[32] ORANG BAIK

52 15 1
                                    

Ini mungkin hadiah terakhir dari author deh

Update 4 chapter sekaligus:v

Waw, tentu. Bikin nya aja ngos-ngosan:v

Yaudah yu kita lihat akhir dari story' ini

Tuhan punya cara masing-masing dalam menyayangi hambanya. Jangan kau merasa diacuhkan olehnya, sebab tuhan tau apa yang terbaik atas hidupmu.
.
.

HAPPY READING

SYAILA STORY'





Tiga hari setelah hilangnya Lili dari rumah, Murni mencari Lili dari ujung ke ujung. Lili tidak ditemukan, sampai di kompleks pertokoan ini, Murni mencoba mengetuk pintu toko Sadam, berharap pemuda yang jenius itu tau dimana keberadaan putrinya. Namun Murni terkejut setengah mati melihat berbagai alat-alat aneh berserakan di lantai toko. Juga ada sebuah sandal bewarna pink, Murni mengenal sandal itu. Itu adalah sandal putrinya. Murni mengacak-acak seluruh isi toko dan menemukan sebuah peti mati yang dikunci rapat.

"Mana kunci nya!" teriak Murni kepada Sadam yang sudah ketakutan
Sadam memberikan sebuah kunci kepada Murni, betapa terkejut nya Murni ketika melihat anaknya sudah terlanjur kaku menjadi manekin.

Sejak saat itu, Sadam dikenal sebagai penjahat dan orang yang sudah gila. Ia dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di kota selama 2 tahun dan tinggal di toko yang sekaligus juga menjadi rumah nya. Sudah banyak wanita yang menjadi korban nya. Orang-orangkampung pun segan jika harus ke kompleks pertokoan ini, takut jika istri atau anak gadisnya jadi korban Sadam.

"Kamu beneran baik-baik saja,"

Aku menatap Bu Murni, "Tidak apa-apa bu,"

Murni beranjak dari kursi nya lalu mengambilkan sebuah botol minuman dan menyodorkan nya kepada ku. Aku menerima dan langsung meminum air itu. Seketika, teringat oleh ku, hari sudah menunjukkan pukul 12 siang, dan aku belum mendapatkan pekerjaan.

"Bu, saya boleh bertanya?" tanya ku kepada Murni.

"Dengan senang hati." Jawab Murni.

Aku memperbaiki posisi duduk ku, "Saya mencari pekerjaan Bu, anak saya belum makan siang ini. Saya harus membeli beras dan telur untuk ia makan,"

Bu Murni memegang jemari tangan ku, "Kamu bisa bekerja di laudry saya,"

Aku terkejut,"Ibu tidak keberatan?"

"Saya hendak mencari pegawai yang dapat dipercaya, saya lihat kamu wanita yang baik." Jawab Murni.

Aku berterimakasih kepada Murni, beruntung sekali bisa bertemu dengan beliau. Murni juga menyodorkan selembar uang 50 ribu kepada ku.

"Ini gaji pertama kamu, besok kamu bisa langsung datang kesini."

"Tapi saya kan-"

"Anggap saja itu hadiah dari saya, cepet beli nasi buat suami dan anak mu." Perintah Murni dengan tegas.

"Saya tidak tau bagaimana cara berterimakasih kepada ibu," suara ku menahan isak tangis dengan bahagia.

"Saya ikhlas menolong mu nak,"

Aku lantas berdiri dan menyalami tangan Murni. Aku seperti memiliki sosok Ibu di kehidupan ku di kampung ini.

"Assalamualaikum bu,"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,"

Aku langsung menuju ke toko sembako yang tak jauh dari toko laundry Murni. Aku membeli beras dan juga beberapa bumbu dapur.

"Semoga ini awal dari kehidupan yang lebih baik."

*****

"Ayah pulang!,"

Aku mendengar suara sayup Joy. Ia hari ini memutuskan untuk mencari pekerjaan baru. Aku meninggalkan dapur dan menuju ruang tamu. Ku salami tangan suami ku, dan tak lupa aku bertanya, apakah hari ini ia mendapatkan pekerjaan.

"Mas, kamu udah dapat pekerjaan baru?," tanya ku hati-hati.

Joy mengembus napas, "Tidak ada satupun yang membuka lowongan kerja."

Aku turut sedih akan hal itu. Joy pasti sangat malu karna tidak memiliki pekerjaan. "Kamu yang sabar, semua butuh proses kok,"

Joy tersenyum kearah ku, "Iya sayang, buatin teh anget dong,"

Aku tertawa kecil, "Ih, ada mau nya gitu,"

"Kamu kan istri aku yang paling cantik," goda Joy.

"Ah, iya iya ini dibuatin."

*****

Aku terkejut, mendengar suara Ucok yang keras itu. Satu kelas langsung menyoraki Egi. Tapi Egi hanya menampakkan wajah datarnya, sama sekali tidak merespon. Ia malu apa gimana sih? Ngakuin itu aja malu.

"Enak ya lo, banyak yang suka sama lo." Suara Suci tiba-tiba mengagetkan ku.

"Cantik, baik, pintar lagi. Sempurna banget lo ya,"

Aku tersipu malu,"Lo berlebihan muji gue, gue ga se perfect yang lo bayangin."

"Lo sempurna Syai, dibandingin sama gue, lo jauh lebih sempurna," suara Suci agak serak-serak.

Aku memegangi pundak Suci, "Gada yang sempurna di dunia ini,"

"Gue mungkin perfect di mata lo, namun lo gatau kekurangan gue apa."

"Jangan terlalu iri dengan orang lain, hidup tidak selalu diatas, kadang kita juga berada dibawah. Lo jangan ngerendahin diri lo kayak gini." Ucap ku lembut kepada Suci.

Suci memeluk ku, sangat erat, "Makasih Syai, makasih,"

Aku membalas pelukan nya, "Gue yang harus terimakasih sama lo,"

Suci melepaskan pelukannya dari ku, "Maksud lo apa Syai?"

"Gue gabakalan sadar jika gue ga pindah ke kampung ini, gue gabakalan sadar jika gue ga ketemu sama lo. Gue ngerasa, cuman hidup gue yang paling berantakan. Namun ternyata ada orang yang mungkin lebih menderita dibanding gue." Ucap ku dengan jujur.

"Lo mau kan jadi temen gue?" tanya Suci dengan serius.

Tanpa mencerna perkataan Suci aku langsung memeluk nya sebagai jawaban atas pertanyaan Suci barusan.

"Syai, ikut gue ke kantin."

Suara dingin itu kembali terdengar, aku menoleh kearah sumber suara, "Masih belajar bego,"

Egi menarik tangan ku, aku hanya mengikuti nya dari belakang dan meninggalkan suasana yang sudah hiruk pikuk karna berita kedekatan kami. Egi berhenti di koridor tadi, koridor antara kelas ku dan kelas Hana.




"Lo gausah bilang kalo kita deket." Ucap nya dingin.


*****

~To be continued

Syaila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang