[2] AWAL MASALAH

231 47 24
                                    

Siapa pun berhak bahagia, termasuk dirimu sendiri:)

HAPPY READING

SYAILA STORY':)

“Suatu saat nanti kamu akan menyesali perbuatan mu nak” ucap kakek itu dan ia langsung pergi tanpa mengambil uang yang Syaila berikan.

Syaila hanya bisa berdiri dan terdiam ketika mendengar kata-kata kakek tua itu. Dia merasa takut jika saja yang kakek itu bicara kan menjadi kenyataan. Tapi Syaila hanya bisa menyimpan keluh kesah itu sendirian. Tidak aka nada yang mau mendengar kan diri nya. Bahkan kedua orang tua nya hanya sibuk bekerja siang malam hanya untuk menambah harta.

“Non, kita tidak jadi pulang?” tanya Bi Ayak yang melihat Syaila hanya berdiri saja.

“Non sakit? Apa perlu kita ke klinik?”

“Ah, apa bi?” ucap ku tersadar, karna sejak tadi Bi Ayak berusaha menyadarkan lamunan ku.

“Kita ke dokter aja ya, bibi khawatir Non kenapa-napa”

“Kita pulang aja bi, Dedek lelah”

Mobil mewah itu melesat di jalanan yang basah dan becek. Hari ini hujan, tidak seperti biasa nya hujan ini membawa angin yang cukup kencang, membuat Pak Dede (Sopir Pribadi Syaila) melambat kan laju kecepatan mobil nya.

Sesampai nya di rumah bak istana itu, Syaila masih terlelap, dia terlihat sangat kelelahan hari ini. Joy turun tangan dalam hal ini, dia menggendong Syaila dan membawa nya ke kamar. Joy menatap putri kecil nya, terlintas di benak nya memori 14 tahun silam. Ketika Syaila lahir ke dunia dengan badan yang kurus, karna ia lahir sebelum usia kandungan Riana mencapai 9 bulan, Syaila lahir tanpa suara tangis seperti bayi pada umum nya.

Syaila kecil masih berada di rumah sakit 2 bulan setelah dia datang ke dunia. Kondisi Syaila sangat memprihatinkan, karna Joy tidak memiliki uang, menyebabkan Syaila tidak mendapatkan penanganan yang baik, Joy harus mengalah dengan pejabat yang memiliki harta, Joy tak tega melihat anak nya terus seperti ini. Joy mulai mengasah keterampilan nya. Ia membuat kursi dari kayu jati, lemari dan barang-barang baru yang siap ia pasarkan kepada pembeli.

Usaha Joy tidak sia-sia. Setahun dia merintis usaha itu, pasar induk menyukai barang-barang yang Joy tawarkan. Lambat laun, kondisi Syaila semakin membaik. Dan sekarang, Joy berhasil, ia hidup dengan gemilangan harta.

“Kamu adalah harta terbesar ayah nak” ucap Joy sembari mengecup kening Syaila.

Ketika Joy menutup pintu, Riana sudah berdiri di depan pintu itu.

“Ayah, bunda mau ngomong sesuatu”

“Apa bun?,” tanya Joy keheranan.

“Dibawah aja deh yah, ga enak nanti ada yang denger” jawab Riana.

Joy menuruni anak tangga, diikuti Riana di belakang. Seperti nya ada hal penting yang ingin di sampaikan oleh Riana kepada nya. Kini mereka sudah berada di ruang tamu.

“Ayah harus bisa bersifat lebih tegas ke Syaila” tegur Riana telak.

“Maksud bunda?” tanya Joy tidak mengerti.

“Ayah terlalu memanjakan nya, kita harus mendidik nya agar tidak tamak,” jelas Riana.

“Bunda kenapa sih, kok tiba-tiba seperti ini” balas Joy.

“Ayah tidak lihat? Syaila sangat boros!, kita harus bisa mendidik nya menjadi pribadi yang dermawan, bukan yang suka mengahamburkan uang” tegas Riana.

Syaila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang