19 :: Mengacaukan.

Start from the beginning
                                    

Kak Raka
Oke. See you soon, Cantik

Yona tersenyum geli membaca. Sebelum ia harus istirahat untuk jadwal kemo pertamanya, Yona duluan mengatur agar Dave bisa masuk ekskul seperti apa yang ia ucapkan kemarin. Untung saja Raka begitu baik. Meminta pertolongan Raka untuk membantunya memasukkan Dave ke ekskul basket dengan cepat disetujui oleh lelaki itu.

Setelah membalas, bel istirahat ikut berbunyi. Yona buru-buru merapikan mejanya. Setelah itu ia beranjak, ingin segera menemui Raka di kantin.

"Yona?" panggil Dave selalu tepat waktu. Yona lantas berbalik dan tersenyum lebar.

"Dave, gue punya kabar gembira buat lo! Kebetulan kakak kelas tingkat mau bantuin lo biar bisa masuk ke ekskul basket. Gue yakin lo pasti berhasil masuk, sih, kek Revian kemarin!" cerita Yona langsung. Wajahnya berseri sambil menarik tangan Dave untuk keluar dari kelas. "Yuk, kita temuin dia di kantin. Dia udah nunggu."

"Kakak tingkat siapa?" tanya Dave di sela-sela langkahnya. Ia melepaskan genggaman Yona lembut, lalu merubah dengan membenamkan jemari mereka bersama.

Langkah Yona memelan, ia memandangi tangannya yang digenggam erat oleh lelaki itu. Seolah tak ingin berpisah. Mereka memang sudah beberapa kali melakukan kontak fisik seperti ini, tetapi mengapa Yona tidak bisa merasa biasa-biasa saja? Mendadak ia merasa gugup ketika meresapi rasa nyaman dari telapak tangan Dave yang hangat dan juga membungkus tangannya aman.

Yona menenguk ludah susah payah, kemudian akhirnya membalas. "Lo nggak akan kenal. Entar langsung liat aja orangnya."

Dave mengangguk patuh, ia tersenyum. Keramaian sekeliling tidak diperdulikan lagi oleh mereka. Yona terus menerobos jalan tanpa berniat melepaskan genggaman erat itu.

"Kak Raka!" sapa Yona ceria. Raka yang dipanggil langsung berdiri menyambut.

"Eh, Neng Geulis udah dateng. Cepet amat, Yon. Nggak sabar ketemu gue, ya?" goda Raka merapikan jambulnya seraya menaik-turunkan alis.

"Iyalah." Yona tertawa merespon. "Makasih, lho, udah mau bantuin gue," ucapnya lagi lalu menepuk pundak Dave. "Ini, Kak. Temen yang gue maksud itu."

"Serius temen doang, nih? Nggak lebih, 'kan? Siapa tau gue bisa daftar jadi cowok lo," balas Raka terkekeh. "Duduk, Yon. Gue udah pesen makanan buat lo."

Mendengar ucapan Raka, Dave seketika memicingkan matanya tidak suka. Perasaan lelaki itu terasa tidak enak. Sepertinya menerima bantuan Yona bukan lah pilihan yang tepat.

"Temen, Kak. Serius. Tanya aja sama Revian. Kita bertiga satu kelas." Yona menatap Revian yang diam saja di tempat. Lelaki itu ketahuan membolos lagi. Tidak menjawab, Revian hanya melirik.

"Gue tau. Tapi rumor kalau kalian berdua jadian udah menyebar luas. Jadi gue mau minta jawaban jelas dari lo aja," ujar Raka. Lelaki itu mengarahkan pandang ke Dave yang terdiam juga. Dave tidak merespon apa-apa, hanya bergerak tidak nyaman di posisinya. Berharap bisa pergi dari sini secepat mungkin.

"Yakali, Kak. Nggak lah!" bantah Yona santai. Ia sudah mengenal Raka dari dulu. Lagian siapa juga yang tidak mengenal anak dari pemilik yayasan sekolah ini? Sudah jelas Yona mengenalnya dengan baik.

"Oh gitu. Jadi bisa nggak, nih? Daftar jadi jodoh lo?" Raka nyengir ketika kakinya disenggol Revian dari bawah meja.

"Kak Raka bisa aja ngomongnya." Yona tertawa kembali, membuat Dave yang di sampingnya lantas menoleh tidak terima. Sudah berapa kali gadis itu tertawa karena lelaki menjengkelkan di depannya ini?

"Oke. Jadi, lo yang namanya Dave?" Raka menoleh pada Dave yang menatapnya datar. "Gue akui, sih, lo adalah cowok yang paling beruntung bisa dekat sama Yona. Lo emang ganteng walau tetap gue yang nomor satu. So, lo pakai pelet jenis apa sampai bisa nempel banget sama Yona?" tanyanya asal. Revian menendang kaki Raka lagi dengan mata mengarah ke Dave yang sama sekali tidak berniat untuk menjawab.

BeautifuloveWhere stories live. Discover now