19 :: Mengacaukan.

Mulai dari awal
                                    

"Pertanyaan lo apaan banget, deh, Kak." Yona tertawa geli menyela.

Raka ikut tertawa. "Abisnya temen lo ini kaku banget. Robot beneran, dah. Mending sama gue aja, Yon, daripada sama dia. Gue humoris juga, romantis lagi."

"Maklum ajalah. Semua orang juga tau dia orangnya gimana." Yona menyenggol Dave. "Kenapa lo?" tanyanya ketika melihat wajah Dave yang tidak biasa. Rahang lelaki itu mengetat, seperti menahan sesuatu.

Dave menggeleng dingin. "Saya akan pergi memesankanmu makanan, Yona," ucapnya beranjak. Dave sungguh menulikan telinga ketika Raka langsung protes karena ia sudah duluan memesankan Yona makanan beberapa saat lalu.

Yona menghembuskan napas kesal. Saat ini ia sedang berjuang mendapatkan kesempatan untuk Dave, tetapi lelaki itu justru bersikap kurang bersahabat pada Raka. "Maaf, ya, Kak. Dia orangnya emang gitu."

Raka membalas santai atas perlakuan Dave. Sebenarnya ia sengaja karena ingin melihat respon-respon apa saja yang lelaki itu punya. Raka terkesima sendiri sebab mengetahui langsung jika Yona dan Dave memang betul sedekat itu.

Yona dan Raka masih mengobrol ringan saat Dave kembali dengan makanan yang sudah ia beli. Lelaki itu duduk di samping Yona lagi dan memperbaiki tatanan makanan gadis itu baik-baik. Dave tidak memperdulikan Raka sedikit pun.

"Serius lo mau masuk basket? Punya pengalaman masuk basket nggak?" tanya Raka lagi. Namun Dave tetap tidak mau bersuara.

Raka mendecak karena Dave justru sibuk pada makanannya. "Dia bisa main nggak, Yon?"

"Em, enggak sama sekali," jawab Yona menggeleng.

"Lah? Terus gimana mau bisa masuk kalau nggak tau main basket?" Raka jadi bingung sendiri. "Bukan apa-apa, nih, Yon. Lo tau sendiri Antares gimana. Nerima Revian aja kemarin susah banget. Apalagi dia?"

"Gue tau. Makanya gue minta tolong sama lo. Gue cuma mau lo ngomong sama Antares baik-baik. Mungkin bikin negosiasi gitu biar Dave bisa dikasih kesempatan." Yona meletakkan sendoknya. Menatap Raka memohon. "Lo juga tau sendiri Antares gimana. Gue belum ngomong aja dia udah lari. Cuma lo yang bisa bantuin gue ngomong sama dia."

"Lagian Dave orangnya pintar, kok. Dia cepat tanggap. Diajarin bentar mungkin dia bisa." Raka menghela napas mendengar ucapan Yona. "Gini aja, kalau Dave nggak berhasil nunjukin potensi setelah masuk basket. Gue bakal terima kalau dia akhirnya ditolak. Setidaknya kasih dia satu kesempatan."

"Kenapa nggak langsung ke Billy aja lo minta tolongnya? Dia, kan, dekat juga sama Antares?"

"Emang. Tapi gue rasa pertolongan lo bakal lebih ngaruh. Lo mantan ketua, gue pikir Antares bakal lebih dengar masukan lo."

Rake terdiam, begitu pun Revian yang menyimak. Yona menatap kakak tingkatnya itu memelas. "Please! Sekali ini doang."

"Oke," putus Raka. "Tapi gue cuma bantuin ngomong doang, ya, ke Antares. Gue bakal berusaha biar dia kasih kesempatan dikit. Sisanya gue nggak bisa ngapain-ngapain lagi."

"Beneran?! Wah, nggak salah emang gue minta bantuan sama lo! Makasih banget, Kak!" seru Yona gembira memukul lengan Dave yang tidak pernah mau peduli.

"Tapi, ada syaratnya ...." Raka menyengir lebar.

"Apa, Kak? Gue bakal lakuin apapun itu asal masuk akal!"

"Habis gue bantuin kita harus jalan berdua gimana? Dating ala-ala gitu. Pasti seru!"

"Tidak bisa!" sela Dave tegas mengheningkan suasana. Ia melempar tatapan tajam ke Raka yang lantas terperanjat. Begitu pun Revian yang dibuat tersedak.

BeautifuloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang