya menikmati pelukan yang diberikan kakaknya selama beberapa saat.

"Aku merepotkan ya?"

Pertanyaan itu terlontar setelah cukup lama keduanya terdiam, seakan tak lagi peduli akan gemuruh dari kejauhan sebagai pertanda cuaca buruk bisa datang kapan saja.

"Kakak pertama begitu hebat, bahkan diandalkan oleh ibu. Lalu kak Boy juga, kakak selalu bisa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh ibu dan membuat ibu bangga. Tapi aku? Aku hanya bisa merepotkan kak Boy. Aku selalu tidak bisa sendirian, selalu harus ada yang menemaniku kemanapun aku pergi. Kalau sekalinya aku menghilang, pasti semua orang akan langsung panik, seolah aku memang bisa saja mendapat masalah kalau dibiarkan sendirian. Padahal, kalian berdua kembaranku, kalian bisa melindungi diri sendiri tanpa membuat orang cemas." Sang adik melanjutkan ucapannya, terdengar bergetar. "Bahkan hingga usia segini, kekuatanku belum muncul. Apa aku memang tidak bisa berguna?"

why??? (END)Where stories live. Discover now